Advertisement
Terapkan Lockdown Terbesar di Dunia, Ini Dampak Ekonomi di India
Para pekerja migran dan keluarganya menaiki bus di tengah lockdown yang diberlakukan pemerintah di New Delhi, India, Sabtu (28/3/2020). - Bloomberg/Anindito Mukherjee\\n
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Setelah menerapkan lockdown terbesar di dunia, India otomatis mengalami kelumpuhan ekonomi hingga ke sendi-sendi strategis.
Menurut survei Bloomberg, pertumbuhan ekonomi kuartal Januari-Maret 2020 yang akan dirilis pemerintah pada Jumat pekan ini diperkirakan akan melambat hingga 1,5 persen. Sementara itu, bank sentral India memperkirakan adanya kontraksi ekonomi pada tahun fiskal berjalan.
Advertisement
Dalam sebuah laporan, Kepala Ekonom India Deutsche Bank AG Kaushik Das memperkirakan ekonomi akan berkontraksi 5,5 persen pada tahun fiskal saat ini, dengan potensi penyusutan 8 persen jika pandemi berlanjut lama.
Dilansir Bloomberg, Rabu (27/5/2020), indeks layanan utama India jatuh pada bulan lalu menjadi 5,4. Angka itu merupakan yang terendah di dunia. Sementara indeks manufaktur turun menjadi 27,4. Dua angka tersebut mendorong indeks gabungan turun menjadi 7,2 dari 50,6 pada Maret 2020.
Angka-angka itu menunjukkan pukulan dahsyat terhadap ekonomi akibat pandemi virus Corona dan lockdown yang mulai diberlakukan pada minggu terakhir Maret.
Menurut IHS Markit, perbandingan historis dari indeks layanan dengan PDB menunjukkan ekonomi mengalami kontraksi pada tingkat tahunan sebesar 15 persen pada April.
Penyedia layanan juga mencatat penurunan tajam dalam biaya operasi karena tak beroperasi selama lockdown.
Hal itu kemungkinan akan tercermin dalam inflasi inti dan yang diperkirakan oleh bank sentral akan tetap lemah karena lesunya permintaan dalam perekonomian.
Adapun, ekspor India turun 60 persen pada April dari tahun lalu menjadi US$10,36 miliar karena permintaan global runtuh. Ekspor permata dan perhiasan anjlok 98,7 persen, sedangkan pengiriman tekstil menyusut 71,6 persen. Lemahnya permintaan domestik tercermin dari kontraksi impor yang tajam.
Sementara itu, permintaan konsumen juga lemah. Penjualan mobil di India yang pasar mobil terbesar keempat di dunia, hampir tidak bergerak. Produsen termasuk Mahindra & Mahindra Ltd., pembuat SUV terbesar di negara itu, dan Tata Motors Ltd., pemilik merek mewah Inggris Jaguar Land Rover, telah menutup pabrik selama bulan tersebut.
Sebagai akibat dari lockdown, konsumsi bensin dan solar anjlok seperti halnya lalu lintas barang. Pembekuan dalam kegiatan tersebut menyebabkan ekonomi memangkas sekitar 122 juta pekerjaan bulan lalu.
Kebutuhan untuk pinjaman bank berkurang, meskipun kondisi likuiditas secara keseluruhan menunjukkan perbaikan karena bank sentral memompa lebih banyak dana.
Output industri infrastruktur yang berkontribusi 40 persen pada indeks produksi industri menyusut 6,5 persen pada Maret dari tahun lalu karena penurunan produksi minyak mentah, gas alam, produk kilang, pupuk, baja, semen, dan listrik. Akibatnya, output pabrikĀ di India menurun 16,7 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Satgas PKH Selamatkan Rp6 Triliun, Prabowo: Jangan Mau Dilobi
- Puncak Arus Nataru, Hampir 1 Juta Kendaraan Tinggalkan Jabodetabek
- 25 Rest Area di Jalur Tol Jateng Siap Layani Arus Nataru
- Krisis Air Melanda Iran, Presiden Akui Situasi Kritis
- BMKG Ingatkan Potensi Gelombang Tinggi di Pesisir Selatan Indonesia
Advertisement
Antisipasi Lonjakan Wisatawan, TPR Bantul Siagakan 120 Petugas
Advertisement
Jogja Puncaki Urutan Destinasi Favorit Liburan Keluarga Akhir Tahun
Advertisement
Berita Populer
- Arsenal Singkirkan Palace lewat Adu Penalti Dramatis
- Krisis Air Melanda Iran, Presiden Akui Situasi Kritis
- Belanja APBN DIY Capai Rp18,77 Triliun, TKD Nyaris Tuntas
- OPINI: Wisata Aman dan Nyaman Tanggung Jawab Siapa?
- ELS.ID Bikin Hoki, Apresiasi Pelanggan dengan Hadiah Fantastis
- Mentan: Impor Pangan Ilegal Harus Ditindak Tegas
- Jasa Marga Siap Hadapi Lonjakan Arus Nataru 2025-2026
Advertisement
Advertisement



