Advertisement

Fakta-fakta Leptospirosis, Penyakit saat Banjir yang Bisa Picu Kematian 

Widya Islamiati
Jum'at, 28 Oktober 2022 - 21:37 WIB
Arief Junianto
Fakta-fakta Leptospirosis, Penyakit saat Banjir yang Bisa Picu Kematian  Ilustrasi leptospirosis, - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Di musim hujan, ancaman banjir terjadi di beberapa daerah Tanah Air, termasuk DIY.

Salah satu penyakit yang bisa timbul akibat banjir yang harus diwaspadai, selain diare adalah leptospirosis. Ini merupakan penyakit yang ditularkan melalui kencing tikus. Bakteri penyebabnya, Leptospira, masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir saat berada dalam banjir, genangan air, selokan ataupun lumpur.

Advertisement

Berikut fakta-fakta mengenai penyakit leptospirosis yang harus diketahui berdasarkan laman Unit Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan dan CDC.

Salah satu gejala leptospirosis, kekuningan pada kulit.

Perbedaan leptospirosis dengan penyakit musim hujan umumnya adalah alami kekuningan pada kulit. Meskipun pada beberapa kasus, orang tidak menunjukkan gejala apapun.

Berikut gejala lain yang juga mengiringi penyakit leptospirosis:

  • Demam Mendadak
  • Lemah
  • Mata merah
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot betis
  • Ruam
  • Diare
  • Sakit perut
  • Muntah
  • Panas dingin

Terjadi dalam dua fase

Setelah orang terinfeksi bakteri Leptospira, menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), butuh waktu dua hari sampai empat minggu untuk munculnya gejala. Biasanya dimulai tiba-tiba dengan demam dan gejala lainnya. 

Leptospirosis dapat terjadi dalam dua fase:

  • Fase pertama dengan demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, muntah, atau diare, pasien dapat sembuh untuk sementara waktu tetapi menjadi sakit lagi.
  • Fase kedua lebih parah dari fase pertama, meskipun tidak semua kasus mengalami fase kedua. Dalam fase kedua, pasien tersebut mungkin mengalami gagal ginjal atau hati atau meningitis.

Sebabkan kematian

Meskipun terlihat seperti penyakit yang umum, terlebih saat banjir melanda, CDC mengungkap, leptospirosis bisa sebabkan kematian.

Hal ini bisa terjadi jika seseorang yang terinfeksi bakteri penyebab penyakit ini, namun tidak mendapatkan pengobatan.

Kondisi serius lain yang bisa ditimbulkan oleh leptospirosis tanpa pengobatan, adalah kerusakan ginjal, meningitis atau radang selaput di sekitar otak dan sumsum tulang belakang, gagal hati, dan gangguan pernapasan.

Bisa diatasi dengan antibiotik 

Penanganan leptospirosis bisa dengan menggunakan antibiotik seperti doksisiklin atau penisilin. Namun, beberapa jenis antibiotik tersebut harus diberikan pada awal perjalanan penyakit.

Jika gejala penyakit ini sudah semakin parah, antibiotik intravena mungkin diperlukan. Orang dengan gejala sugestif leptospirosis harus menghubungi fasilitas layanan kesehatan.

Karena penyakit ini timbul akibat bakteri yang masuk pada saat kulit kontak dengan genangan, maka cara terbaik mencegah penyakit ini adalah dengan melindungi kulit pada saat akan melakukan kontak tersebut. 

Caranya bisa dengan menggunakan sepatu bot, baik saat membersihkan rumah selepas banjir, membersihkan selokan, dan aktivitas lain yang membuat kulit berkontak dengan genangan air.

Selain itu, Kemenkes juga menyarankan untuk selalu mencuci tangan menggunakan sabun setelah beraktivitas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Bantuan Keuangan Politik Disalurkan Dua Tahap

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 15:07 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement