Advertisement

Januari-Juni 2022, Ada 31 Kasus Baru Penderita HIV di Wonogiri

Jumali
Selasa, 30 Agustus 2022 - 22:07 WIB
Jumali
Januari-Juni 2022, Ada 31 Kasus Baru Penderita HIV di Wonogiri Ilustrasi HIV - AIDS. (Harian Jogja)

Advertisement

Harianjogja.com, WONOGIRI — Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri melaporkan terdapat 31 kasus baru penderita HIV pada semester I, Januari-Juni 2022. Angka tersebut sudah melebihi setengah dari kasus yang ditemukan pada 2021 yang berjumlah 50 kasus.

Kasus baru tersebut menambah angka kumulatif kasus HIV di Wonogiri. Sepanjang kurun waktu 2001 hingga Juni 2022 mencapai 696 kasus.

Advertisement

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Wonogiri, Satyawati Prawirohardjo, mengatakan kasus kumulatif HIV di Wonogiri terus bertambah dari tahun 2001 hingga Juni 2022. Tapi, kenaikan kasus tidak naik secara signifikan.

Heteroseksual atau hubungan seks dengan orang berbeda jenis kelamin yang berganti-ganti pasangan masih menjadi penyumbang terbanyak faktor risiko kasus HIV di Wonogiri. Angkanya mencapai 472 kasus atau 69 persen dari total kasus secara kumulatif di Kabupaten Sukses (696 kasus).

Sementara itu, proporsi kasus kumulatif berdasarkan jenis kelamin, laki-laki menjadi penyumbang kasus terbesar, yaitu 56 persen atau 389 kasus. Sedangkan perempuan menyumbang 44 persen atau 307 kasus.

Sedangkan dilihat dari golongan usia, umur 30 tahun-39 tahun merupakan usia yang paling tinggi risikonya terkena kasus HIV.

Dinkes Wonogiri bersama Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Wonogiri berupaya terus meningkatkan capaian pemeriksaan HIV pada delapan populasi kunci. Masing-masing, yaitu ibu hamil, penderita TBC, penderita infeksi menular seksual (IMS), penjaja seks (pekerja seks perempuan atau wanita penajaja seks), lelaki seks dengan lelaki (LSL), waria, pengguna narkoba dengan jarum suntik (penasun), dan warga binaan pemasyarakatan (WBP).

Tahun 2021, capaian pemeriksaan HIV di populasi kunci mencapai 83 persen. Tahun 2022, capaian pemeriksaan HIV pada populasi kunci baru sebesar 38,80 persen. Pada pemeriksaan tersebut, tidak semua populasi kunci bisa terjangkau untuk dilakukan pemeriksaan.

“Pada 2022 ini, kelompok yang kami periksa baru ibu hamil, penderita TBC, LSL, dan penderita IMS. Kelompok ibu hamil masih mendominasi jumlah pemeriksaan dengan persentase, yakni sebanyak 39.37 atau 4.721 dari total 11.991 ibu hamil. Bisa jadi, angka kasus yang dapat dikatakan sedikit itu karena capaian pemeriksaan juga masih sedikit,” kata Satyawati, Selasa (30/8/2022).

Saat ini, Dinkes bersama KPA sedang melakukan proses pemetaan populasi kunci sebagai dasar menentukan langkah lebih lanjut. Hingga sekarang, belum ada data pasti terkait jumlah populasi kunci, khususnya populasi LSL, waria, dan PSP atau WPS di Wonogiri.

“Kami bekerja sama dengan kelompok dukungan sebaya agar populasi kunci itu bisa dijangkau [melakukan konseling tes HIV]. Kami sudah mendapatkan 45 hotspot yang biasa menjadi tempat berkumpul populasi kunci. Kami akan melakukan observasi perilaku dan biologis kepada mereka,” ujar dia.

Selain terus berupaya meningkatkan capaian pemeriksaan, pihaknya juga tetap memberikan layanan konseling dan pengobatan kepada pengidap HIV/AIDS di Wonogiri.

Sebanyak enam rumah sakit (RS), baik negeri maupun swasta, enam klinik, dan 34 puskesmas di seluruh wilayah Wonogiri sudah dapat melayani konseling tes HIV. Sedangkan untuk pelayanan, dukungan, dan pengobatan (PDP) HIV sudah ada di empat rumah sakit dan 23 puskesmas.

“Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak baru dapat dilakukan di RS. dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri,” katanya.

Sekretaris KPA Wonogiri, Suprio Heryanto, menyampaikan ada beberapa penyebab mengapa populasi kunci sulit dilakukan tes konseling tes HIV. Di antaranya, stigma negatif masyarakat terhadap penderita HIV, diskriminasi, dan stigma negatif diri sendiri terhadap penderita HIV.

Padahal saat ini masyarakat sudah banyak mengetahui penyakit HIV AIDS. Mereka sudah tidak lagi melakukan diskriminasi dan pelabelan negatif terhadap penderita HIV.

“Untuk tindakan pencegahan penularan, perlu ada abstinence atau tidak berhubungan seksual di luar nikah, be faithful atau setia kepada pasangan, hindari penggunaan narkoba, dan pendidikan mengenai HIV. Saat ini kasus itu di Wonogiri mendominasi karena faktor risiko hubungan seksual yang berganti-ganti. Oleh karena itu, tidak berhubungan seksual sebelum nikah dan setia kepada pasangan menjadi kunci pencegahan,” jelas Suprio Heryanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Lulusan Pertanahan Disebut AHY Harus Tahu Perkembangan Teknologi

Sleman
| Kamis, 25 April 2024, 20:37 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement