Advertisement

KPCDI Terima Laporan Banyak Pasien Kronis Meninggal karena RS Sibuk Tangani Covid-19

JIBI
Selasa, 24 November 2020 - 08:07 WIB
Nina Atmasari
KPCDI Terima Laporan Banyak Pasien Kronis Meninggal karena RS Sibuk Tangani Covid-19 Ilustrasi. - REUTERS/Susana Vera

Advertisement

Harianjogja.com, SOLO — Ketua Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), Tony Samosir, mengatakan sejumlah pihak melaporkan kematian anggota keluarga mereka yang menderita penyakit kronis, salah satunya gagal ginjal, yang tidak tertolong karena sibuknya rumah sakit menangani pasien Covid-19.

Ia mengatakan laporan tersebut datang dari beberapa daerah di Indonesia, seperti di Jambi, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jakarta. Menurutnya laporan pasien cuci darah yang meninggal karena tak mendapat layanan kesehatan yang semestinya sudah menjadi catatan selama Pandemi berlangsung dalam 9 bulan ini. Laporan lain yang masuk adalah adanya pasien cuci darah yang tertular Covid-19 hingga akhirnya meninggal dunia.

Advertisement

“Aturan protokol kesehatan pasien komorbid yang tertular SARS CoV-2 tidak jelas. Pemerintah hanya mengatur yang sehat untuk karantina mandiri. Sedangkan yang punya penyakit penyerta bagaimana? Pasien cuci darah tidak bisa karantina mandiri. Mereka harus mendapatkan layanan cuci darah sesuai jadwal. Belum termasuk mereka yang harus dikurangi jadwalnya karena layanan terbatas akibat Covid-19,” kata dia, saat dihubungi Solopos.com, jaringan Harianjogja.com, Sabtu (21/11/2020).

Baca juga: 2 Hari, 8 Warga DIY Meninggal karena Corona! Kebanyakan Punya Penyakit Diabetes

Pengurangan layanan klinik hemodialisa sempat dilakukan oleh RS Kasih Ibu (RSKI) Solo pada September lalu. Hal itu dilakukan lantaran adanya salah seorang pasien cuci darah yang tertular Covid-19. Pihak RS harus melakukan tracing kontak guna menekan persebaran. Akibatnya, layanan cuci darah mengalami pengurangan.

Pembatasan Sepekan

“Banyaknya yang di-tracing dan menunggu hasil uji swab, membuat kami mengurangi layanan. Karena kami enggak tahu siapa yang sudah tertular atau sebaliknya. Otomatis kami harus membatasi jumlah pasien yang ditangani sampai hasilnya keluar,” terang Manajer Humas & Pemasaran RSKI Solo, dr Divan Fernandes, dihubungi Senin (23/11/2020).

Baca juga: Orang Tetap Akan Traveling di Akhir Tahun 2020 meski Pandemi Belum Berakhir

Pembatasan jumlah pasien tersebut, sambungnya, hanya berlangsung kurang dari sepekan. Namun, pihak RS menyediakan layanan cuci darah darurat 24 jam guna menangani pasien yang tiba-tiba kondisinya drop atau merasakan keluhan.

Divan menyebut hal itu juga dilakukan untuk melindungi pasien agar tidak tertular virus SARS CoV-2. Penderita gagal ginjal merupakan salah satu yang memiliki risiko perburukan jika terpapar Covid-19. Tata laksana khusus dibutuhkan guna menekan penularan.

“Mereka bakal parah banget jika terpapar Covid-19, makanya kami benar-benar menjaga. Mereka biasanya juga punya diabetes melitus, hipertensi, dan sebagainya. Jumlah pasien yang kami tangani sekitar 200an. Nah, layanan cuci darah darurat itu siap kapan saja jika ada pasien yang harus cuci darah saat itu juga. Petugas akan langsung datang dan melayani,” kata dia.

Divan mengatakan pasien cuci darah RSKI yang tertular Covid-19 itu akhirnya meninggal dunia. Namun, pihaknya tak bisa menjelaskan lebih rinci perihal tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Solopos.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

LITERASI KESEHATAN: Warga Lansia Diminta Bijak Memilih Jenis Olahraga

Gunungkidul
| Jum'at, 26 April 2024, 22:07 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement