Advertisement
Sindir Pfizer dan Moderna, WHO Imbau Negara Kaya Tak Gunakan Booster Vaksin

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta negara-negara kaya untuk tidak memesan pendorong vaksin (booster) dulu bagi warganya yang sudah divaksinasi pada saat negara-negara lain belum menerima vaksin Covid-19.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, angka kematian kembali meningkat akibat pandemi Covid-19.
Advertisement
Pada saat yang sama, varian Delta menjadi dominan dan banyak negara belum menerima dosis vaksin yang cukup untuk melindungi petugas kesehatan mereka.
BACA JUGA : Waspada! Puncak Kasus Aktif Covid-19 Kedua Diprediksi Akan Muncul
"Varian Delta menyebar di seluruh dunia dengan kecepatan tinggi, sehingga mendorong lonjakan baru dalam kasus Covid-19 dan kematian," kata Tedros dalam pengarahan terbarunya.
Dia mencatat, bahwa varian yang sangat menular, yang pertama kali terdeteksi di India tersebut kini telah ditemukan di lebih dari 104 negara.
"Kesenjangan global dalam pasokan vaksin Covid-19 sangat tidak merata. Beberapa negara telah memesan jutaan dosis booster, sebelum negara lain memiliki pasokan untuk memvaksinasi pekerja kesehatan mereka dan kelompok yang paling rentan," kata Tedros seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (13/7/2021).
Dia mencontohkan, pembuat vaksin Pfizer dan Moderna sebagai perusahaan yang berencana memberi suntikan booster di negara-negara yang tingkat vaksinasi yang tinggi.
BACA JUGA : Sepekan PPKM Darurat, Belum Ada Tanda Penurunan Kasus Harian Covid-19
Tedros mengatakan, kedua perusahaan itu seharusnya mengarahkan dosis mereka untuk program Covax, yakni berbagi vaksin terutama untuk negara-negara berpenghasilan menengah dan lebih miskin.
Kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan mengatakan, pihaknya sejauh ini belum melihat bukti yang menunjukkan bahwa suntikan booster diperlukan bagi mereka yang telah menerima vaksin lengkap. Dia mengatakan booster mungkin diperlukan suatu hari nanti karena belum ada bukti bahwa penguat vaksin itu dibutuhkan.
“Harus berdasarkan ilmu pengetahuan dan data, bukan pada masing-masing perusahaan yang menyatakan bahwa vaksin mereka perlu diberikan sebagai dosis booster,” katanya.
Mike Ryan, Kepala Program Kedaruratan WHO, mengatakan: "Saat ini, kami kecewa karena ratusan juta orang tidak memiliki perlindungan.”
"Kami kecewa dan kami malu kalau sejumlah negara menggunakan booster yang cukup mahal pada saat orang-orang yang rentan masih sekarat tanpa vaksin di tempat lain, kata Ryan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pengembangan Daerah Transmigrasi, Kementrans Anggarkan Rp300 Miliar
- Ribuan Ikan di Aceh Jaya Mati Bikin Geger Warga
- Abaikan Gencatan Senjata, Pasukan Israel Tetap Serang Warga Gaza
- Ribuan Alumni Pesantren di Situbondo Gelar Aksi Boikot Trans 7
- Prabowo Puji Kepala BGN Kembalikan Rp70 Triliun ke Negara
Advertisement
Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA
Advertisement
Berita Populer
- Kasasi Kasus Pembunuhan Ditolak, Anggota TNI AL Wajib Bayar Rp576 Juta
- Prabowo Tegaskan Program MBG Berhasil Meski Ada Kasus Keracunan
- Pelajar English One Belajar Jurnalistik di Kantor Harian Jogja
- Setelah Kluivert Out, Van Gaal Masuk Bursa Pelatih Timnas Indonesia
- Pabrik Bahan Peledak di Rusia Meledak, Sedikitnya Tiga Orang Tewas
- Tower SUTT di Ceper Klaten Roboh Dihempas Angin Kencang, PLN Bertindak
- IKLH Bantul Masih Menengah, Pemkab Dorong Gerakan Hijau
Advertisement
Advertisement