Advertisement
Ditemukan Sejak Masa Pemerintahan Sultan Agung, Simak Sejarah Tempe di Indonesia

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Tempe berasal dari pulau Jawa setidaknya beberapa abad yang lalu. Pada saat itu masyarakat Jawa, tanpa pelatihan formal di bidang mikrobiologi atau kimia, mengembangkan kelompok makanan fermentasi yang luar biasa, disebut tempe.
Saat ini kita dapat menyebut produk ini sebagai analog daging, karena memiliki tekstur, rasa, dan kandungan protein yang hampir sama dengan berbagai makanan daging.
Advertisement
Masyarakat juga belajar membuat tempe dari bungkil biji minyak (kue kaya protein yang tersisa setelah diperas minyak dari biji minyak, seperti kacang tanah atau kelapa), okara (sisa ampas kedelai setelah pembuatan susu kedelai atau tahu), dan limbah pertanian lainnya, yang tingginya kandungan serat dan relatif tidak dapat dicerna sehingga membuat mereka hanya cocok untuk pakan ternak.
Sejak zaman kuno, bahasa Melayu telah menjadi lingua franca di Nusantara yang mencakup Malaysia dan Indonesia saat ini. Orang Jawa telah memiliki bahasa tertulis sejak zaman kuno, dengan prasasti batu yang ada berasal dari abad ke-7 M. Sastra awal ini terutama membahas agama, filsafat, dan budaya, dengan sedikit informasi tentang makanan.
Referensi paling awal di dunia tentang tempe muncul dalam Serat Centini, yang mungkin ditulis sekitar tahun 1815 atas perintah Sunan Sugih, Putra Mahkota, dan Pakubuwana V dari Surakarta, di Jawa Tengah bagian timur saat ini. Penulis utamanya mungkin adalah Rangga Sutrasna. Karya klasik sastra Jawa Modern ini memuat baris yang menyebutkan "bawang dan témpé mentah."
Meskipun Serat Centini ditulis sekitar tahun 1815, kemungkinan besar ini didasarkan pada sumber-sumber yang jauh lebih tua, cerita diatur pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) dan deskripsi dimaksudkan untuk waktu itu. Jadi, tempe mungkin sudah ada di awal tahun 1600-an.
BACA JUGA: Pemakaman Pasien Covid-19 di Sleman Meningkat Sepanjang Februari
Namun, dokumen sebenarnya di mana referensi ini muncul (Codex Orientalis 1814 dari Perpustakaan Universitas Leiden) mencantumkan tanggal 1846, sehingga dapat dibayangkan bahwa referensi tempe ditambahkan sesaat sebelum publikasi.
Serat Centini, yang ditulis dalam bentuk syair, menceritakan tentang petualangan para ‘mahasiswa’ yang mengembara di pedesaan Jawa untuk mencari kebenaran. Dalam perjalanan cerita, informasi rinci diberikan pada banyak mata pelajaran termasuk budaya dan kehidupan Jawa. Penggalan yang menyebut tempe terjadi dalam deskripsi Wanamarta, tempat yang makmur, dalam konteks resepsi yang diberikan kepada Jayengwesti dan melibatkan segala macam makanan. Ini, termasuk "bawang dan témpé mentah," hanya terdaftar tanpa informasi lebih lanjut.
Perkiraan konservatif bahwa tempe berasal setidaknya beberapa abad yang lalu juga didukung oleh bukti yang didasarkan pada distribusi geografis, popularitas, dan sejumlah besar varietas makanan saat ini. Tempe dikenal bahkan di daerah pedesaan paling terpencil di sebagian besar Jawa, merupakan bagian integral dari masakan yang disajikan dalam berbagai hidangan populer, dan pada pertengahan 1970-an itu dibuat dari setidaknya 17 biji asli dan balok padat oleh lebih dari 41.000 toko, menggunakan metode tradisional yang sederhana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Komisaris Pertamina Baru, Bambang Suswantono Miliki Harta Rp10,9 Miliar
- Kereta Cepat WHOOSH, dari Jebakan Utang China hingga Buang-Buang Uang
- Cerita Soebronto Laras dan Kecintaannya pada Otomotif
- Soebronto Laras Meninggal Dunia, Ini Sepak Terjang Tokoh Otomotif Nasional
- Nasabah Diteror DC AdaKami hingga Bunuh Diri, Berikut Sikap OJK
Advertisement

Aksi Lempar Batu Pelajar SMA di Bantul, Pelaku Ditangkap dan Dimediasi
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Pelayat dari Berbagai Latar Belakang Lepaskan Pengusaha Soebronto Laras di TPU Karet Bivak
- Komisaris Pertamina Baru, Bambang Suswantono Miliki Harta Rp10,9 Miliar
- Permohonan Paspor Elektronik Kini Dapat Diajukan di 102 Kantor Imigrasi Se-Indonesia
- Pakar: Kewajiban Operator Asing Bekerja Sama dengan Perusahaan Lokal Wajar
- Jepang Siap Guyur Rp207 T per Tahun untuk RI Demi Ini
- 3 Tersangka Suap Eks Kabasarnas Segera Jalani Proses Sidang
- FK-KMK UGM Kembali Menggelar Health Research & Innovation Expo 2023
Advertisement
Advertisement