Advertisement
Ini Perkiraan Puncak Kasus Covid-19 di Indonesia

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Pertanyaan tentang puncak kasus Covid-19 di Indonesia mengemuka dalam diskusi Satu Asa Lawan Covid-19, Rabu (22/4/2020), secara virtual di Jakarta dengan menghadirkan sejumlah pembicara seperti Ketua PB IDI Daeng Faqih, Direktur Lembaga Eijkman Profesor Amin Soebandrio, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo, Sekjen Palang Merah Indonesia (PMI) Sudirman Said.
Direktur Lembaga Eijkman Profesor Amin Soebandrio mengatakan ada beberapa prediksi waktu puncak penyebaran Covid-19 di Indonesia. Ada yang memperkirakan pada akhir Mei 2020.
Advertisement
Namun, katanya, tidak cukup pada kapan puncak Ccovid-19 berakhir, tetapi yang penting seberapa seberapa tajam grafiknya. Misalnya, jumlah tertinggi kasus Covid-19 mendekati 100.000, setelah itu turun dengan tajam juga, sampai selesai.
Amin menyebut, bahwa jumlah orang yang terdeteksi Covid-19 dengan pemeriksaan PCR dan dirawat di rumah saskit, hanya 80 persen.
“Jika sekarang 7.000 orang positif Covid-19 dan yang dirawat di rumah sakit hanya sekitar 80 persen. Kita bisa bayangkan yang jumlah terinfeksi itu sekitar 100.000 orang, pertanyaannya apakah fasilitas kesehatan kita sudah kuat,” ujarnya.
Amin juga mengalkulasi jika puncak kasus Covid-19 tidak terlalu tinggi, mungkin 15.000 kasus dengan asumsi 80 persn yang dirawat di rumah sakit, berarti kebutuhan temat tidur sekitar 8.000.
Vaksin
Pada diskusi itu Amin juga membahas soal vaksin Covid-19. Vaksin, ujarnya, mencegah agar seseorang tidak sakit. Untuk menemukan vaksin membutuhka riset yang lama, dan mungkin belum berhasil hingga pandemi berakhir.
“Apakah Indonesia masih melanjutkan riset vaksin,” ujarnya.
Hingga kini, virus corona sudah tiga kali membuat ulah dari mulai SARS, MERS hingga Covid-19. Oleh karena itu, katanya, bukan hal yang tak mungkin bila ada pandemi virus corona berikutnya.
Jika dilakukan imunisasi untuk separuh penduduk Indonesia, yakni 260 juta, maka mesti imuniasai 150 juta orang.
Satu orang diimunisasi 2 kali, maku butuh 300 juta dosis vaksin. Dalam keadaan pandemi harganya bisa naik 10 kali, satu dosis US$10, itu pun klau ada Negara yang mau menjual.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Puluhan Ribu Warga Turki Turun ke Jalan, Tuntut Erdogan Mundur
- Hidup Jadi Tenang di 9 Negara yang Tak Punya Utang
- Menkeu Purbaya Jamin Bunga Ringan untuk Pinjaman Kopdes ke Himbara
- Ini Duduk Perkara Temuan BPK Soal Proyek Tol CMNP yang Menyeret Anak Jusuf Hamka
- PT PMT Disegel KLH, Diduga Sumber Cemaran Zat Radioaktif
Advertisement

Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Selasa 16 September 2025
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Kematian Mahasiswa Unnes saat Demo di Semarang Sedang Diinvestigasi
- 7 Jenazah Korban Kecelakaan Bus RS Bina Sehat Dimakamkan di Jember
- Daftar 10 Negara yang Menolak Palestina Merdeka
- Polisi Selidiki Penyebab Kecelakaan Maut Bus Rombongan Rumah Sakit Bina Sehat
- Polisi Peru Tangkap Komplotan Pembunuh Diplomat Indonesia Zetro Purba
- Wasekjen PDIP Yoseph Aryo Dipanggil KPK Sebagai Saksi Kasus DJKA
- Hubungan Venezuela-AS Memanas, Ini Penyebabnya
Advertisement
Advertisement