Advertisement
Jokowi Mending Revisi Perpres daripada Naikkan Harga BBM Bersubsidi

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR Fraksi PKS Mulyanto meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) segera menerbitkan revisi Perpres No. 191/2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM daripada sibuk mewacanakan kenaikan harga BBM bersubsidi.
"Ini adalah pilihan yang paling rasional di tengah daya beli masyarakat yang belum pulih benar, akibat pandemi Covid-19 serta kenaikan harga barang kebutuhan pokok masyarakat seperti minyak goreng,” katanya melalui pesan singkat kepada wartawan, Sabtu (9/8/2022).
Advertisement
Mulyanto menjelaskan bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi sangat sensitif bagi kenaikan inflasi, terutama di sektor transportasi dan bahan pangan pokok.
Dia juga melihat bahwa saat ini penyaluran BBM bersubsidi hampir sebanyak 60 persen tidak tepat sasaran. Belum lagi adanya dugaan kebocoran BBM bersubsidi ke industri dan ekspor ilegal ke negara tetangga.
“Jadi kalau pembatasan dan pengawasan BBM bersubsidi ini dapat dilakukan dengan baik, maka kita bisa menghemat APBN lebih dari 50 persen. Ini kan bagus," jelasnya.
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR itu meminta Presiden untuk tidak membanding-bandingkan harga BBM di Indonesia dengan di negara maju. Menurutnya, sebagai perbandingan, Indonesia cukup melihat di negeri jiran seperti Brunei dan Malaysia.
Dua negara tersebut menjual BBM jauh lebih murah dibanding Indonesia. Mulyanto mencontohkan harga bensin di Brunei untuk RON 90 sebesar Rp3.800 per liter dan RON 95 Rp6.900 per liter. Di Indonesia, bensin Pertalite atau setara RON 90 dijual dengan harga Rp7.650 per liter.
“Karenanya kalau Pemerintah peka dan memiliki sense of crisis, maka regulasi terkait pembatasan penggunaan BBM bersubsidi ini, baik solar maupun pertalite, penting untuk segera ditetapkan. Jangan tertunda-tunda seperti sekarang ini," jelasnya.
Ibarat argometer, lanjut Mulyanto, beban subsidi yang tidak tepat sasaran akan jalan terus kalau revisi Perpres terkait tidak lekas terbit.
“Semakin lama kita menunda pembatasan penggunaan BBM bersubsidi, maka akan semakin lambat efisiensi anggaran dilakukan,” ungkapnya.
Sebelumnya, Jokowi dalam Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional ke-29 di Medan pada Kamis (7/7/2022) kembali menyinggung tentang harga BBM yang saat ini sedang mengalami lonjakan.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden memberi sinyal tentang kemungkinan adanya kenaikan harga BBM di Indonesia jika beban APBN terlalu berat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Puluhan Ribu Warga Turki Turun ke Jalan, Tuntut Erdogan Mundur
- Hidup Jadi Tenang di 9 Negara yang Tak Punya Utang
- Menkeu Purbaya Jamin Bunga Ringan untuk Pinjaman Kopdes ke Himbara
- Ini Duduk Perkara Temuan BPK Soal Proyek Tol CMNP yang Menyeret Anak Jusuf Hamka
- PT PMT Disegel KLH, Diduga Sumber Cemaran Zat Radioaktif
Advertisement
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Kematian Mahasiswa Unnes saat Demo di Semarang Sedang Diinvestigasi
- 7 Jenazah Korban Kecelakaan Bus RS Bina Sehat Dimakamkan di Jember
- Daftar 10 Negara yang Menolak Palestina Merdeka
- Polisi Selidiki Penyebab Kecelakaan Maut Bus Rombongan Rumah Sakit Bina Sehat
- Polisi Peru Tangkap Komplotan Pembunuh Diplomat Indonesia Zetro Purba
- Wasekjen PDIP Yoseph Aryo Dipanggil KPK Sebagai Saksi Kasus DJKA
- Hubungan Venezuela-AS Memanas, Ini Penyebabnya
Advertisement
Advertisement