BKKBN Mengandalkan Posyandu Remaja untuk Menghadapi Bonus Demografi
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) bakal mengandalkan posyandu remaja untuk menghadapi bonus demografi.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan posyandu remaja kunci keberhasilan membangun masyarakat yang lebih produktif.
Advertisement
"Saya sepakat untuk membangun posyandu remaja dan memang jumlah remaja kita cukup besar, di mana usia produktif mencapai kira-kira 70 persen dan yang tidak produktif kira-kira 30 persen, sehingga kita katakan ini sebagai bonus demografi," katanya, Senin (15/1/2024).
Ia menyampaikan pernyataan tersebut saat menjadi pembicara pada Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah secara daring, Minggu (14/1/2024).
BACA JUGA: Gedung Teras Malioboro 2 Dibangun di 2024, Gunakan Lahan 6.000 Meter Persegi
Menurut dia, materi-materi yang dapat disosialisasikan tentang perencanaan keluarga sebagai penting bagi remaja agar dapat menciptakan generasi yang berkualitas pada masa mendatang.
"Kalau remaja putus sekolah, kawin usia muda, kemudian hamil dengan jarak dekat, tidak bekerja dan seterusnya, maka akan menjadi missed-demographic dividend. Artinya, penduduk yang besar ini akan menjadi musibah, bukan berkah. Kuncinya ternyata ada pada remaja," ujar dia.
Ia mengemukakan ada banyak persiapan yang mesti dilakukan sejak remaja. Untuk itu, ia menilai pentingnya keberadaan posyandu remaja untuk bisa menyampaikan 10 dimensi kesiapan berkeluarga.
Dimensi kesiapan berkeluarga tersebut, yakni kesiapan usia, finansial, fisik, mental, emosi, sosial, moral, interpersonal, keterampilan hidup, dan intelektual.
Hasto juga mengemukakan isu stunting harus lebih banyak disosialisasikan kepada posyandu remaja, utamanya tentang penyebab stunting.
"Asupan gizi yang kurang bagus, tidak imunisasi sehingga suka sakit-sakitan atau pola asuh yang kurang bagus itu termasuk dampak stunting, nanti akan berpengaruh pada kecerdasan dan sakit-sakitan di hari tua," katanya.
Remaja juga mesti memahami bahwa sebelum berkeluarga, ada fungsi yang harus dijalankan dalam keluarga, salah satunya fungsi agama di mana remaja laki-laki perlu menjadi khalifah atau pemimpin di dalam keluarga, sehingga remaja laki-laki harus memiliki nilai lebih dari segi ilmu, usia, kedewasaan dan finansial.
"Jadi, kesiapan-kesiapan bahwa menghayati pernikahan adalah separuh dalam menjalankan agama, saya kira itu penting sekali disampaikan pada posyandu remaja," ucap Hasto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pakar Hukum Pidana Nilai Penetapan Tersangka Tom Lembong Masih Prematur
- Pengaruh Dukungan Anies Vs Dukungan Jokowi di Pilkada Jakarta 2024, Siapa Kuat?
- Yusril Bantah Mary Jane Bebas, Hanya Masa Hukuman Dipindah ke Filipina
- ASN Diusulkan Pindah ke IKN Mulai 2025
- Pelestarian Naskah Kuno, Perpusnas Sebut Baru 24 Persen
Advertisement
KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Korupsi Dana Bantuan Kesehatan, Eks Kepala Puskesmas di Purbalingga Dihukum 1 Tahun Penjara
- Perang Ukraina Vs Rusia, AS Bakal Hapus Utang Ukraina US$4,65 Miliar
- Ini Lima Nama Pimpinan KPK Periode 2024-2029 yang Ditetapkan DPR
- Resmi! Lima Anggota Dewas KPK Ditetapkan DPR, Ini Daftarnya
- Musim Hujan Tiba, Masyarakat Diminta Waspada Ancaman Demam Berdarah
- Seniman Keluhkan Mahalnya Sewa Panggung Seni, Fadhli Zon Bilang Begini
- Pakar Hukum Sebut Penegak Hukum Harus Kejar hingga Tuntas Pejabat yang Terlibat Judi Online
Advertisement
Advertisement