Advertisement

10 Juni, Selamat Hari Media Sosial

Newswire
Rabu, 10 Juni 2020 - 07:57 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
10 Juni, Selamat Hari Media Sosial Ilustrasi medsos

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Hari ini, tanggal 10 Juni, merupakan peringatan hari media sosial di Indonesia. 

Pengusaha pemilik Frontier Consulting Group, Handi Irawan D, merupakan orang pertama yang mencetuskan hari media sosial di Indonesia pada 5 tahun silam, atau tepatnya 10 Juni 2015.

Advertisement

Media sosial sendiri merupakan alternatif media yang dapat digunakan masyarakat untuk memberikan dan mencari informasi. Bahkan, masyarakat kini lebih ketergantungan dengan mesia sosial ketimbang media mainstream dalam mencari informasi.

"Sosial media kini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam konsumsi informasi publik bahkan sudah bisa dikatakan menggantikan media mainstream," kata Pengamat Media Sosial, Eddy Yansen kepada Okezone, Rabu (10/6/2020).

Perkembangan media sosial sendiri disebut lahir pada era 2000an. Dimana, banyak masyarakat yang mulai menggunakan media sosial lebih dari untuk kehidupan pribadinya. Banyak orang yang mulai menggunakan media sosial untuk berpolitik.

Penggunaan media sosial untuk berkampanye mulai terlihat ketika Pemilu di Amerika Serikat pada tahun 2008. Dimana, saat itu Barrack Obama memenangkan kontestasi pemilu dan menjadi Presiden di Amerika Serikat. Eddy Yansen menyebut bahwa media sosial sangat berpengaruh dalam kemenangan Barrack Obama.

"Kalau awal berdirinya [media sosial], masing-masing perusahaan saya rasa bisa di googling. Namun, kalau kejadian pentingnya adalah 2006-2007. Dimana Obama memanfaatkan medsos memenangkan pemilu," bebernya.

Hingga kini, penggunaan medsos dalam berpolitik makin massif. Eddy mengambil contoh penggunaan media sosial sebagai komunikasi publik yang digunakan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Eddy menyebut Donald Trump lebih sering menggunakan media sosial ketimbang konferensi pers dalam melakukan komunikasi publik.

"Hal paling unik menurut saya adalah melihat bagaimana media sosial Twitter dan Instagram yang kini sering sekali digunakan Presiden AS - Donald Trump, dalam komunikasi publik. Dibandingkan konferensi pers resmi, dimana sering kali beliau menuding media-media yang kritis sebagai Fake News," ucapnya.

"Artinya, media sosial sudah sangat menggantikan mainstream media," imbuh Eddy.

Eddy berpendangan keberhasilan penggunaan medsos di Amerika berpengaruh pada perkembangan medsos di Indonesia. "Itulah awalnya dimana medsos masuk sebagai media utama di dunia, termasuk di indonesia," terangnya.

Berdasarkan hasil analisis Eddy, media sosial yang paling banyak digunakan untuk komunikasi publik yakni, Twitter. Ia menilai, jenis sosial media selain Twitter seperti Instagram, Facebook, ataupun Tiktok, lebih kepada media social networking.

"FB itu social networking site, harus jadi friend dulu baru bisa baca, harus follow dulu baru bisa baca (IG), kalau twitter itu publik sedunia," ungkapnya.

Berkembangnya media sosial di dunia dapat dimaknai dari segi positif dan negatif. Positifnya, media sosial bisa menjadi ajang tempat berjualan, bersilaturahmi, ataupun menyampaikan keluh kesah.

Namun, ada juga beberapa orang yang menyalahartikan media sosial untuk kegiatan negatif. Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi mengaku prihatin dengan penggunaan media sosial dalam beberapa waktu belakangan ini.

Heru menilai banyak informasi bohong (hoaks) yang disebarkan lewat media sosial. Padahal, media sosial seharusnya dapat digunakan sebagai alternatif dalam memberikan serta mencari informasi yang benar.

"Media sosial sebenarnya harusnya memberikan informasi alternatif dibanding media mainstream terkait kehidupan masyarakat. Terutama hal-hal yang terbatas dalam media mainstream yang sering tidak independen, lambat dan memiliki agenda setting dengan tujuan tertentu," kata Heru secara terpisah.

"Di awal, fungsi media sosial berjalan seperti diharapkan, tapi sekarang dalam beberapa sisi kita prihatin dengan media sosial. Hoax bertebaran, saling menghujat dan bahkan dilakukan oleh orang-orang yang anonymous," sambungnya.

Oleh karenanya, menurut Heru, tingkat kepercayaan informasi lewat media sosial kini dipertanyakan. Terlwbih dengan maraknya akun anonymous, Heru menduga banyak orang yang memanfaatkan bot untuk bekerja dalam mengangkat isu tertentu.

"Nah, sekarang waktu yang tepat mengembalikan media sosial ke khittahnya. Bila tidak, dalam satu tahun ke depan, orang tidak akan percaya media sosial seperti Twitter atau Instagram lagi, karena yang "bermain" tidak dikenal atau terverifikasi alias bot," imbaunya.

Heru meminta agar masyarakat untuk tisak mengikuti atau mencari informasi dari akun yang tidak jelas (anonymous). Ia juga berharap agar masyarakat bijak dalam menggunakan media sosial.

"Ini saatnya kita meng-unfollow atau unfriend akun bot atau anonymous agar hanya akun yang bermanfaat yang akan eksis. Termasuk jangan pernah subscribe, like akun yang sering nge-prank demi kegaduhan konten semata dan dapat views yang banyak," pungkasnya.

Berita ini sudah tayang di Okezone.com dengan judul Hari Media Sosial : Medsos Bikin Masyarakat Ketergantungan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Okezone

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

BPBD DIY Mewaspadai Lonjakan Pembuangan Sampah ke Sungai Imbas TPA Piyungan Ditutup

Jogja
| Kamis, 25 April 2024, 15:17 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement