Advertisement
La Nina Mengancam Indonesia, Ini Faktor Penyebab Terjadinya
Hujan deras pada Senin (1/11/2021) siang membuat kawasan Jatiwarna di Bekasi banjir. Fenomena La Nina bisa menyebabkan hujan lebat dan banjir di Indonesia - Istimewa
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA -Fenomena alam La-Nina diprediksi melanda wilayah Indonesia. Masyarakat diminta untuk waspada.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan peringatan dini untuk waspada fenomena La-Nina menjelang akhir tahun, lalu apa penyebab fenomena La Nina?
Advertisement
Indonesia harus siap menghadapi fenomena La Nina 2021/2022 yang diperkirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah-sedang, setidaknya hingga Februari 2022.
Menurut laporan pengawasan terakhir oleh BMKG terhadap perkembangan dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur menunjukkan bahwa, saat ini nilai anomali mendekati batas La Nina sebesar -0.61 pada Dasarian I Oktober 2021.
Fenomena La Nina merupakan kebalikan El Nino yang menurut bahasa penduduk lokal Amerika Latin berarti bayi perempuan. Peristiwa La Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali setelah terjadinya El Nino.
Menurut proses terjadinya, La Nina bermula pada perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut sampai akhirnya akan sampai ke wilayah Indonesia. Hal ini kemudian berakibat wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudera Hindia akan bergerak menuju Indonesia.
Angin dan fenomena La Nina akan membawa banyak uap air ke Indonesia, sehingga bisa menyebabkan Indonesia sering dilanda hujan lebat bahkan berpotensi banjir.
Sebelumnya, baik istilah El Nino dan La Nina dianggap sebagai peristiwa penyimpangan suhu yang terjadi karena dampak dari pemanasan global dan terganggunya keseimbangan iklim.
Beberapa faktor penyebab terjadinya fenomena ini diantaranya yaitu anomali suhu yang mencolok di perairan Samudera Pasifik, melemahnya angin passat (trade winds) di Selatan Pasifik yang menimbulkan adanya pergerakan angin jauh dari normal.
Penyebab terakhir yang telah teridentifikasi yaitu adanya kenaikan daya tampung lapisan atmosfer, yang disebabkan oleh pemanasan dari perairan panas dibawahnya. Hal tersebut diketahui terjadi di perairan peru pada saat musim panas, serta adanya perbedaan arus laut di perairan Samudera Pasifik.
BACA JUGA: Diadang dan Dicelurit Rombongan Klithih di Sleman, 2 Pemuda Terluka
Kendati demikian, Dwikorita mengingatkan kepada pemerintah daerah, masyarakat, dan seluruh pihak terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana yang berada di wilayah berpotensi terdampak agar bersiap melakukan langkah pencegahan dan mitigasi terhadap peningkatan potensi bencana.
"Bencana longsor atau banjir bandang masih mungkin terjadi umumnya di lokasi yang rusak, lereng terpotong atau wilayah hijau sudah banyak terbuka artinya tanpa La Nina pun, meski hujan tidak lebat dapat memicu terjadi banjir. Mari kita cek kapasitas tata air dari hulu hilir," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Memasuki Musim Hujan, Revitalisasi SAH di Kota Jogja Dikebut
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Kolaborasi RI-Brasil Dorong Pengembangan Energi Terbarukan
- DPR Dukung Pemerintah Tolak Kehadiran Atlet Israel
- Menteri Nusron: Santri Harus Hadir di Ruang Politik dan Birokrasi
- Terlalu Sering Curhat ke AI Bisa Picu Gangguan Psikologis
- Tips Hemat BBM Ala Honda, Berkendara Jadi Lebih Irit
- Pemkab Banyumas Fokus Efisiensi Hadapi Pengurangan TKD
- Jadwal Lengkap Liga Prancis, Persaingan Kian Panas
Advertisement
Advertisement



