Demo Jilid II Warga Rempang Tolak Relokasi Berakhir Ricuh
Advertisement
Harianjogja.com, BATAM—Ribuan warga Pulau Rempang kembali melakukan unjuk rasa jilid kedua di depan Gedung Badan Pengusahaan (BP) Batam, Senin (11/9/2023). Tuntutan mereka tetap sama seperti demo jilid pertama, yakni menolak relokasi.
Para pendemo yang tergabung dalam Laskar Pembela Marwah Melayu mulai bergerak memadati Gedung BP Batam sekitar pukul 10.00 WIB.
Advertisement
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Proyek Eco-City Rempang yang merupakan Program Strategis Nasional (PSN) menimbulkan polemik, karena memaksa warga untuk direlokasi dari pulau seluas 17.000 hektare tersebut.
Warga yang menolak relokasi sempat bentrok dengan aparat yang memaksa masuk ke Jembatan IV Barelang, Batam untuk melakukan pengukuran lahan, 7 September 2023 .
Aksi penolakan masih terus berlanjut lewat unjuk rasa jilid kedua ini. Orasi tersebut pada awalnya berlangsung cukup damai, dimana sesekali warga yang berdemo melantunkan salawat nabi untuk mendinginkan situasi yang rentan terjadi kericuhan.
BACA JUGA: Jejak Tomy Winata dan Investor China di Proyek Rempang Eco City
Aksi tersebut dikawal oleh ratusan aparat yang terdiri dari Anggota Ditpam BP Batam, Satpol PP dan personil kepolisian. Mereka berjaga-jaga di depan pintu gerbang BP Batam. Sejumlah kendaraan taktis juga disiapkan untuk pencegahan.
Dari dalam gedung, puluhan pegawai BP Batam juga melihat aksi unjuk rasa tersebut. Sejumlah polwan juga bersiaga mengamankan situasi.
Para demonstran ini bukan hanya berasal dari Pulau Rempang saja, tapi ada juga yang berasal dari masyarakat Melayu di luar Batam, contoh dari Pulau Penyengat yang berada tidak jauh dari Tanjung Pinang.
Orasi sendiri diwarnai dengan yel penolakan relokasi dan meminta Kepala BP Batam, Muhammad Rudi untuk langsung menemui warga.
Tuntutan pendemo tetap sama yakni menolak relokasi, dimana pemerintah menargetkan deadline relokasi pada 28 September 2023.
Para pendemo juga menuntut polisi menarik posko-posko di Rempang, yang keberadaannya dinilai warga makin menimbulkan keresahan dan memunculkan dampak psikologis bagi anak-anak.
Tak lama setelah itu, Rudi akhirnya menemui demonstran dengan didampingi Kapolres Barelang, Nugroho Tri N.
Di depan warga yang berorasi menolak relokasi, Rudi mengatakan ia hanya melanjutkan kebijakan dari pemerintah pusat (Proyek Eco-City Rempang). "Waktu demo pertama sudah disampaikan bahwa saya ini perpanjangan tangan pemerintah pusat. Saya kemarin sudah tawarkan untuk ikut ke Jakarta bertemu Menteri Investasi, tetapi ditolak," katanya.
Karena penolakan tersebut, Rudi menegaskan ia kesulitan membantu menyelesaikan polemik warga Rempang. “Wewenang saya hanya sampai di sini. Saya tidak bisa melebihi wewenang dari menteri,” ujarnya.
Dia mengajak warga yang berdemo untuk kembali bermusyawarah, agar ia bisa mendengarkan aspirasi, yang kemudian akan diteruskan ke pemerintah pusat.
Sementara itu, orator dari Laskar Pembela Marwah Melayu, Said Zahri mengatakan pihaknya tidak menolak investasi, tapi meminta agar 16 kampung tua di Pulau Rempang tidak digusur. "Di Batam, industri bisa hidup berdampingan dengan masyarakat. Mengapa di Rempang tidak bisa dilakukan," tuturnya.
Dia melihat ide kolaborasi investasi moden dan kearifan lokal bukanlah suatu hal yang buruk. "Kami mendukung investasi, silahkan bangun investasi atau pabrik di luar kampung kami. Tapi tolong jangan gusur kampung kami, " katanya.
Aksi unjuk rasa sempat mereda saat Adzan Dzuhur berkumandang. Namun tak lama setelah itu, aksi damai berubah jadi kericuhan, massa tiba-tiba melempari Gedung BP Batam dengan batu, dan juga merusak pagar gedung tersebut.
Kericuhan pun semakin menjadi-jadi, bahkan sejumlah aparat yang berjaga ikut terluka karena lemparan batu para demonstran.
Akibat tindakan massa tersebut, aparat terpaksa melepaskan gas air mata dan menembakkan water cannon. Aksi ricuh tersebut akhirnya selesai menjelang sore hari.
Seperti yang diketahui, proyek pengembangan Rempang Eco-City telah menjadi PSN, yang akan mengintegrasikan kawasan industri, pariwisata, energi baru dan terbarukan (EBT) dan lainnya.
Investasi pertama yang akan masuk yakni pembangunan pabrik kaca milik Xinyi Group dari China, dengan nilai investasi US$11,5 miliar. Karena investasi hilirisasi pasir kuarsa bernilai besar tersebut, maka warga Rempang yang telah puluhan bermukim di pulau tersebut harus direlokasi ke Sijantung di Pulau Galang dalam waktu dekat ini.
Sumber: Bisnis.com
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
- Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya
- Eks Bupati Biak Ditangkap Terkait Kasus Pelecehan Anak di Bawah Umur
- Profil dan Harta Kekayaan Setyo Budiyanto, Jenderal Polisi yang Jadi Ketua KPK Periode 2024-2029
- Pakar Hukum Pidana Nilai Penetapan Tersangka Tom Lembong Masih Prematur
Advertisement
Hiswana Migas DIY Dorong Pemilik 4 SPBU yang Ditutup agar Lakukan KSO untuk Kelancaran Distribusi BBM
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Seniman Keluhkan Mahalnya Sewa Panggung Seni, Fadhli Zon Bilang Begini
- Pakar Hukum Sebut Penegak Hukum Harus Kejar hingga Tuntas Pejabat yang Terlibat Judi Online
- Pemerintah Pastikan Penetapan UMP 2025 Molor, Gubernur Diminta Bersabar
- 8 Terduga Teroris Ditangkap, Terkait dengan NII
- Dugaan Suap ke Sahbirin Noor, KPK Periksa Empat Saksi
- Desk Pemberantasan Judi Online Ajukan Pemblokiran 651 Rekening Bank
- Diskop UKM DIY Raih Juara III Kompetisi Sinopadik 2024 di Palangkaraya
Advertisement
Advertisement