Advertisement
3 Hal yang Bisa Kamu Lakukan dari Malioboro Hingga Alun-alun Sebelum dan Saat Lebaran

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sumbu filosofis yang bermula dari Tugu Pal Putih atau lebih dikenal Tugu Jogja dan membentang ke Keraton kemudian berakhir di Panggung Krapyak. Tak ayal jika sepanjang sumbu filosofis menjadi pusat pariwisata Jogja, terutama kawasan Malioboro hingga Alun-Alun.
BACA JUGA: Perubahan Tugu Pal Putih
Advertisement
Meski sebagian besar pertokoan atau sejenisnya tutup dikawasan ini namun tak menghentikan niat sejuta umat yang ingin merasakan nuansa Jogja dari jantung kota. Berikut ada 3 hal yang bisa kamu lakukan dari Malioboro hingga Alun-Alun Kidul (Alkid) saat lebaran.
1. Menyaksikan keramaian Takbir keliling di Malioboro
Kumandang suara takbir di penghujung Ramadan menandakan Idul Fitri sudah didepan mata, tahun lalu kepadatan Jalan Malioboro semakin dimeriahkan oleh sejumlah anak muda yang sengaja melewati kawasan ini saat melakukan takbir keliling.
Selain di Malioboro masih berada dalam satu kawasan sumbu filosofis yakni Panggung Krapyak tepatnya di Masjid Jogokariyan yang sebulan penuh ramai karena bazar Ramadan, kajian, serta pembagian takjil untuk buka puasa gratis. Penghujung Ramadan pun tak kalah ramai dengan Takbir keliling yang wajib disaksikan secara langsung.
2. Salat Idul Fitri di Alun-alun Kidul
Sebelum alun-alun utara direvitalisasi biasanya salat Idul Fitri di lokasi tersebut namun kini salat Id sejak tahun lalu telah dialihkan ke alun-alun kidul. Mengingat jumlah jemaah yang membludak di tahun lalu, disarankan untuk datang lebih awal agar mendapat tempat terbaik sehingga salat pun jadi lebih khusyuk.
3. Upacara Grebeg Syawal
Satu tradisi unik yang hanya ada di Jogja usai melaksanakan Salat Idul Fitri atau pada tanggal 1 Syawal ialah Grebeg Syawal, dimana para abdi dalem Keraton akan mengarak Gunungan sebagai simbolisasi bentuk sedekah dari Sultan kepada rakyatnya.
Nantinya gunungan diarak dari dalam Keraton menuju Masjid Gedhe Kauman sebelum dibagikan ke masyarakat, gunungan berisi hasil bumi akan lebih dulu didoakan oleh penghulu, setelahnya masyarakat baru diperbolehkan untuk mengambil apapun yang ada di gunungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kasus Pemerasan Artis Sinetron MR, Polisi Menyita Enam Video Syur Sesama Jenis
- Adik Ipar Ganjar Pranowo Dituntut 5,5 Tahun Penjara karena Korupsi Pembangunan Jembatan Sungai Gintung
- Akan Tenggelam, Ribuan Warga Tuvalu Ajukan Visa Iklim untuk Bermigrasi ke Australia
- Buntut Tragedi di Maluku Tenggara, UGM Evaluasi Sistem KKN
- Para Advokat Perekat Nusantara dan TPDI Somasi Gibran, Untuk Segera Mundur Sebagai Wapres
Advertisement

Keputusan MK 135 Belum Jadi Solusi Persoalan Demokrasi Elektoral
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Bahas Isu Jual-Beli Pulau Bersama Komisi II DPR RI, Menteri ATR/Kepala BPN Tegaskan Tanah di Indonesia Tidak Bisa Dimiliki Asing
- Jumlah Jemaah Haji Meninggal Dunia Terus Bertambah, Capai 418 Orang
- Dirut Sritex Iwan Lukminto Klaim Uang Tunai Rp2 Miliar Disita Kejagung Adalah Tabungan Keluarga
- Viral Video Pria Pamer Senjata Api dan Mengaku dari Ring 1 Istana, Pelaku Diringkus Polisi
- KPK Cekal Mantan Wadirut BRI ke Luar Negeri Terkait Dugaan Korupsi Pengadaan EDC
- Kejagung Periksa Pihak Google Terkait Penyidikan Dugaan Korupsi Laptop Chromebook
- Kemenag Siapkan Regulasi Terkait Tata Kelola Rumah Doa
Advertisement
Advertisement