Menteri Kesehatan Seluruh Dunia Bahas Resistensi Antimikroba yang Telan 1,4 Juta Jiwa Per Tahun
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Para menteri kesehatan dan pakar dunia berkumpul di Arab Saudi untuk membahas upaya penanganan resistensi antimikroba (antimicrobial resistance/AMR) yang merenggut 1,4 juta jiwa setiap tahunnya.
Dalam konferensi tingkat menteri di Jeddah pada 14-16 November, mereka memperingatkan bahwa angka itu bisa melonjak menjadi 39 juta jiwa pada 2050 jika tidak ada tindakan segera.
Advertisement
“AMR mengancam masyarakat dari segala usia, berdampak pada kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, lingkungan, dan ketahanan pangan," kata Menteri Kesehatan Saudi Fahad Al-Jalajel dalam pidato pembukaannya dilansir Antara Sabtu (17/11/2024).
"Agar berhasil mengatasi AMR, kita harus mengadopsi pendekatan One Health komprehensif yang secara sistematis mengatasi rintangan penghambat kemajuan," ujarnya.
Pertemuan itu juga menjadi platform bagi Arab Saudi untuk mengumumkan tiga inisiatif baru terkait AMR untuk menangani masalah-masalah mendesak dalam jangka waktu yang jelas.
Asisten Menteri Kesehatan Saudi Dr Mohammed bin Khalid Al-Abd Al-Aali menyoroti pendekatan One Health, yang mengintegrasikan berbagai sektor seperti kesehatan manusia, kesehatan hewan, pertanian, dan lingkungan. Dia mengatakan para pemimpin negara berbagi ide dan menangani isu-isu AMR yang rumit tersebut.
Sementara itu, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan ancaman yang ditimbulkan oleh AMR. "Resistensi antimikroba bukanlah risiko di masa depan," kata dia. "Kondisi itu sudah terjadi di sini dan saat ini."
Dia menambahkan bahwa AMR membuat banyak antibiotik dan obat-obatan lain menjadi kurang efektif dan membuat infeksi biasa menjadi lebih sulit diobati atau jadi mematikan.
Menurut Direktur Regional WHO untuk Mediterania Timur Dr Hanan Balkhy, upaya yang efektif bisa menghemat biaya perawatan kesehatan hingga 99 miliar dolar AS (sekitar Rp1.570 triliun) per tahun pada 2025. Upaya itu juga berpotensi meningkatkan ekonomi global sebesar 990 miliar dolar AS pada 2050.
Namun, dia menekankan bahwa pengembangan antibiotik baru membutuhkan waktu sekitar satu dasawarsa dan biaya 1,2 miliar dolar AS, padahal resistensi bakteri bisa membuat antibiotik itu tidak efektif hanya dalam dua tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- KPK Melacak Aliran Uang Korupsi Pembangunan Jalur Kereta Api ke Pejabat BPK
- Menteri Komdigi Setuju Pelajaran Coding Masuk ke Kurikulum Sekolah
- Empat Santri di Sukabumi Meninggal Dunia Tertimbun Tanggul Kolam yang Roboh
- Viral Suami Bacok Istri di Blitar, Pelaku Ditangkap
- Seorang Nenek Ditipu Rp500 Juta dengan Modus Ritual Mengusir Setan
Advertisement
2 Stadion Jadi Lokasi Kampanye Terbuka Pilkada Jogja, Satpol PP Siagakan 100 Personel
Advertisement
Yogyakarta Marriott Hotel Ajak Tamu Nikmati Keajaiban Natal 2024 dan Tahun Baru 2025
Advertisement
Berita Populer
- Pertemuan Pramono Anung-Rano Karno dengan Anies Baswedan Jelang Pilkada Jakarta, Bahlil: Biasa Aja
- Hore! Jalur Pendakian Senaru Gunung Rinjani Lombok Kembali Dibuka
- Kapuspen TNI Bantah Tersangka Ivan Sugianto Dibekingi Perwira TNI
- Kasus KDRT Meningkat, KemenPPPA Dorong Revisi UU No 23/2024
- Serangan Israel Kembali Tewaskan 28 Warga Palestina
- Golkar Targetkan 60 Persen Kemenangan pada Pilkada 2024 se Indonesia
- Ini Penjelasan Kejagung Soal Kabar 5.000 Jaksa Terkait Judi Online
Advertisement
Advertisement