Advertisement
Kenali Gejala Virus Hendra yang Mematikan
Kelelawar - Antara
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Belum berakhir dengan pandemi Covid-19 dan penyakit hepatitis akut, Indonesia harus kembali meningkatkan kewaspadaan terhadap virus Hendra. Lalu apa yang dimaksud dengan virus Hendra dan bagaimana penyebarannya?
Ketua Satgas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban menjelaskan bahwa virus Hendra merupakan bagian dari virus Paramyxoviridae dari genus Henipavirus. Dikutip dari Instagram @profesorzubairi, Minggu (22/5/2022), virus tersebut dinamakan Hendra karena pertama kali ditemukan di kota Hendra, Brisbane, Australia pada 1994.
Advertisement
Prof. Zubairi menyebutkan bahwa penyebaran virus Hendra dapat terjadi ketika manusia melakukan aktivitas penebangan pohon.
“Inang alami virus ini adalah kelelawar pemakan buah-buahan. Kalau ada penebangan hutan, maka kelelawar akan pindah,” jelas Prof. Zubairi dikutip dari @profesorzubairi, Minggu (22/5/2022).
Menurut Zubairi, kelelawar-kelewar tersebut nantinya dapat terbang dan berpindah ke pohon yang berada di kawasan tempat tinggal manusia dan peternakan kuda.
Hal ini dapat menyebabkan manusia terinfeksi virus Hendra, ketika mengalami kontak langsung dengan cairan tubuh kuda yang terinfeksi, seperti cairan hidung atau darah.
Meskipun demikian, Zubairi menjelaskan bahwa penyebaran virus Hendra dari manusia ke manusia ataupun kelelawar ke manusia, sampai saat ini belum ditemukan. Dia menambahkan bahwa penularan hanya terjadi dari kuda ke manusia.
Adapun gejala-gejala virus Hendra tergolong dalam gejala berat, yakni dimulai dari pendarahan, radang selaput otak, kejang-kejang, hingga edema paru.
Untuk mencegah penyebaran virus tersebut, Zubairi menerangkan bahwa sikap antisipatif yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan vaksin virus Hendra pada kuda. Dia juga mengimbau masyarakat untuk terus menjaga kebersihan peternakan serta meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Sekedar informasi, hingga Maret 2021, sebanyak 63 kasus virus Hendra telah ditemukan pada kuda di Australia. Penemuan tersebut telah menyebabkan 105 kematian kuda dan 4 kematian manusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Badan Geologi Pantau Ketat 127 Gunung Api Aktif di Indonesia
- Libur Nataru, KLH Prediksi Sampah Nasional Naik 59 Ribu Ton
- Lebih dari 4 Juta Senjata Beredar, Australia Luncurkan Buyback Nasion
- KPK Tangkap Enam Orang dalam OTT di Kalimantan Selatan
- Kakak Sulung Berpulang, Unggahan Atalia Praratya Mengharukan
Advertisement
UMK Sleman 2026 Direkomendasikan, Tunggu Penetapan Gubernur
Advertisement
Sate Klathak Mbah Sukarjo Hadirkan Kuliner Khas di Pusat Kota
Advertisement
Berita Populer
- Ombudsman Kalsel Tangani 298 Laporan Infrastruktur Sepanjang 2025
- 3 Jenis Software HR yang Perlu Anda Ketahui
- Bus KSPN Malioboro ke Pantai Baron Kembali Beroperasi
- Libur Sekolah, Siswa Bantul Tetap Terapkan 7 Kebiasaan Baik
- Jadwal KA Prameks Jogja-Kutoarjo Minggu 21 Desember
- Pakar UMY Tekankan Peran LKM Jaga Perputaran Ekonomi Desa
- Harga Emas Pegadaian Naik, UBS dan Galeri24 Kompak Menguat
Advertisement
Advertisement



