Advertisement
Taliban Berkuasa di Afghanistan, Apakah Berefek ke Terorisme di Indonesia?
Ilustrasi terorisme - JIBI
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Kemenangan Taliban di Afghanistan kemungkinan tidak akan memicu aksi terorisme di Indonesia karena tidak ada bukti-bukti yang mendukung dugaan tersebut, kata beberapa pengamat dan praktisi pada acara diskusi yang berlangsung virtual di Jakarta, Sabtu (21/8/2021).
“Kita tidak perlu terlalu khawatir dengan kemenangan Taliban dan kaitan itu dengan aksi terorisme di Indonesia, karena tidak ada bukti empiris kemenangan gerakan di luar negeri memicu aksi terorisme di Indonesia dalam hal ini yang terkait Islam,” kata Imron Byhaqi alias Abu Tholut, WNI yang pernah menjadi petempur di Afghanistan pada periode sekitar 1985-1992.
Advertisement
Ia mencontohkan beberapa kemenangan gerakan Islam di luar negeri, misalnya kemenangan Revolusi Iran pimpinan Ayatollah Khomeini tidak langsung disambut gerakan teror di Indonesia.
BACA JUGA: Fantastis! Gamer Mobile Habiskan Rp24 Triliun per Minggu untuk Top Up
Menurut Abu Tholut, aksi teror baru akan terjadi jika ada konflik, kezaliman, penjajahan, dan berita-berita duka.
“Biasanya gerakan kemenangan tidak memicu aksi apa-apa, karena aksi teror misalnya dipicu oleh berita-berita kekalahan, kezaliman, dan berita duka yang menimbulkan empati dan mereka yang punya sumbu pendek dan pikiran berlebihan kemudian berbuat aksi yang negatif,” terang Abu Tholut.
Tidak hanya itu, Taliban pada tahun lalu lewat Perjanjian Doha juga telah berkomitmen tidak akan membiarkan ada gerakan milisi asing, termasuk Al Qaeda beroperasi di Afghanistan. Taliban juga tidak akan membiarkan ada aktivitas yang membahayakan negara lain berlangsung di Afghanistan.
Perjanjian Doha merupakan kesepakatan damai yang diteken oleh Taliban dan Pemerintah Amerika Serikat pada 29 Februari 2020 di Doha, Qatar. Dalam perjanjian itu, AS sepakat akan menarik pulang pasukannya, menutup markas militer, dan mencabut sanksi ekonomi.
Sementara itu, Pengamat Keamanan Internasional Ali Abdullah Wibisono sepakat dengan pandangan Abu Tholut bahwa aksi terorisme biasanya dipicu oleh konflik.
Aksi terorisme terjadi karena ada konflik dan perpecahan, kata Ali Abdullah yang saat ini juga aktif mengajar di Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia dan Kajian Terorisme SKSG UI.
Ia mencontohkan serangan teror bom yang terkait dengan Islam terjadi di Indonesia sekitar 2002, sementara kelompok Mujahidin saat itu menang melawan faksi komunisme di Afghanistan pada 1994.
Artinya, ada rentang enam sampai tujuh tahun yang memisahkan dua peristiwa tersebut, kata Ali Abdullah.
Ia pun menyebut banyak WNI eks petempur dì Afghanistan pada periode 1980-an sampai 1990-an saat kembali ke Indonesia menghabiskan waktunya untuk berdakwah, membina organisasi, dan berbisnis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Badan Geologi Pantau Ketat 127 Gunung Api Aktif di Indonesia
- Libur Nataru, KLH Prediksi Sampah Nasional Naik 59 Ribu Ton
- Lebih dari 4 Juta Senjata Beredar, Australia Luncurkan Buyback Nasion
- KPK Tangkap Enam Orang dalam OTT di Kalimantan Selatan
- Kakak Sulung Berpulang, Unggahan Atalia Praratya Mengharukan
Advertisement
Advertisement
Sate Klathak Mbah Sukarjo Hadirkan Kuliner Khas di Pusat Kota
Advertisement
Berita Populer
- SIM Keliling Bantul Sabtu 20 Desember 2025, Ini Jadwal Akhir Pekan
- SIM Keliling Kulonprogo Buka Layanan Malam Sabtu 20 Desember 2025
- Jadwal Bus KSPN Malioboro-Pantai Baron Sabtu 20 Desember 2025
- Jadwal DAMRI Bandara YIA ke Jogja Sabtu 20 Desember 2025
- Jadwal DAMRI Jogja ke Bandara YIA Sabtu 20 Desember 2025
- Jadwal Lengkap KA Bandara YIA Xpress Sabtu 20 Desember 2025
- Pemkab Magelang Tegaskan Larangan Harga Pupuk di Atas HET
Advertisement
Advertisement




