Advertisement
Pencemaran Akibat Emisi Karbon Kian Buruk, Ini Saran Pakar
Pertemuan daring Sakapari yang membahas terkait pembangunan berkelanjutan. - Youtube.
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pencemaran udara yang diakibatkan oleh berlebihannya emisi karbon menjadi salah satu bahasan menarik dalam Seminar Karya dan Pameran Arsitektur Indonesia (Sakapari) yang digelar Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia (UII). Selain perlu adanya pergeseran mobilisasi pusat perekonomian dari desa ke kota, sekaligus pentingnya penerapan konsep bangunan berkelanjutan.
Ketua Umum Green Building Council Indonesia Irwan Prijanto mengatakan globalisasi memberikan dampak bagi kehidupan manusia tak terkecuali kondisi bumi. Melalui globalisasi membuat bumi seakan menjadi kecil karena semua bisa dijangkau oleh manusia.
Advertisement
BACA JUGA : Polusi Udara, Uji Emisi Bakal Dikebut
Akan tetapi saat pandemi kondisi itu menjadi terbalik menjadi deglobalisasi akibat berkurangnya mobilisasi manusia. Hal ini sekaligus membuat kondisi bumi membaik karena berkurangnya emisi karbon dan penurunan urbanisasi. “Saat pandemi emisi karbon menurun drastis karena tidak ada mobilisasi, tetapi begitu pandemi akan berakhir emisi karbon kembali naik,” katanya dalam Sakapari akhir pekan lalu.
Kondisi tersebut menurutnya perlu ada perhatian dalam merespons kian buruknya emisi karbon. Bahkan pencemaran udara terjadi sangat parah di kota besar seperti Jakarta. Ia menyarankan pentingnya koneksi tanpa harus melalui mobilisasi yang berlebihan. Di mana kegiatan ekonomi tidak harus dipusatkan di perkotaan sehingga membuat mobilisasi masyarakat beralih ke titik lain seperti perdesaan.
"Sehingga kita bisa mengurangi pemusatan yang selama ini selalu muncul di kota. Harusnya itu bisa tersebar lebih merata, bahkan lokal ekonomi bisa ditumbuhkan di perdesaan," terangnya.
Selain itu ia menyarankan adanya konsep perencanaan sustainable tropical building. Konsep bangunan yang berkelanjutan ini menggunakan berbagai piranti yang ramah lingkungan. “Kita ini hidup di bumi, harus membangun sustainable tropic building yang bisa menciptakan ruang yang sehat," katanya.
BACA JUGA : Sejarah Pertalite: Diciptakan untuk Hilangkan Premium, Kini Akan Dihapus Atas Nama Emisi
Ketua Jurusan Arsitektur FTSP UII Prof. Noor Cholis Idham mengatakan forum Sakapari 2023 sudah memasuki tahun ke-13. Karena ada program internasional, maka forum ini diisi dengan sesi pararel yang bisa diikuti mahasiswa di luar negeri. Forum ini berhasil mengumpulkan 99 paper dan presenter dari 121 proposal yang masuk. Kegiatan ini forum semesteran yang menggambarkan hasil kinerja produk dari mahasiswa dan dosen.
“Isu yang kami angkat terkait menjaga keseimbangan dunia dan akhirat dan tidak merusak bumi. Tema kita sangat terkait itu. Terkait isu isu lingkungan dan berkelanjutan di wilayah kota ataupun desa," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Bulan Perlahan Menjauhi Bumi, Ini Dampaknya bagi Kehidupan
- Hunian Korban Bencana Sumatera Bakal Dibangun di Lahan Negara
- Tokoh Dunia Kecam Penembakan Bondi Beach yang Tewaskan 12 Orang
- Surya Group Siap Buka 10.000 Lowongan Kerja di Tahun 2026
- Konser Amal di Tangerang Galang Rp1,3 Miliar untuk Sumatera dan Aceh
Advertisement
Polres Bantul Terjunkan 345 Personel Amankan Nataru 2025-2026
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Berkah Harga Cabai, Petani Kulonprogo Untung Bersih Rp60 Juta
- Rencana Disneyland di Thailand Dikaji, Pariwisata Keluarga Disasar
- Vin Diesel Umumkan Peran Khusus Cristiano Ronaldo di Fast & Furious
- Taylor Swift Bagikan Bonus Rp3,2 Triliun untuk Kru Eras Tour
- Jembatan Darurat Sriharjo Diharap Pulihkan Ekonomi UMKM
- Defender V8 Klasik Kini Bisa Di-upgrade Ala Defender Octa
- Ikasi DIY Kirim 15 Atlet Pelajar ke Banyuwangi Open Championship
Advertisement
Advertisement




