Advertisement
Soal Impor Beras, Begini Nasib Harga Gabah dari Petani
Tumpukan karung beras memenuhi kios salah satu pedagang beras di Pasar Wates pada Jumat (20/3/2020). - Harian Jogja/Catur Dwi Janati
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN- Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso menilai keputusan pemerintah mempersiapkan impor beras saat panen raya kurang tepat. Sebab, secara psikologis akan berdampak pada pasar beras dalam negeri.
"Harga gabah dan beras akan tertekan dan cenderung akan turun terus," katanya dalam webinar Kebijakan Pembangunan Pertanian, Rabu (14/4/2021).
Advertisement
Oleh sebab itu, ia meminta pemerintah untuk meninjau kembali keputusan impor beras untuk membantu petani agar harga wajar dapat diterima petani. Dengan begitu, petani akan tetap bergairah untuk bertanam padai kembali pada musim selanjutnya. "Disarankan pemerintah agar meningkatkan penyerapan gabah dan beras dalam negeri secara intensif,” terang mantan Dirut Perum Bulog ini.
BACA JUGA: Viral Cerita Putri Tanjung Cuci Baju Sendiri, Warganet: Caca Handika Juga Masak Sendiri
Dia memandang perberasan nasional perlu dilakukan dilakukan secara komperehensif mulai dari hulu, on farm, dan hilir dengan menetapkan kebijakan yang sesuai dengan amanat undang-undang yang berlaku. Peninjauan kembali terhadap berbagai peraturan menteri perlu dilakukan antara lain harga eceret tertinggi beras, harga pembelian pemerintah dan pelaksanaan bantuan sosial non tunai.
“Perlu revitalisasi penggilingan padi kecil untuk meningkatkan kualitas dan mengurangi hasil serta efisiensi. Lalu, penyusunan sistim logistik nasional dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pangan,” imbuhnya.
Sementara Guru Besar Fakultas Pertanian UGM Prof. Y. Andi Trisyono menyebutkan dalam 10 tahun terakhir angka produktivitas padi nasional cenderung stagnan atau landai. Hal serupa juga terjadi disisi luasan panen. Sementara itu jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Apabila kondisi tersebut terus berlangsung maka dikhawatirkan pada suatu saat Indonesia akan mengalami defisit beras. "Misalnya saat ini surplus, tetapi di suatu titik akan mengalami minus,” tuturnya.
Hari menyampaikan terdapat tiga pendekatan yang bisa digunakan untuk menutup kesenjangan antara ketiga hal itu. Pendekatan tersebut adalah dengan ekstensifikasi, diversifikasi pangan, serta intensifikasi. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Rumah Tua di Kawasan Pecinan Semarang Kubur 5 Panghuninya, 1 Orang MD
- Wabah Flu Burung Jerman Berpotensi Menyebar ke Negara Tetangga Eropa
- Diguyur Hujan Deras, Semarang Kembali Banjir
- Tokoh hingga Sultan dari Berbagai Daerah Mendeklarasikan FKN
- Ketum Muhammadiyah Berharap Generasi Muda Mewarisi Nilai Sumpah Pemuda
Advertisement
Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY Hari Ini, 30 Oktober 2025
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal KA Prameks, Rabu 29 Oktober 2025
- Grokipedia v0.1, Ensiklopedia AI xAI Milik Elon Musk Tantang Wikipedia
- Jadwal SIM Keliling di Bantul, Rabu 29 Oktober 2025
- Meta Luncurkan Ghost Post di Threads, Fitur Unggahan 24 Jam Pesaing X
- Jadwal KRL Jogja Solo, Rabu 29 Oktober 2025
- Hasil Drawing 11 Wakil Indonesia di Korea Masters 2025
- Pemkab Sleman Beri Penghargaan Bagi Pemuda-Pemudi Inspiratif
Advertisement
Advertisement



