Advertisement
5 Hal yang Perlu Diperhatikan Setelah Covid-19 Berakhir Menurut Guru Besar UGM

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Guru Besar Transportasi Universitas Gadjah Mada Danang Parikesit mengungkapkan perlunya upaya mencari ekuilibrium baru untuk mobilitas setelah Covid-19 berlalu.
Danang mengatakan cara pandang tentang mobilitas ke depan perlu diubah, diperlukan kombinasi antara mobilitas secara fisik (physical mobility) dan virtual (virtual mobility).
Advertisement
Jika mengutip dari beberapa laporan, Danang mengatakan hampir semua think tank memberi tantangan untuk mencari sebuah pendekatan baru atau protokol baru. Menurutnya ada lima hal yang perlu diperhatikan. Pertama, munculnya konsep sanitized travel.
"Ini sudah banyak dibahas terutama di airline, mencakup banyak hal, protokol, teknologi, implikasi cost of travel in the short barrier pasti akan meningkat sekitar 30 persen terkait protokol baru," jelasnya dalam siskusi daring INSTRAN, Minggu (10/5/2020).
Kedua, perubahan cara bekerja, integrasi mobilitas fisik dan virtual. Namun, menurutnya, tidak semuanya bisa disubstitusi sehingga diperlukan protokol termasuk soal kesehatan.
Ketiga, meningkatnya kesetiakawanan sosial menjadi potensi yang bisa dikembangkan. Apalagi, katanya, tranportasi publik juga memiliki konsep besar terkait sosial keadlian.
Keempat, pentingnya komunikasi publik yang efektif. Danang mengatakan bahwa semua pihak mengalami kegamangan dan mempunyai tantangan untuk melakukan komunikasi yang efektif terkait isu kritis ini.
Kelima, kehadiran permintah dalam pelayanan transportasi makin diperlukan untuk mitigasi risiko bisnis.
"Ada risiko bisnis baru, adanya protokol pembatasan kapasitas penumpang hampir 50 persen. Implikasi tidak hanya berhenti pada transportasi, tetapi juga sektor pelayananan publik bertambah," jelasnya.
Menurut Danang yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Pengatur Jalan Tol, Kementerian PUPR itu, ada risiko bisnis perlu asuransi risiko kesehatan dan risiko kesehatan di isu transportasi. Selama ini, ada keselamatan dan keramahtamahan (hospitality), tetapi di tengah itu diperlukan save dan sanitize travel.
"Sanitize travel jadi risiko bisnis baru dalam penetapan tarif," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Profil Sjafrie Sjamsoeddin, Menhan yang Dikabarkan Bakal Merangkap Menkopolhukam
- Profil Mukhtarudin, Politikus Golkar yang Gantikan Abdul Kadir Karding Sebagai Menteri P2MI
- Menkeu Direshuffle, Indeks Bisnis-27 Ditutup Melemah 2,05 Persen
- Kemenhan Tegaskan Tidak Ada Usulan Darurat Militer
- Profil Ferry Joko Juliantono, Politisi Gerindra yang Diangkat Jadi Menkop
Advertisement

Budi Daya Garam di Pantai Sepanjang Gunungkidul Belum Optimal
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- TKD Dikurangi, Pendanaan Kopdes Merah Putih Capai Rp16 Triliun
- Bangunan Majelis Asobiyah Bogor Ambruk, 3 Orang Meninggal
- Menkes Janjikan Peralatan 514 CT Scan dan Catlab ke Semua RSUD
- Korban Helikoper Jatuh: 3 WNI Berhasil Diidentifikasi
- Resmi! PM Jepang Shigeru Ishiba Mengundurkan Diri
- Korban Bangunan Majelis Roboh, Jumlah Korban 80 Orang
- Deretan Nama Calon Perdana Menteri Jepang Pengganti Shigeru Ishiba
Advertisement
Advertisement