Advertisement
WHO Resmi Hentikan Uji Coba Hydrochloroquine
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan telah menghentikan uji coba obat malaria hydroxychloroquine dan kombinasi obat HIV lopinavir atau ritonavir pada pasien yang dirawat di rumah sakit karena setelah obat-obatĀ tersebut terbukti gagal mengurangi angka kematian akibat wabah Covid-19.
Kegagalan itu terjadi setelah WHO melaporkan lebih dari 200.000 kasus baru penyakit akibat virus Covid-19 secara global untuk pertama kalinya dalam satu hari. Amerika Serikat menyumbang 53.213 dari total 212.326 kasus baru yang dicatat pada Jumat lalu.
Advertisement
Hasil uji coba sementara ini menunjukkan bahwa hydrochloroquine dan lopinavir atau ritonavir menghasilkan sedikit atau tidak ada pengurangan dalam angka kematian pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit jika dibandingkan dengan standar perawatan.
"Para pengawas uji coba obat antarnegara akan menghentikan kegiatan tersebut secara langsung," menurut pernyataan WHO dalam sebuah pernyataan, merujuk pada uji coba multi-negara besar yang dipimpin badan tersebut.
WHO menyatakan bahwa keputusan itu diambil atas rekomendasi komite pengarah internasional, tetapi tidak mempengaruhi studi lain untuk obat yang digunakan untuk pasien yang tidak dirawat di rumah sakit atau sebagai profilaksis seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Minggu (5/7/2020).
Uji coba yang dipimpin WHO lainnya adalah melihat efek potensial dari remdesivir, obat antivirus Gilead pada penderita Covid-19. Komisi Eropa pada hari Jumat memberikan persetujuan bersyarat remdesivir untuk digunakan setelah terbukti mempersingkat waktu pemulihan rumah sakit.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kepada wartawan pada Jumat bahwa hampir 5.500 pasien di 39 negara telah direkrut sejauh ini dalam uji klinis dan bahwa hasil sementara diharapkan keluar dalam waktu dua minggu.
Sebanyak 18 vaksin Covid-19 eksperimental sedang diuji pada manusia di antara hampir jenis 150 perawatan yang sedang dikembangkan.
Mike Ryan, pakar kedaruratan utama WHO, mengatakan bahwa tidak bijaksana untuk memprediksi kapan sebuah vaksin dapat diselesaikan. Meski satu kandidat vaksin mungkin menunjukkan keefektifannya pada akhir tahun, namunĀ pertanyaannya adalah seberapa cepat vaksin tersebut dapat diproduksi secara massal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- PBNU dan PKB Masih Saja "Perang Dingin", Ini yang Jadi Biangnya
- PSI Resmi Umumkan Nama Calon Kepala Daerah yang Diusung, Ini Daftarnya
- PBNU Siapkan Panitia Khusus untuk Mengembalikan PKB ke NU, Ini Alasannya
- BPK Temukan Masalah di Sistem Keuangan Haji Terpadu
- Air Bersih di IKN Bisa Langsung Diminum Dialirkan dari IPA Sepaku
Advertisement
Bukan September, Bus Sekolah di Bantul Dipastikan Mengaspal Mulai 17 Agustus 2024
Advertisement
Taman Balekambang Solo Resmi Dibuka Kamis 25 Juli 2024, Segini Tarif Masuk dan Jam Operasionalnya
Advertisement
Berita Populer
- Kejagung Limpahkan Tersangka Direktur SMIP ke Kejari Pekanbaru dalam Kasus Importasi Gula
- MUI Kaji Kemungkinan Dapat Ikut Mengelola Tambang
- Pemkab Kulonprogo Komitmen Dukung Pembentukan Kawasan Geopark Jogja
- Tito Karnavian Optimistis Indonesia Jadi Negara dengan Ekonomia Dominan di Dunia
- Penumpang Kereta Cepat Whoosh Terus Meningkat, Jumlah Perjalanan Bakal Ditambah Jadi 62 Perjalanan
- PBNU Siapkan Panitia Khusus untuk Mengembalikan PKB ke NU, Ini Alasannya
- Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono Penuhi Panggilan KPK
Advertisement
Advertisement