Advertisement
Hakim Nilai Irjen Napoleon Tak Ksatria, Berani Berbuat Tidak Mau Bertanggung Jawab

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Irjen Napoleon Bonaparte divonis bersalah dan dihukum empat tahun penjara serta denda Rp100 juta subsider 6 bulan kurungan oleh Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).
Napoleon dinilai terbukti menerima suap S$200 ribu dan US$370 ribu dari terpidana korupsi hak tagih (cessie) Bank Bali, Djoko Tjandra.
Advertisement
Dalam pertimbangan putusannya, hakim menjelaskan sejumlah hal yang memberatkan bagi Napoleon. Hakim menilai Napoleon tidak bersikap kesatria lantaran menepis perbuatan yang telah dilakukannya.
BACA JUGA : Kasus Red Notice, Irjen Pol Napoleon Sebut Tommy Sumardi
“Tidak kesatria ibarat lempar batu sembunyi tangan, berani berbuat tetapi menyangkali perbuatannya," kata hakim, Rabu (10/3/2021).
Kemudian, Napoleon dinilIai tidak mendukung program pemerintah untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi.
Perbuatan Napoleon sebagai anggota Polri juga dinilai dapat menurunkan citra, wibawa, dan nama baik kepolisian.
"Terdakwa lempar batu sembunyi tangan. Sama sekali tidak menyesali perbuatan," kata Hakim.
Untuk hal yang meringankan, Napoleon dianggap berlaku sopan selama persidangan, belum pernah dijatuhi pidana sebelumnya, mengabdi anggota Polri lebih dari 30 tahun, dan punya tanggung jawab keluarga.
BACA JUGA : Kasus Suap Djoko Tjandra, Irjen Pol Napoleon Bonaparte
Hakim menilai napoleon terbukti melanggar Pasal 5 ayat 2 junto Pasal 5 ayat 1 huruf a UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi junto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Menanggapi putusan hakim, Napoleon mengatakan dirinya tidak menerima putusan hakim dan akan mengajukan banding.
Hal ini dikatakan Napoleon seusai mendengar putusan Majelis Hakim yang menjatuhkan hukuman 4 tahun penjara terhadap dirinya.
"Saya menolak putusan hakim dan mengajukan banding," kata jenderal bintang 2 itu, Rabu (10/3/2021).
Dia pun mengaku lebih baik mati ketimbang martabat keluarganya dilecehkan. Dengan adanya perkara ini, menurut dia, martabat dirinya dan keluarganya telah dihinakan.
"Yang saya hormati majelis hakim yang mulai dan para hadirin. Cukup sudah pelecehan martabat yang saya derita dari juli tahun lalu sampai hari ini. Saya lebih baik mati daripada martabat keluarga dilecehkan seperti ini," kata Napoleon.
Sementara itu, jaksa penuntut umum mengaku akan pikir-pikir terlebih dahulu dalam menyikapi putusan hakim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Berstatus Tersangka, Permohonan Perlindungan Syahrul Yasin Limpo Ditolak
- Diskusi dengan Netanyahu, Elon Musk Dukung Israel
- Nawawi Ditunjuk Jadi Ketua, Insan KPK Mendukung Penuh
- Anies dan Partai Pendukung Mulai Terang-terangan Serang Proyek Jokowi
- Rekam Jejak Nawawi Pomolango, Ketua KPK Sementara Gantikan Firli Bahuri
Advertisement

Sultan HB X Ingin Pemanfaatan Tanah Kas Desa Dimaksimalkan untuk Menekan Inflasi
Advertisement

BOB Golf Tournament 2023 Jadi Wisata Olahraga Terbaru di DIY
Advertisement
Berita Populer
- Resmikan SPKLU di Purwokerto, PLN Siapkan Layanan Digital bagi Pengguna Kendaraan Listrik
- Solo Murakabi X Pen Postcard 2023 Bertajuk Solo dalam Bingkai Kartu Pos
- Manfaatkan Momentum Piala Dunia U-17, Pemkot Surabaya Proyeksikan Paket wisata GBT
- Jeda Kemanusiaan di Gaza Dimulai Hari Ini
- BNPB Dukung Penyidikan Kasus Korupsi Pengadaan APD
- Wapres Ma'ruf Serukan Pemimpin Agama di Yunani Hentikan Perang Israel-Palestina
- Buruh di Jawa Tengah Dukung Anies-Muhaimin
Advertisement
Advertisement