Advertisement

Promo November

Peternak Sapi di Boyolali Ramai-Ramai Buang Susu Segar, Ini Penyebabnya

Newswire
Minggu, 10 November 2024 - 11:07 WIB
Arief Junianto
Peternak Sapi di Boyolali Ramai-Ramai Buang Susu Segar, Ini Penyebabnya Ilustrasi peternakan sapi perah. - Harian Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Sejumlah peternak sapi di Boyolali, Jawa Tengah beramai-ramai membuang susu segar produksi mereka. Hal tersebut dilakukan karena pasokan susu mereka tidak terserap oleh industri pengolahan susu (IPS).

Menanggapi aksi tersebut, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, menerima audiensi para penampung yang mewakili para peternak sapi perah di wilayahnya yang produksinya dibatasi oleh industri pengolahan susu (IPS). "Para pengepul susu sapi mendatangi Kantor Disnakkan Boyolali mewakili para petani peternak menyampaikan keluhan mereka semenjak September 2024 terjadi penurunan pasokan susu ke IPS karena dibatasi," kata Kepala Disnakkan Boyolali, Lusia Dyah Suciati, di Boyolali, Jumat (8/11/2024).

Advertisement

Dia mengutip pernyataan para pengepul bahwa alasan IPS membatasi pasokan susu, karena adanya perawatan pabrik, konsumen menurun, dan perbaikan  standar kualitas.

Namun, Lusia mengatakan bahwa yang terpenting adalah dampak dari pengurangan kuota susu tadi. Dia mencontohkan KUD Mojosongo Boyolali yang menerima susu dari peternak sebanyak 23.000 liter per hari, ternyata IPS hanya bisa menerima susu sebanyak 15.000 liter per hari atau terjadi penurunan.

Menurut Lusia, produksi susu peternak yang tidak terserap setiap hari mencapai 8.000 liter.

Lusia mengakui kondisi itu tidak hanya terjadi di Boyolali, tetapi juga daerah lainnya seperti di Pasuruan, Jawa Timur. "Untuk menyelesaikan ini, butuh waktu untuk ketemu dengan IPS. Ada apa IPS tiba-tiba mengurangi penerima pasokan susu. Kami berharap bisa kembali normal seperti sebelumnya," ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga sudah berusaha memediasi para pengepul susu dengan BUMN yang bergerak di bidang makanan. 

Produksi susu segar Boyolali dahulu bisa mencapai 51 juta liter per tahun tidak ada masalah di IPS. Tetapi kini dengan produksi  rata-rata 38 juta liter per tahun tiba-tiba ada masalah ini. "Mudah-mudahan segera dapat diatasi," katanya.

Pengurus KUD Mojosongo Boyolali, Sriyono mengatakan persoalan yang dialami KUD dan para pengepul di Mojosongo disebabkan produksi peternak saat ini tidak bisa terserap semua di IPS.

BACA JUGA: Alergi Susu Sapi Berdampak Buruk Pada Anak

Hal itu disebabkan adanya pembatasan jumlah kuota susu masuk ke IPS yang biasanya dari koperasi KUD Mojosongo setiap hari menyetor susu sebanyak 23.000 liter, tetapi yang bisa masuk menurun menjadi 15.000 liter.  "Hal ini, juga terjadi di luar wilayah Boyolali seperti di Salatiga dan Jawa Timur, juga mengalami hal yang sama. Hal ini, masalah kelihatan secara nasional yakni pengurangan jumlah produksi dari industri," ujarnya.

KUD Mojosongo per hari menerima susu dari peternak rata-rata 23.000 liter. Apabila koperasi-koperasi di Boyolali ada sekitar 140.000 liter per hari, tetapi yang mampu terserap di industri baru sekitar 110.000 liter per hari.

Artinya ada kelebihan produksi dari peternak yang tidak mampu terserap pabrik 30.000 liter per hari. "Susu yang tidak terima ke industri kami buang, karena susu tidak bisa tahan lama. Alasan industri tidak menerima itu, karena perbaikan mesin dan pasar sedang lesu. Artinya produk dari industri itu, tidak mampu dipasarkan semua akhirnya mereka mengurangi jumlah produksi. Kami berasumsi kemungkinan banyak produksi impor banyak yang masuk dari susu," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Bus Damri Titik Nol Kilometer Malioboro Jogja ke Pantai Parangtritis Senin 25 November 2024

Jogja
| Senin, 25 November 2024, 06:37 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement