Advertisement
Penggunaan Medsos Tidak Mendukung Pengurangan Emisi CO2, Kok Bisa?
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Meski tidak terlihat mata, penggunaan media sosial menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2), yang berpotensi membahayakan lingkungan. Ini jelas tidak mendukung kampanye pengurangan emisi CO2.
Dalam laporan Greenspector pada 2021, emisi dari penggunaan atau scrolling TikTok menjadi yang terbesar, yaitu 2,63 gram CO2 per menit. Mungkin ini terlihat kecil, namun akumulasi setiap hari, dan bertahun-tahun, serta dengan jumlah pengguna yang bisa mencapai jutaan orang, membuat totalnya menjadi banyak.
Advertisement
Itu baru dari media sosial secara pasif atau melihat timeline, belum penggunaan dengan mengunggah konten gambar sampai video.
Produksi karbon juga bisa semakin bertambah dari penggunaan internet nonmedia sosial seperti e-mail, perpesanan instan seperti WhatsApp, platform streaming video dan musik seperti Netflix dan Spotify, sampai mesin pencari Google. Google misalnya, dalam satu pencarian di halaman platformnya, bisa menghasilkan 0,2gram CO2 pada 2009.
Jadi ketika Anda tidak menggunakan kendaraan sekali pun, dan hanya mager di rumah memainkan ponsel, artinya Anda juga tidak sedang mendukung gerakan pengurangan emisi CO2.
Merujuk pada data We Are Social, pengguna media sosial di Indonesia per Januari 2023 mencapai 167 juta orang. Dengan asumsi perhitungan emisi yang dihasilkan dari setiap platform, total yang terbentuk mencapai 15,1 juta ton CO2 per tahun.
Pertukaran Data
Dalam perhitungan di atas, TikTok menjadi media sosial yang terbanyak menghasilkan emisi CO2. Asumsi penyebab tingginya TikTok menghasilkan emisi CO2 lantaran konsumsi energi dan pertukaran data dari aktivitasnya perusahaan asal China ini yang terbesar.
TikTok membutuhkan energi hingga 15,81 mAh per menit, hanya untuk scrolling di halamannya. Energi ini hampir dua kali lipat dari penggunaan YouTube. Pertukaran data untuk aktivitas yang sama di TikTok tercatat sebesar 96,23 MB per menit, lebih rendah dari Reddit yang sebesar 100 MB per menit. Sementara pertukaran data di Twitch, Twitter, dan YouTube kurang dari 10 MB per menit.
Secara umum, konsumsi energi dan pertukaran data terjadi dari hubungan pusat data dan server. Pusat-pusat ini yang menjadi penyimpan konten-konten yang pengguna buat di media sosial. Berdasarkan CloudScene, ada sekitar delapan ribu pusat data di 110 negara per Januari 2021. Sebanyak 33 persennya terletak di Amerika Serikat. Jadi, mulai sekarang apakah Anda berniat setop memainkan medsos? Jika iya, berarti Anda sudah sejenak melakukan gerakan pengurangan emisi CO2.
Diolah dari berbagai media.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Dugaan Pelanggaran Wewenang, Wakil Ketua KPK Laporkan Anggota Dewas
- 66 Pegawai KPK Pelaku Pungutan Liar di Rumah Tahanan Dipecat
- Wapres Maruf Amin Sebut Tak Perlu Ada Tim Transisi ke Pemerintahan Prabowo-Gibran
- WhatsApp Bocor, Israel Dikabarkan Gunakan Data untuk Serang Rumah Warga Palestina
- Tentara Israel Dikabarkan Siap Menyerang Kota Rafah di Gaza Selatan
Advertisement
AJARAN AGAMA: Generasi Milenial Dinilai Penting Belajar Fikih
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- KPK Bidik LHKPN 2 Pejabat Pemilik Kripto Miliaran Rupiah
- Menkes Budi Ubah Paradigma Perencanaan Kesehatan
- Ini Besaran Honor PPK Pilkada Serentak 2024
- Kabar Duka: Pendiri Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo Meninggal Dunia
- Jenazah Pendiri Mustika RatuMooryati Soedibyo Akan Dimakamkan di Bogor Rabu Siang
- BMKG: Sebagian Besar Wilayah Indonesia Dilanda Hujan Hari Ini
- Sirekap Bakal Digunakan pada Pilkada Serentak 2024
Advertisement
Advertisement