Advertisement
Izin Penggunaan Darurat Vaksin Merah Putih Ditarget Terbit 2022
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/8/2020). Vaksin COVID-19 buatan Indonesia yang diberi nama vaksin Merah Putih tersebut ditargetkan selesai pada pertengahan tahun 2021. ANTARA FOTO - Dhemas Reviyanto
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Lembaga Biologi dan Molekuler (LBM) Eijkman menargetkan izin penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA) Vaksin Merah Putih (VMP) bakal dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dalam rentang pertengahan 2022 hingga awal 2023.
Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio mengatakan terdapat tiga subplatform vaksin yang akan secara bertahap diterbitkan EUAnya. Penerbitan EUA tahap kedua dikatakan dilakukan sekitar 6 bulan setelah tahap pertama.
Advertisement
BACA JUGA : Produksi Massal Vaksin Merah Putih Mundur, Ini Sebabnya
"EUA-nya diperkirakan pertengahan tahun depan. Namun, ada vaksin yang selesainya belakangan dan diperkirakan rampung enam bulan setelah EUA tahap pertama dikeluarkan," ujar Amin kepada JIBI/Bisnis.com, Rabu (17/2/2021).
Sejauh ini, sambungnya, Eijkman masih mengebut proses pembibitan agar segera dapat diserahkan kepada PT Bio Farma (Persero) pada akhir Februari 2021. Setelah itu, akan langsung dilanjutkan dengan formulasi dan uji klinis.
"Kalau semua proses dilalui dengan prosedur yang biasa, kami merperkirakan uji klinis 1 dan 2 dilakukan pada kuartal keempat tahun ini. Diharapkan, baru selesai kuartal I atau paling lambat kuartal II tahun depan," lanjutnya.
Sebelumnya, Juru Bicara dan Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma (Persero) Bambang Heriyanto mengatakan target rampungnya pengembangan Vaksin Merah Putih juga sudah dilengkapi dengan asumsi tidak terjadi kegagalan dalam proses pengembangannya di Bio Farma.
BACA JUGA : Ini Progres Percepatan Pengembangan Vaksin Merah Putih
Untuk vaksin baru, sambungnya, harus ada proses optimasi dan upscaling terlebih dahulu dari skala laboratorium sampai dengan skala produksi. Kemudian, proses yang cukup lama akan terjadi pada fase uji praklinis terhadap hewan, uji klinis fase 1–3 terhadap manusia.
"Jika salah satu fase tidak memenuhi syarat, maka pengembangan vaksin kembali ke awal," kata Bambang kepada Bisnis.com.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Soal Ritel Besar, Kemenko PM Susun Pemerataan Rantai Bisnis yang Adil
- Rumah Tua di Kawasan Pecinan Semarang Kubur 5 Panghuninya, 1 Orang MD
- Wabah Flu Burung Jerman Berpotensi Menyebar ke Negara Tetangga Eropa
- Diguyur Hujan Deras, Semarang Kembali Banjir
- Tokoh hingga Sultan dari Berbagai Daerah Mendeklarasikan FKN
Advertisement
Korban Keracunan MBG di Gunungkidul Masih Ada yang Dirawat di RSUD
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Proyek Kelok 18 Penghubung Pantai Selatan Terus Dikerjakan
- Kasus Kecelakaan Kerja Tinggi, BPJS Ketenagakerjaan Fokus Pencegahan
- Longsor dan Banjir Terjadi di Kulonprogo Usai Diguyur Hujan Deras
- Libatkan PNS, Pengedar Vape Narkoba Ditangkap di Batam
- Kecelakaan Beruntun, Mahasiswa Meninggal Dunia di Jalan Imogiri Barat
- Sinau Pancasila Diperluas, Eko Suwanto Dorong Akses Pendidikan
- Dana Desa Bantul 2026 Turun Rp18 Miliar Dibandingkan Tahun Lalu
Advertisement
Advertisement



