Advertisement
Ukraina Butuh Rp101 Triliun per Bulan untuk Pemulihan akibat Perang
![Ukraina Butuh Rp101 Triliun per Bulan untuk Pemulihan akibat Perang](https://img.harianjogja.com/posts/2022/04/24/1099935/presiden-ukraina.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Ukraina meminta kepastian dari negara yang menjanjikan bantuan pada pertemuan musim semi International Monetary Fund (IMF) dan World Bank untuk memulihkan negara yang diamuk perang. Ukraina sekitar US$5 miliar - US$7 miliar atau sekitar Rp72 triliun hingga Rp101 triliun per bulan.
Wakil Gubernur Bank Sentral Ukraina Sergiy Nikolaychuk mengatakan kendati kebutuhannya besar, jumlah yang dijanjikan negara maju masih belum jelas. Selain itu, merealisasikan janji tersebut memang membutuhkan upaya yang besar.
Advertisement
Bantuan tersebut bisa dalam banyak bentuk berupa uang tunai untuk pengeluaran pemerintah, bantuan militer, bantuan kemanusiaan, atau dana untuk para pengungsi.
"Ada banyak janji, ada banyak jaminan. Namun, untuk mewujudkannya menjadi dukungan keuangan yang nyata, tentu ada banyak PR yang harus dilakukan oleh mitra kami," ujar Nikolaychuk di Washington seperti dikutip Bloomberg pada Minggu (24/2/2022).
Sebelumnya, Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal mengatakan Ukraina membutuhkan US$600 miliar untuk membangun kembali dan bertransformasi ke masa depan.
Dalam sesi World Bank pada Kamis, dia menyerukan anggota negara IMF mendonasikan sekitar 10 persen cadangan mereka atau disebut special drawing rights (SDR) yang didapat dari lembaga internasional itu.
Namun, sejumlah bank sentral memang tidak memiliki ketentuan untuk meminjamkan SDR.
Dia juga menambahkan, aset Rusia di AS, Kanada, dan Uni Eropa seharusnya bisa digunakan untuk membangun kembali properti yang dihancurkan oleh Rusia.
Sementara itu, Presiden World Bank David Malpass mengatakan bahwa prioritas pembiayaan kepada Ukraina harus bisa memenuhi kebutuhan sehingga meminimalisir beban utang.
Belum lama ini, Bank Dunia telah meneken pinjaman darurat senilai US$1,4 miliar kepada Ukraina.
“Jelas bahwa perang menghambat pada keberlanjutan utang kami. Semakin lama perang berlangsung, semakin sulit bagi kami untuk dapat membayar utang kami," kata Nikolaychuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- PBNU dan PKB Masih Saja "Perang Dingin", Ini yang Jadi Biangnya
- PSI Resmi Umumkan Nama Calon Kepala Daerah yang Diusung, Ini Daftarnya
- PBNU Siapkan Panitia Khusus untuk Mengembalikan PKB ke NU, Ini Alasannya
- BPK Temukan Masalah di Sistem Keuangan Haji Terpadu
- Air Bersih di IKN Bisa Langsung Diminum Dialirkan dari IPA Sepaku
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2024/07/27/1182739/korupsi-ilustrasi-freepik.jpg)
Diduga Terlibat Korupsi, Politisi Partai NasDem Ditangkap Tim Kejagung
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2024/07/24/1182437/taman-ablekambang.jpg)
Taman Balekambang Solo Resmi Dibuka Kamis 25 Juli 2024, Segini Tarif Masuk dan Jam Operasionalnya
Advertisement
Berita Populer
- Bolone Mase "Gibran" Dukung Dico di Pilwalkot Semarang
- PBB: Korban Jiwa Dampak Panas Ekstrem Diperkirakan Mencapai 500 Ribu Orang Pertahun
- Museum Song Terus Menambah Keberagaman Wisata di Pacitan
- Kejagung Limpahkan Tersangka Direktur SMIP ke Kejari Pekanbaru dalam Kasus Importasi Gula
- MUI Kaji Kemungkinan Dapat Ikut Mengelola Tambang
- Pemkab Kulonprogo Komitmen Dukung Pembentukan Kawasan Geopark Jogja
- Tito Karnavian Optimistis Indonesia Jadi Negara dengan Ekonomia Dominan di Dunia
Advertisement
Advertisement