Advertisement
Pencemaran Akibat Emisi Karbon Kian Buruk, Ini Saran Pakar

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pencemaran udara yang diakibatkan oleh berlebihannya emisi karbon menjadi salah satu bahasan menarik dalam Seminar Karya dan Pameran Arsitektur Indonesia (Sakapari) yang digelar Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia (UII). Selain perlu adanya pergeseran mobilisasi pusat perekonomian dari desa ke kota, sekaligus pentingnya penerapan konsep bangunan berkelanjutan.
Ketua Umum Green Building Council Indonesia Irwan Prijanto mengatakan globalisasi memberikan dampak bagi kehidupan manusia tak terkecuali kondisi bumi. Melalui globalisasi membuat bumi seakan menjadi kecil karena semua bisa dijangkau oleh manusia.
Advertisement
BACA JUGA : Polusi Udara, Uji Emisi Bakal Dikebut
Akan tetapi saat pandemi kondisi itu menjadi terbalik menjadi deglobalisasi akibat berkurangnya mobilisasi manusia. Hal ini sekaligus membuat kondisi bumi membaik karena berkurangnya emisi karbon dan penurunan urbanisasi. “Saat pandemi emisi karbon menurun drastis karena tidak ada mobilisasi, tetapi begitu pandemi akan berakhir emisi karbon kembali naik,” katanya dalam Sakapari akhir pekan lalu.
Kondisi tersebut menurutnya perlu ada perhatian dalam merespons kian buruknya emisi karbon. Bahkan pencemaran udara terjadi sangat parah di kota besar seperti Jakarta. Ia menyarankan pentingnya koneksi tanpa harus melalui mobilisasi yang berlebihan. Di mana kegiatan ekonomi tidak harus dipusatkan di perkotaan sehingga membuat mobilisasi masyarakat beralih ke titik lain seperti perdesaan.
"Sehingga kita bisa mengurangi pemusatan yang selama ini selalu muncul di kota. Harusnya itu bisa tersebar lebih merata, bahkan lokal ekonomi bisa ditumbuhkan di perdesaan," terangnya.
Selain itu ia menyarankan adanya konsep perencanaan sustainable tropical building. Konsep bangunan yang berkelanjutan ini menggunakan berbagai piranti yang ramah lingkungan. “Kita ini hidup di bumi, harus membangun sustainable tropic building yang bisa menciptakan ruang yang sehat," katanya.
BACA JUGA : Sejarah Pertalite: Diciptakan untuk Hilangkan Premium, Kini Akan Dihapus Atas Nama Emisi
Ketua Jurusan Arsitektur FTSP UII Prof. Noor Cholis Idham mengatakan forum Sakapari 2023 sudah memasuki tahun ke-13. Karena ada program internasional, maka forum ini diisi dengan sesi pararel yang bisa diikuti mahasiswa di luar negeri. Forum ini berhasil mengumpulkan 99 paper dan presenter dari 121 proposal yang masuk. Kegiatan ini forum semesteran yang menggambarkan hasil kinerja produk dari mahasiswa dan dosen.
“Isu yang kami angkat terkait menjaga keseimbangan dunia dan akhirat dan tidak merusak bumi. Tema kita sangat terkait itu. Terkait isu isu lingkungan dan berkelanjutan di wilayah kota ataupun desa," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Puluhan Ribu Warga Turki Turun ke Jalan, Tuntut Erdogan Mundur
- Hidup Jadi Tenang di 9 Negara yang Tak Punya Utang
- Menkeu Purbaya Jamin Bunga Ringan untuk Pinjaman Kopdes ke Himbara
- Ini Duduk Perkara Temuan BPK Soal Proyek Tol CMNP yang Menyeret Anak Jusuf Hamka
- PT PMT Disegel KLH, Diduga Sumber Cemaran Zat Radioaktif
Advertisement

Pemkab Sleman Siapkan Plt Lurah Tegaltirto yang Kena Kasus Korupsi
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Belum Tetapkan Tersangka, KPK Dalami SK Kuota Haji Era Menaq Yaqut
- Waspada Gelombang Tinggi Samudra Hindia 15-17 September
- Pengusaha Dukung Rekomendasi MUI untuk Jaminan Halal Menu MBG
- Bulog Jamin Beras SPHP Mutunya Tak Berkurang
- Resmi! ATR/BPN Hentikan Sementara Izin Alih Fungsi Lahan Sawah
- Mabes TNI Dalami Pemberi Perintah Kopda FH Bunuh Kacab Bank BUMN
- Kemlu RI Fasilitasi Pemulangan 17 WNI di Nepal
Advertisement
Advertisement