Advertisement
Harga Pangan Naik Gila-Gilaan, 16 Orang di Pakistan Tewas akibat Berebut Makanan
Orang-orang berduka atas kematian seorang kerabatnya di kamar mayat rumah sakit di Karachi, Pakistan, Jumat (31/3/2023). 16 orang yang terbunuh saat pembagian bantuan pangan. - Reuters/Akhtar Soomro
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Sebanyak 16 orang meninggal dunia saat berebut untuk mendapatkan bantuan makanan di tengah naiknya harga barang-barang di Pakistan. Inflasi di Pakistan melonjak ke rekor 35,3 persen pada Maret 2023.
Biro Statistik mencatat angka inflasi Pakistan Maret melampaui angka inflasi Februari 2023 (month-to-month/mtm) sebesar 31,5 persen, seperti dikutip dari Reuters pada Sabtu (1/4/2023).
Advertisement
Bahkan, harga komoditas makanan, minuman, dan transportasi melonjak hingga 50 persen dari tahun ke tahun (year-on-year/yoy).
Ribuan warga Pakistan berkumpul di pusat-pusat distribusi tepung yang didirikan di seluruh negeri, beberapa di antaranya merupakan bagian dari program yang didukung pemerintah untuk meringankan dampak inflasi.
BACA JUGA
"Sedikitnya 16 orang, termasuk lima wanita dan tiga anak-anak, telah tewas dalam penyerbuan di pusat-pusat distribusi tepung terigu dalam beberapa hari terakhir. Ribuan karung tepung juga telah dijarah dari truk-truk dan titik-titik distribusi," ungkap polisi dan para pejabat di Pakistan.
Seorang juru bicara biro statistik mengatakan bahwa angka inflasi ini merupakan kenaikan tertinggi dari tahun ke tahun yang pernah dicatat oleh biro tersebut sejak pencatatan bulanan dimulai pada periode 1970-an.
"Ini adalah inflasi tertinggi yang pernah tercatat dalam data yang kami miliki," katanya.
Indeks harga konsumen naik 3,72 persen di bulan Maret dari bulan sebelumnya (mtm). Harga-harga makanan, minyak goreng, dan listrik yang lebih tinggi mendorong kenaikan inflasi di negara tersebut.
Inflasi makanan tahunan di bulan Maret 2023 tercatat 47,1 persen dan 50,2 persen untuk daerah perkotaan dan pedesaan.
Adapun, inflasi inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, mencapai 18,6 persen di daerah perkotaan dan 23,1 persen di daerah pedesaan.
Negara Asia Selatan ini telah mengalami gejolak ekonomi selama berbulan-bulan dengan krisis neraca pembayaran yang akut sementara pembicaraan dengan IMF untuk mendapatkan dana US$1,1 miliar sebagai bagian dari dana talangan US$6,5 miliar yang disepakati pada 2019 yang belum membuahkan hasil.
Parahnya, cadangan devisa Pakistan telah jatuh hingga hanya cukup untuk menutupi impor selama empat minggu.
Sebuah laporan prospek ekonomi bulanan yang dikeluarkan oleh kementerian keuangan pada Jumat (31/3/2023) memproyeksikan inflasi akan tetap tinggi.
Laporan tersebut mengutip friksi pasar yang disebabkan oleh kesenjangan permintaan dan penawaran relatif dari barang-barang kebutuhan pokok, depresiasi nilai tukar, dan penyesuaian kenaikan harga bahan bakar baru-baru ini sebagai alasan di balik ekspektasi inflasi yang lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Setuju Pembentukan Dirjen Pesantren di Kemenag
- Sejarah Hari Santri 22 Oktober dan Fatwa Resolusi Jihad Hasyim Asyari
- Trump Soroti Logam Tanah Jarang, Fentanyl, Kedelai, dan Taiwan
- Isi Pidato Lengkap Prabowo di Sidang Satu Tahun Prabowo-Gibran
- Kemendagri Temukan Perbedaan Data Simpanan Pemda dan BI Rp18 Triliun
Advertisement
Dikaji Ulang, Izin Usaha Reklame Bantul Terkendala Aturan Pertanahan
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- 2 Wanita Penyelundup Sabu dan Ekstasi di Sidoarjo Terancam Mati
- Toyota Land Cruiser FJ, SUV Off-Road Terjangkau Siap Meluncur
- Konferensi di Jogja: Keadilan Ekologis untuk Semua Makhluk di Bumi
- Sinergi Sleman-DIY Jawab Persoalan Sampah
- CR450, Kereta Tercepat China, Pacu 453 km/jam & Pecahkan Rekor!
- Merajut Semangat Sumpah Pemuda Lewat Pendidikan Khas Kejogjaan
- ROPI Hadir di IFBO 2025 Tawarkan Program Kemitraan Unik, Modal 100%
Advertisement
Advertisement



