Advertisement
Perubahan Iklim Bikin Cuaca Kacau, Kadang Sangat Panas Kadang Sangat Dingin
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Perubahan iklim membuat cuaca semakin panas atau bahkan semakin dingin. Dilansir dari Live Science, sejarawan sekaligus pensiunan Direktur Pusat Sejarah Fisika di Institut Fisika Amerika di College Park Maryland, Spencer Weart menuturkan, cuaca semakin buruk secara global.
Perubahan iklim sejatinya bukanlah hal baru di planet kita. Perubahan iklim bisa sangat merusak di masa lalu.
Advertisement
BACA JUGA: BCS Tarik Diri 4 Laga Ke Depan, Ini Tanggapan Manajemen PSS Sleman
Kini, catatan modern mengungkapkan tren pemanasan global yang tidak wajar yang menguasai iklim Bumi dalam beberapa dekade terakhir. Dengan membakar bahan bakar fosil, manusia mengirimkan karbondioksida yang memerangkap panas dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer yang meningkatkan suhu global.
Data eksperimental dan model iklim menunjukkan pemanasan ini akan mempengaruhi cuaca dalam berbagai cara, membuatnya lebih panas dan lebih dingin, lebih ekstrim, lebih kacau. Atau dengan kata lain lebih buruk.
"Misalnya, saat dunia menjadi lebih hangat, lebih banyak air menguap dari permukaan area kering dan meningkatkan curah hujan di area basah," jelas Weart dikutip dari Live Science, Kamis (25/08/2022).
Dengan kata lain, daerah kering semakin kering dan daerah basah semakin basah. Lebih banyak uap air di atmosfer di planet yang memanas juga dapat menyebabkan turunnya salju yang lebih lebat selama musim dingin. Ia memberikan contoh badai atau siklon tropis di seluruh dunia yang makin parah sebagai contoh cuaca yang memburuk. Meski belum terlihat adanya peningkatan jumlah badai, namun ilmuwan meyakini badai yang buruk menjadi lebih parah.
"Peristiwa cuaca yang memecahkan rekor, seperti gelombang panas 2018 di Jepang yang menewaskan lebih dari 1.000 orang, kemungkinan akan menjadi lebih umum," tutur Weart.
Dalam sebuah studi tahun 2018 yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Online Letters on the Atmosphere (SOLA), peneliti melakukan simulasi komputer mengenai iklim dan menemukan bahwa gelombang panas tidak mungkin terjadi tanpa pemanasan global yang disebabkan oleh manusia. Sebuah studi 2020 yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications juga menemukan gelombang panas meningkat di seluruh dunia.
Meski berlawanan, namun pemanasan global juga dapat menyebabkan suhu yang lebih dingin. Studi tahun 2021 yang diterbitkan dalam jurnal Science menemukan Arktik yang memanas dan gangguan pada angin dingin yang berputar di atasnya yang disebut pusaran kutub terkait dengan musim dingin yang lebih ekstrem di belahan Bumi utara.
Kekhawatiran Utama
Dalam rilis Laporan Risiko Global 2022, Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) mengungkapkan bahwa isu perubahan iklim menjadi sumber kekhawatiran utama global. Risiko terkait perubahan iklim ini termasuk ke dalam tiga risiko teratas berdasarkan tingkat keparahannya dalam 10 tahun ke depan.
Alih-alih wabah Covid-19 yang memunculkan varian baru Omicron, risiko jangka panjang yang dihadapi dunia ialah perubahan iklim. Pernyataan ini merupakan pandangan serius dari hampir 1.000 pakar risiko dan pemimpin global dalam bisnis, pemerintah, dan masyarakat sipil dalam Laporan Risiko Global WEF 2022.
Dalam Survei Persepsi Risiko Global (GRPS) tahunan, terungkap bahwa kegagalan aksi iklim, peristiwa cuaca ekstrem, dan hilangnya keanekaragaman hayati dianggap sebagai tiga teratas dari 10 risiko global. Penyakit infeksi justru turun tingkat dan menempati urutan keenam dalam daftar tersebut.
BACA JUGA: Bansos BBM untuk Warga DIY Segera Cair
Kegagalan aksi iklim juga dianggap sebagai ancaman paling kritis bagi dunia baik dalam jangka menengah (2-5 tahun) dan jangka panjang (5-10 tahun). Kondisi tersebut dianggap menjadi potensi tertinggi untuk merusak masyarakat, ekonomi, dan planet ini. Masyarakat di seluruh dunia telah mengalami peningkatan dampak iklim, mulai dari kekeringan hingga banjir hingga naiknya air laut.
Untuk membatasi kenaikan suhu global hingga jauh di bawah 2°C dan sedekat mungkin hingga 1,5°C di atas tingkat pra-industri, bisnis, pembuat kebijakan, dan masyarakat sipil harus memajukan tindakan iklim jangka pendek dan jangka panjang yang komprehensif di sejalan dengan tujuan Perjanjian Paris tentang perubahan iklim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Live Science
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Jadi Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan, Ini Komitmen Budiman Sudjatmiko
- Kementerian Agama di Bawah Presiden Prabowo Kini Tidak Lagi Mengelola Jemaah Haji
- Prabowo Lantik Tujuh Penasehat Khusus Presiden, Ada Wiranto, Luhut, Terawan hingga Dudung Abudrachman
- Berikut Tujuh Utusan Khusus Presiden yang Dilantik Prabowo, Hari Ini
- Profil Romo HR Muhammad Syafii, Politisi Gerindra yang Dilantik Menjadi Wakil Menteri Agama di Kabinet Merah Putih Prabowo Gibran
Advertisement
Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Gunungkidul Baru Mencapai 23%
Advertisement
Menengok Lagi Kisah Ribuan Prajurit Terakota Penjaga Makam Raja di Xian China
Advertisement
Berita Populer
- Profil Veronika Tan, Wamen PPPA di Kabinet Prabowo
- Mendikdasmen Abdul Mu'ti Kaji Ulang Kurikulum Merdeka, UN hingga PPDB
- Layangkan Surat ke PBB, Iran Tuding Amerika Serikat Terlibat Rencana Serangan Israel ke Negaranya
- Kemenkominfo Berubah Menjadi Kemenkomdigi, Meutya: Percepat Transformasi Digital
- Bantuan Kemanusiaan Masyarakat Indonesia untuk Palestina Tiba di Yordania
- Profil Romo HR Muhammad Syafii, Politisi Gerindra yang Dilantik Menjadi Wakil Menteri Agama di Kabinet Merah Putih Prabowo Gibran
- Hari Ini, Prabowo Melantik Utusan Khusus Presiden, hingga Staf Khusus Presiden, Berikut Nama-namanya
Advertisement
Advertisement