Soal Impor Beras, Begini Nasib Harga Gabah dari Petani
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN- Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso menilai keputusan pemerintah mempersiapkan impor beras saat panen raya kurang tepat. Sebab, secara psikologis akan berdampak pada pasar beras dalam negeri.
"Harga gabah dan beras akan tertekan dan cenderung akan turun terus," katanya dalam webinar Kebijakan Pembangunan Pertanian, Rabu (14/4/2021).
Advertisement
Oleh sebab itu, ia meminta pemerintah untuk meninjau kembali keputusan impor beras untuk membantu petani agar harga wajar dapat diterima petani. Dengan begitu, petani akan tetap bergairah untuk bertanam padai kembali pada musim selanjutnya. "Disarankan pemerintah agar meningkatkan penyerapan gabah dan beras dalam negeri secara intensif,” terang mantan Dirut Perum Bulog ini.
BACA JUGA: Viral Cerita Putri Tanjung Cuci Baju Sendiri, Warganet: Caca Handika Juga Masak Sendiri
Dia memandang perberasan nasional perlu dilakukan dilakukan secara komperehensif mulai dari hulu, on farm, dan hilir dengan menetapkan kebijakan yang sesuai dengan amanat undang-undang yang berlaku. Peninjauan kembali terhadap berbagai peraturan menteri perlu dilakukan antara lain harga eceret tertinggi beras, harga pembelian pemerintah dan pelaksanaan bantuan sosial non tunai.
“Perlu revitalisasi penggilingan padi kecil untuk meningkatkan kualitas dan mengurangi hasil serta efisiensi. Lalu, penyusunan sistim logistik nasional dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pangan,” imbuhnya.
Sementara Guru Besar Fakultas Pertanian UGM Prof. Y. Andi Trisyono menyebutkan dalam 10 tahun terakhir angka produktivitas padi nasional cenderung stagnan atau landai. Hal serupa juga terjadi disisi luasan panen. Sementara itu jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Apabila kondisi tersebut terus berlangsung maka dikhawatirkan pada suatu saat Indonesia akan mengalami defisit beras. "Misalnya saat ini surplus, tetapi di suatu titik akan mengalami minus,” tuturnya.
Hari menyampaikan terdapat tiga pendekatan yang bisa digunakan untuk menutup kesenjangan antara ketiga hal itu. Pendekatan tersebut adalah dengan ekstensifikasi, diversifikasi pangan, serta intensifikasi. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Walhi Minta Kasus Polisi Tembak Polisi di Solok Jadi Momentum Berantas Penjahat Lingkungan
- KPK Sebut OTT di Bengkulu Terkait Pungutan Pendanaan Pilkada
- Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
- Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya
- Eks Bupati Biak Ditangkap Terkait Kasus Pelecehan Anak di Bawah Umur
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dikawal 4 Jet Tempur PEA, Pesawat Presiden Prabowo Mendarat di Abu Dhabi
- Temui Pemerintah Arab Saudi, Menteri Agama Bahas Haji 2025
- Menteri Lingkungan Hidup Minta Semua Pemda Tuntaskan Roadmap Penanganan Sampah
- Mendes Yandri Akan Lakukan Digitalisasi Pengawasan Dana Desa
- Prediksi BMKG: Sebagian Besar Wilayah Indonesia Diguyur Hujan
- KPK Periksa Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah
- BMKG Imbau Masyarakat Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem Periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025
Advertisement
Advertisement