Advertisement
Muhammadiyah Minta Publik Tak Percaya Tokoh Anticovid yang Pakai Ayat Alquran
Masyarakat harus bisa menyaring informasi dari tokoh masyarakat khususnya yang anticovid dan antivaksin. - ilustrasi
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir gerah dengan perilaku beberapa tokoh publik anticovid dan antivaksin yang membuat masyarakat tidak percaya adanya virus Corona.
Haedar mengatakan banyak sekali tokoh masyarakat di daerah yang memberikan pernyataan menyesatkan. Hal tersebut telah menyebabkan pemburukan, yang berdampak pada peningkatan kasus Covid-19 dan lalainya menjalankan protokol kesehatan.
Advertisement
Dia mengatakan bahwa muncul teori konspirasi, muncul teori-teori politik bahwa Covid ini adalah buatan manusia. Ini bisa menciptakan berbagai hal, pembunuhan manusia secara masif.
“Bagi masyarakat awam, pandangan bisa dipahamkan. Yang paling repot itu mereka yang merasa tahu padahal sesungguhnya tidak tahu atau sok tahu,” ujar Haedar yang telah dilansir dari laman resmi muhammadiyah.or.id, Jumat (25/6/2021).
Haedar juga menyebutkan bahwa beberapa tokoh anticovid dan antivaksin tersebut menggunakan ilmu dan ayat-ayat suci Alquran yang tidak sesuai dengan isi ujaran sesat yang mereka umbar ke masyarakat.
“Bahkan ada yang ngutip-ngutip ilmu, agama, menggunakan ayat-ayat yang sejatinya juga tidak pas. ‘Kenapa sih takut Covid, takut itu kepada Allah, inna shalati wa nusuki wa maa yahya lillahi rabbil alamin’, menggunakan ayat tidak pas itu, tidak di situ tempatnya,” jelas Haedar.
Haedar berpendapat bahwa perilaku mereka sangat tidak bertanggung jawab. Dia juga berpesan agar lebih baik mereka yang berkeyakinan konspiratif dapat mengajukan data yang mereka punya ke pengadilan internasional.
Haedar juga menyayangkan sikap tokoh masyarakat anticovid dan antivaksin yang menuduh epidemiolog. Ada juga tokoh masyarakat yang menuduh epidemiolog sedang bersekongkol dengan ahli vaksin dunia untuk melakukan kejahatan.
“Masa ada ratusan bahkan ribuan yang ahli vaksin itu bersekutu untuk kejahatan, itu kan enggak mungkin. Di mana sih rasa tanggungjawab? Karena kalau terus-terusan dikembangkan pandangan anti Covid, anti vaksin itu masyarakat lengah, kemudian mereka yang kerja di rumah sakit tambah berat beban kerjanya dan itu kan tidak mustahil menciptakan disharmoni di kalangan masyarakat,” ucap Haedar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Penjahit Terban Mulai Pindah ke Pasar, Pedagang Waswas Sepi
Advertisement
Monas Ramai Dikunjungi 130 Ribu Wisatawan Saat Libur Natal 2025
Advertisement
Berita Populer
- Pemerintah Targetkan 15.000 Rumah Pascabanjir Rampung 3 Bulan
- Pemilu Myanmar Digelar, Pertama Sejak Kudeta Militer 2021
- Indonesia Turunkan 10 Wakil di Malaysia Open 2026
- Pasar Beringharjo Dipadati Hingga 15 Ribu Pengunjung
- Lima Napi Lapas Wonosari Dapat Remisi Natal 2025
- Pasokan DRAM Krisis, Harga DDR5 dan PC Global Terancam Naik
- Madura United vs Semen Padang, Malam Ini: Laga Krusial Usai Jeda
Advertisement
Advertisement



