Advertisement
Beda dengan Covid-19, Mengapa Wabah SARS Berakhir Tanpa Vaksin? Ini Kata Dokter

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Meski sama-sama disebabkan oleh virus Corona, SARS dan Covid-19 sebenarnya berbeda. Dulu, gejala SARS relatif lebih berat dan persentase kematiannya juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan Covid-19. Namun, pernahkah Anda berpikir mengapa SARS dulunya dapat berakhir begitu saja tanpa vaksin, dan mengapa Covid-19 tidak bisa tereliminasi dengan cara yang sama?
SARS merupakan singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome atau sindrom pernapasan akut berat.
“Disebabkan oleh SARS-CoV-1 yang masih bersepupu dengan SARS-CoV-2 (penyebab Covid-19). Sama-sama virus Corona,” tulis dr Samuel P. K. Sembiring, seorang dokter dan edukator kesehatan pada akun Instagramnya, Senin (27/9/2021).
Penyakit SARS ini pertama kali muncul pada akhir 2002 di Guangdong, China, diidentifikasi awal tahun 2003 dan berakhir pada pertengahan tahun 2004.
Penyakit SARS ini seolah-olah hilang begitu saja, tanpa vaksin. Mengapa bisa demikian? Apa resep rahasianya? Lalu apakah Covid-19 bisa hilang dengan cara yang sama?
Sebenarnya, dr Sam menjelaskan, vaksin untuk SARS dulunya sudah pernah sempat dimulai. Uji vaksin sudah sampai pada uji klinis fase pertama. Namun, wabah SARS sudah berakhir, sehingga penelitian tidak dilanjutkan.
Ada beberapa alasan mengapa wabah SARS bisa dieliminasi.
1. Patuh memakai masker karena takut terinfeksi SARS
SARS memiliki gejala yang relatif lebih berat, dengan masa inkubasi 2 hingga 7 hari. Angka kematian juga lebih tinggi dibanding Covid-19.
“Wajar bila orang-orang yang berada di daerah dengan jumlah kasus SARS yang tinggi, cukup patuh menggunakan masker,” kata dr Sam.
Saat itu, tidak ada istilah OTG atau orang tanpa gejala. Berbeda dengan penyakit Covid-19 yang bisa saja tanpa gejala.
Advertisement
2. Karantina yang ketat
Setiap orang yang terinfeksi SARS diisolasi dengan ketat, sehingga penularan SARS sangat dapat dikendalikan. Sementara itu, masyarakat tetap menggunakan masker sebagai protokol kesehatannya.
“Sebaliknya, di saat wabah sekarang, OTG banyak berkeliaran. Pasien-pasien Covid-19 yang diminta isolasi di rumah, tidak benar-benar mengisolasikan diri,” ungkapnya.
3. Pelacakan yang baik
Karena bergejala, SARS mudah dikenali. Umumnya, pasien SARS menunjukkan gejala sekitar 2 hingga 3 hari atau paling lama 7 hari setelah terpapar. Saat itu, skrining gejala mudah dilakukan. Setiap pasien yang mengalami gejala SARS atau dicurigai SARS segera diisolasi dan dilakukan penelusuran kontaknya.
Sayangnya, dr Sam mengatakan, cara ini sulit diterapkan sekarang. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melakukan pelacakan atau tracing dengan tes swab.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- KPK Periksa Kepala Divisi PSBI Setelah Pulang dari Ibadah Haji
- Komandan Senior Korps Garda Revolusi Iran Gugur Akibat Serangan Rudal Israel di Teheran
- Kasus Kuota Haji Khusus, KPK Bidik Pejabat Kemenag yang Punya Agensi Umrah
- Mendikdasmen Akan Kembalikan Formasi Pengawas Sekolah
- Korupsi Chromebook: KPK Buru Eks Stafsus Nadiem Makarim, Jurist Tan ke Luar Negeri
Advertisement

Perbup Pemberian Insentif Diyakini Jadi Solusi Mengatasi Problem Sampah di Sleman
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Malaysia Perluas Jangkauan Wisata Medis ke Jogja, Ini Alasannya
- Pantau Gencatan Senjata Iran-Palestina, China Tak Ingin Meningkatnya Ketegangan Timur Tengah
- Israel Habiskan Rp3,2 Triliun Per Hari untuk Cegat Rudal Iran Lewat Iron Dome
- Isu Ekonomi dan Korupsi Jadi Prioritas Masyarakat Indonesia Tahun 2025
- Israel dan Iran Saling Klaim Kemenangan
- SAR Temukan Pendaki Asal Brasil Dalam Kondisi Meninggal Dunia di Gunung Rinjani
- Dikabarkan Tewas, Komandan Pasukan Quds Terlihat Hadir Dalam Berpesta Kemenangan Iran Atas Israel
Advertisement
Advertisement