Advertisement
Es Krim Hageen Dasz Ditarik dari Pasaran karena Etilen Oksida, Seberapa Bahayanya Bahan Itu?

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA -- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) resmi menarik es krim Hageen Dasz rasa vanila dari pasaran. Penarikan itu dilakukan lantaran es krim tersebut mengandung Etilen Oksida (EtO).
Dalam keterangan tertulis di laman resminya, BPOM menyatakan produk itu mengandung Etilen Oksida (EtO) yang kadarnya melebihi batas yang diizinkan oleh European Union (EU).
Advertisement
Dalam laman resminya disebutkan bahwa penarikan itu sehubungan dengan informasi yang diterima oleh Indonesia Rapid Alert System for Food and Feed (INRASFF) tertanggal 8 Juli 2022 dari European Union Rapid Alert System for Food and Feed (EURASFF) tentang ditemukannya Etilen Oksida (EtO).
Dari hasil penelitian disebutkan jika mengandung Etilen Oksida (EtO) dengan kadar melebihi batas yang diizinkan oleh European Union (EU), pada produk Es Krim Rasa Vanila merek Haagen-Dazs.
Lantas apa itu Etilen Oksida (EtO)?
Dikutip dari laman gencraftlabs, Etilen Oksida atau disingkat EtO kerap digunakan sebagai bahan tambahan dalam pestisida dan pengawet rempah-rempah.
Di India dan Kanada, etilen oksida digunakan untuk membunuh bakteri dan jamur pada makanan. Padahal, banyak negara yang telah melarang zat tersebut ada di bahan makanan karena sifatnya yang berbahaya bagi tubuh.
Etilen oksida berbentuk gas, tidak berbau maupun berwarna sehingga, sulit untuk dideteksi. Kandungan etilen oksida kerap kali ditemukan pada rempah-rempah, jamu, buah yang dikeringkan, es krim, kacang-kacangan, dan selai.
Pada 2021, etilen oksida kembali menjadi perbincangan setelah ditemukan dalam penguat rasa locust bean gum (E410) di Uni Eropa. Selaras dengan itu, EtO di Indonesia kerap digunakan untuk sterilisasi rempah-rempah.
Hal itu dilakukan karena adanya kontaminasi kotoran hewan, bulu hewan pengerat, dan bagian serangga pada rempah-rempah.
Kontaminasi tersebut, dapat menyebabkan rempah-rempah mudah membusuk. Kejadian ini dapat terus terjadi selama proses penyimpanan, distribusi, dan penjualan. Bahkan, penggunaan EtO juga dilakukan untuk mengawetkan buah kering, seperti buah plum kering.
Padahal, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (U.S. EPA) mengklasifikasikan etilen oksida dalam grup B1 (senyawa bersifat karsinogenik) karena ditemukannya efek samping dari paparan EtO pada manusia, berupa efek otot lemas, mual, muntah, diare, sesak napas, sakit kepala, dan disfungsi neurologis. Efek beratnya dapat menyebabkan leukimia, aborsi spontan, neurotoksisitas, serta sindrom saluran napas akut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Satgas PHK Tak Kunjung Terbentuk, Buruh Semakin Terpuruk
- Istana Tegaskan Minuman Bersulang Prabowo Bukan Alkohol
- Belasan Organisasi Minta Influencer Setop Promosikan Vape pada Anak-Anak
- Kemenag Pastikan Pengurusan Visa Haji 2025 Sudah Tutup
- Pilpres Korea Selatan, 10 Juta Pemilih Nyobol di Pemungutan Suara Awal
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- BKSDA Ungkap Penyebab Kematian Harimau Sumatera Si Uni di Jambi
- KPK Bakal Telisik Dugaan Praktik Gratifikasi di Kementerian PU
- Badan Geologi Keluarkan Rekomendasi Keselatan Terbaru Menyusul Erupsi di Gunung Semeru dan Dukono
- Israel dan Hamas Sepakat Gencatan Senjata di Gaza
- Pembangunan Kantor Kemenko 3 di IKN Selesai dan Siap Digunakan
- Pemerintah Alokasikan Rp1,47 Triliun untuk Penelitian dan Pengabdian Masyarakat di Kampus
- Ratusan Tokoh Desak PM Inggris Setop Suplai Senjata ke Israel
Advertisement