Advertisement
Ukraina Butuh Rp101 Triliun per Bulan untuk Pemulihan akibat Perang
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberikan keterangan melalui video yang diunggah di Facebook
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Ukraina meminta kepastian dari negara yang menjanjikan bantuan pada pertemuan musim semi International Monetary Fund (IMF) dan World Bank untuk memulihkan negara yang diamuk perang. Ukraina sekitar US$5 miliar - US$7 miliar atau sekitar Rp72 triliun hingga Rp101 triliun per bulan.
Wakil Gubernur Bank Sentral Ukraina Sergiy Nikolaychuk mengatakan kendati kebutuhannya besar, jumlah yang dijanjikan negara maju masih belum jelas. Selain itu, merealisasikan janji tersebut memang membutuhkan upaya yang besar.
Advertisement
Bantuan tersebut bisa dalam banyak bentuk berupa uang tunai untuk pengeluaran pemerintah, bantuan militer, bantuan kemanusiaan, atau dana untuk para pengungsi.
"Ada banyak janji, ada banyak jaminan. Namun, untuk mewujudkannya menjadi dukungan keuangan yang nyata, tentu ada banyak PR yang harus dilakukan oleh mitra kami," ujar Nikolaychuk di Washington seperti dikutip Bloomberg pada Minggu (24/2/2022).
Sebelumnya, Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal mengatakan Ukraina membutuhkan US$600 miliar untuk membangun kembali dan bertransformasi ke masa depan.
Dalam sesi World Bank pada Kamis, dia menyerukan anggota negara IMF mendonasikan sekitar 10 persen cadangan mereka atau disebut special drawing rights (SDR) yang didapat dari lembaga internasional itu.
Namun, sejumlah bank sentral memang tidak memiliki ketentuan untuk meminjamkan SDR.
Dia juga menambahkan, aset Rusia di AS, Kanada, dan Uni Eropa seharusnya bisa digunakan untuk membangun kembali properti yang dihancurkan oleh Rusia.
Sementara itu, Presiden World Bank David Malpass mengatakan bahwa prioritas pembiayaan kepada Ukraina harus bisa memenuhi kebutuhan sehingga meminimalisir beban utang.
Belum lama ini, Bank Dunia telah meneken pinjaman darurat senilai US$1,4 miliar kepada Ukraina.
“Jelas bahwa perang menghambat pada keberlanjutan utang kami. Semakin lama perang berlangsung, semakin sulit bagi kami untuk dapat membayar utang kami," kata Nikolaychuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Musim Flu AS Catat 2,9 Juta Kasus, 1.200 Orang Meninggal
- Korupsi Kepala Daerah Masih Terjadi, Pakar Nilai Retret Bukan Solusi
- PBB Desak Israel Buka Akses Bantuan, Palestina Angkat Bicara
- Langgar VoA, Imigrasi Bali Deportasi Bintang Porno Asal Inggris
- Banjir Besar Menerjang AS dan Kanada, Puluhan Ribu Mengungsi
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal SIM Keliling Gunungkidul, Sabtu 13 Desember 2025
- Rekayasa Lalin Kotabaru Diputuskan Akhir Pekan, Ini Agendanya
- Jadwal DAMRI ke Bandara YIA, Sabtu 13 Desember 2025
- Xiaomi Rilis HyperOS 3 Berbasis Android 15 ke Banyak Perangkat
- Indra Sjafri Akui Bertanggung Jawab atas Gagalnya Timnas U-23
- Jadwal SIM Keliling di Kulonprogo, Sabtu 13 Desember 2025
- Disney Investasikan US$1 Miliar ke OpenAI, Ini Detailnya
Advertisement
Advertisement





