Advertisement

Program Makan Siang Gratis Bisa Memicu Sampah, Harus Ada Pengendalian

Rabu, 03 Juli 2024 - 20:27 WIB
Maya Herawati
Program Makan Siang Gratis Bisa Memicu Sampah, Harus Ada Pengendalian Ilustrasi siswa makan siang / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Program makan siang gratis yang akan dijalankan Presiden Terpilih Prabowo Subianto disebut bisa memicu timbulnya timbunan sampah, karenanya harus dibarengi dengan penerapan pengendalian susut dan sisa pangan atau food loss and waste.

Saran ini diungkapkan Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Denis Chaibi menyampaikan bahwa program pemberian makan siang gratis, yang diusung Presiden terpilih Prabowo Subianto, perlu berjalan beriringan dengan pengendalian susut dan sisa pangan atau food loss and waste.

Advertisement

Hal ini dilakukan agar pemerintah dapat bekerja lebih efektif dalam menjaga ketahanan pangan. Chaibi menyampaikan pada dasarnya program prioritas milik presiden terpilih Prabowo Subianto tersebut memang menjadi salah satu cara memastikan ketahanan pangan. 

“Tetapi mengurangi sisa makanan juga merupakan cara yang cerdas untuk menciptakan ketahanan pangan,” tuturnya dalam Green Economy Expo di Jakarta Convention Center, Rabu (3/7/2024).

Pasalnya, Chaibi mengungkapkan bahwa tingkat sisa makanan di Indonesia tercatat lebih tinggi dari negara-negara yang tergabung dalam G20.  Artinya, program makan siang gratis yang diiringi dengan pengendalian food loss and waste akan efektif menjaga ketahanan pangan Indonesia. 

Secara umum, Chaibi menyampaikan masyarakat perlu bijaksana dalam mengkonsumsi makanan. Setiap tahunnya, makanan yang tersisa maupun terbuang setara dengan memenuhi kebutuhan pangan bagi 28 juta orang di Indonesia.

“Setiap tahun, food waste bisa mendukung 28 juta orang. Jika kita bisa mengurangi food waste secara reasonable kita bisa memberikan makan 10 persen masyarakat Indonesia,” katanya.

Untuk itu, Chaibi mendorong pemerintah yang akan dipimpin oleh Prabowo untuk memahami program pemberian makan bergizi gratis kepada anak sekolah tersebut secara lebih baik agar makanan yang diberikan tidak menjadi food loss and waste.

Utamanya terkait penyimpanan makanan yang lebih baik, panen yang lebih baik, penanganan suplai yang lebih baik, serta infrastuktur yang lebih baik. 

BACA JUGA: ORI DIY Temukan Indikasi Fraud pada Pelaksanaan PPDB 2024

“Semua itu bisa dilakukan dengan modal yang rendah, dengan return investasi yang terus tumbuh, karena semakin banyak yang terdeukasi, semakin banyak yang berinvestasi di situ, semakin besar return-nya. Jadi ketahanan pangan dan food waste erat kaitannya,” katanya.

Catatan Bank Dunia

Sebelumnya, Bank Dunia atau World Bank melihat pemberian makanan ini memang justru efektif saat suatu negara dilanda persoalan ketahanan pangan.  

“Secara umum, makanan sekolah dapat menjadi efektif jika ada kekhawatiran akan ketahanan pangan,” tulis Bank Dunia dalam laporannya.

Bank Dunia mengingatkan program semacam ini membutuhkan kapasitas manajemen yang relatif tinggi dari pemerintah daerah dan sekolah.

Sementara model yang terpusat dapat mengelola risiko pengadaan makanan dengan lebih baik, serta menyederhanakan pengawasan dan kontrol kualitas untuk menghindari keracunan makanan. 

"Kemungkinan, model rantai pasok dapat digabungkan untuk membentuk model campuran, seperti dengan memusatkan pengadaan bahan makanan yang tidak mudah rusak dan mendesentralisasikan pengadaan bahan makanan yang mudah rusak. Namun, hal ini dapat meningkatkan kompleksitas implementasi," tulis Bank Dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Meski Tak Kantongi Izin, Satpol PP Masih Menemukan Penjualan Miras di Bantul

Bantul
| Sabtu, 06 Juli 2024, 07:47 WIB

Advertisement

alt

Harga Tiket Masuk Museum Benteng Vredeburg dan Jam Buka

Wisata
| Sabtu, 29 Juni 2024, 16:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement