Advertisement
Skandal Pangeran Palsu Saudi, Elite Politik Lebanon Tertipu
Ilustrasi
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Skandal penipuan “Pangeran Palsu” asal Arab Saudi terbongkar di Lebanon setelah hampir satu dekade memanipulasi elite politik dan bisnis.
Laporan Tehran Times mengungkapkan dua tersangka utama dalam kasus ini: Mustafa al-Hessian, seorang pekerja logam asal Akkar, dan Khaldoun Araymit, seorang pengatur politik. Keduanya diduga menjalankan operasi terkoordinasi untuk memeras para politisi.
Advertisement
Modus penipuan ini melibatkan pembagian peran yang sangat spesifik. Al-Hessian berperan sebagai "Abu Omar", sosok yang diklaim sebagai utusan rahasia kerajaan Saudi. Ia hanya berkomunikasi melalui telepon menggunakan aksen Arab Teluk yang meyakinkan untuk menjaga identitasnya.
Sementara itu, Khaldoun Araymit bertugas sebagai "pintu masuk". Ia memperkenalkan Abu Omar kepada para politisi dan pengusaha Lebanon sebagai "saluran tidak resmi" menuju Riyadh. Para korban dijanjikan dukungan finansial dan politik, mulai dari kursi parlemen, posisi menteri, hingga jabatan perdana menteri.
BACA JUGA
Para korban diperingatkan untuk merahasiakan komunikasi ini dari jalur diplomatik resmi, dengan dalih bahwa ini adalah jalur "kerajaan" yang sangat sensitif.
Penipuan ini berhasil menjerat nama-nama besar dari berbagai spektrum politik di Lebanon. Berdasarkan laporan media setempat, daftar korban meliputi:
- - Michel Pharaon (Mantan Menteri Pariwisata)
- - Mohammad Choucair (Mantan Menteri Telekomunikasi)
- - Nabil Badr dan Ghassan Hasbani (Anggota Parlemen)
- - Samir Geagea (Pemimpin Pasukan Lebanon)
Kerugian finansial dilaporkan mencapai angka yang fantastis. Beberapa korban memberikan tunjangan bulanan sebesar US$ 4.000 (sekitar Rp64 juta), sementara yang lain kehilangan hingga ratusan ribu dolar AS melalui pembayaran tunggal.
Skema ini mulai runtuh ketika para korban curiga karena Abu Omar selalu menghindari pertemuan tatap muka. Namun, penemuan kunci terjadi secara kebetulan yang dramatis.
Seorang korban mencoba menelepon Abu Omar saat berada dalam satu ruangan dengan al-Hessian. Secara mengejutkan, telepon seluler al-Hessian berdering, mengungkap identitas aslinya sebagai sosok di balik suara "pangeran" tersebut.
Insiden ini memicu investigasi intelijen militer Lebanon yang berujung pada penangkapan al-Hessian. Arab Saudi, yang merasa namanya disalahgunakan, dikabarkan telah berkoordinasi dengan otoritas keamanan Lebanon untuk mengusut tuntas kasus ini.
Kasus ini memiliki dimensi yang lebih gelap daripada sekadar penipuan uang. Muncul tuduhan serius bahwa Abu Omar mencoba memengaruhi konsultasi parlemen dalam penunjukan perdana menteri pada Januari 2025.
Beberapa anggota parlemen dilaporkan menerima telepon berisi "perintah kerajaan" mengenai arah suara mereka. Jika terbukti, hal ini berarti proses konstitusional negara telah dimanipulasi oleh sebuah skema penipuan kriminal.
Investigasi terhadap kasus yang menggambarkan kerapuhan sistem politik Lebanon ini masih terus berlangsung, sementara publik menanti sejauh mana keterlibatan aktor-aktor lain dalam jaringan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Natal 2025 Aman, Polisi Sterilisasi Gereja-Gereja Besar di Bantul
Advertisement
9 Desa Wisata Pilihan untuk Liburan Akhir Tahun di Indonesia
Advertisement
Berita Populer
- Perpustakaan Umum Bantul Raih Predikat A Akreditasi
- UNISA Yogyakarta Beri Pelayanan Kesehatan Penyintas Bencana
- UNY Wisuda 1.510 Lulusan, Rektor Tekankan Prestasi dan Mutu Alumni
- Menteri Nusron Tekankan Spirit Kemanusiaan dalam Perayaan Natal
- Distribusi Pupuk Subsidi di Sleman Dipantau, HET Turun 20 Persen
- Kost Jogja di Area Tenang hingga Ramai, Ini 5 Pilihan Daerahnya
- Terungkap, Pelaku Pembuangan Bayi di Kos Solo Tetangga Sendiri
Advertisement
Advertisement



