Advertisement
Epidemiolog UGM Ramalkan Indonesia Jadi Episentrum Covid-19 kalau Mobilitas Tidak Dikendalikan

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Ahli epidemiologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad berpendapat bahwa pemerintah sebaiknya mengambil langkah cepat dengan menghentikan atau membatasi mobilitas penduduk agar Indonesia tidak menjadi negara dengan transmisi Covid -19 terbesar.
"Mobilitas penduduk harus segera dihentikan kalau tidak dihentikan kasus akan terus meningkat," kata Riris, Selasa (22/9/2020) lalu.
Advertisement
Pembatasan mobilitas penduduk ini, menurut dia, sangat penting sebab pergerakan orang menjadi faktor penyebar Covid-19. Dengan adanya pembatasan mobilitas ini diharapkan dapat menekan penularan agar tidak meluas di Tanah Air.
Apabila situasi telah terkendali, menurut dia, pembatasan mobilitas sosial bisa kembali dilonggarkan. Namun, jika nantinya dijumpai penularan Covid-19 yang meluas lagi, mobilitas penduduk segera dibatasi kembali.
"Ada saatnya kencangkan social distancing dan ada saatnya longgarkan social distancing," kata dia.
Menurut dia, guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19, pemerintah telah mengimbau masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan. Kendati demikian, ia menilai masyarakat belum terlalu patuh dengan aturan yang dibuat pemerintah.
Karenanya, dia kembali meminta pemerintah untuk tegas dalam menerapkan kebijakan, terutama implementasi protokol Covid-19 di lapangan agar dilaksanakan secara konsisten.
Sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut Indonesia akan menjadi episentrum Covid-19 dunia jika kasus positif corona terus bertambah dan penanganannya tidak lebih baik dari saat ini.
Mengenai pernyataan itu, Riris Andono sependapat bahwa Indonesia akan menjadi episentrum Covid-19 jika tidak segera ada perubahan. Kendati begitu, episentrum COVID-19 yang dimaksud adalah negara dengan transmisi terbesar, bukan sebagai pusat penularan.
"Kalau episentrum sebagai istilah negara dengan transmisi terbesar kasus Covid-19 itu bisa jadi. Namun, kalau episentrum sebagai pusat penularan itu jadi tidak tepat sebab penularan sudah terjadi dimana-mana hampir di semua negara dunia," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Puluhan Ribu Warga Turki Turun ke Jalan, Tuntut Erdogan Mundur
- Hidup Jadi Tenang di 9 Negara yang Tak Punya Utang
- Menkeu Purbaya Jamin Bunga Ringan untuk Pinjaman Kopdes ke Himbara
- Ini Duduk Perkara Temuan BPK Soal Proyek Tol CMNP yang Menyeret Anak Jusuf Hamka
- PT PMT Disegel KLH, Diduga Sumber Cemaran Zat Radioaktif
Advertisement
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Kematian Mahasiswa Unnes saat Demo di Semarang Sedang Diinvestigasi
- 7 Jenazah Korban Kecelakaan Bus RS Bina Sehat Dimakamkan di Jember
- Daftar 10 Negara yang Menolak Palestina Merdeka
- Polisi Selidiki Penyebab Kecelakaan Maut Bus Rombongan Rumah Sakit Bina Sehat
- Polisi Peru Tangkap Komplotan Pembunuh Diplomat Indonesia Zetro Purba
- Wasekjen PDIP Yoseph Aryo Dipanggil KPK Sebagai Saksi Kasus DJKA
- Hubungan Venezuela-AS Memanas, Ini Penyebabnya
Advertisement
Advertisement