Advertisement
WHO Pertimbangkan Kewajiban Pakai Masker di Ruang Publik
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Otoritas berbagai negara mulai memikirkan kembali panduan tentang penggunaan masker yang tidak diperlukan bagi kebanyakan orang sehat terhadap virus Corona (Covid-19).
Eropa, Amerika Serikat, bahkan World Health Organization (WHO) mengatakan mengenakan masker tidak diperlukan kecuali bagi orang yang sudah memiliki gejala atau bekerja dekat dengan pasien terinfeksi.
Advertisement
Namun sekarang, lembaga kesehatan tersebut sedang meninjau kembali imbauan tentang penggunaan masker tersebut. Sebuah panel WHO sedang menilai apakah virus dapat menyebar lebih jauh dari yang diperkirakan sebelumnya.
“WHO membuka kembali pembahasannya untuk melihat apakah harus ada perubahan dalam cara merekomendasikan penggunaan masker,” kata David Heymann, ketua panel tersebut seperti dikutip Business Insider, Jumat (3/4/2020).
Hal senada juga sedang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk memberi imbauan menutup wajah dengan masker di depan umum. Dilaporkan, dua pejabat federal sedang melakukan diskusi kebijakan ini dengan CDC.
Di sisi bumi yang lain, juru bicara Kementerian Kesehatan Jerman Hanno Kautz mengatakan bahwa negaranya juga mungkin mempertimbangkan kewajiban orang untuk menggunakan masker ketika pergi ke swalayan.
Sebastian Kurz, Kanselir Austria juga mengatakan bahwa masker merupakan barang yang asing di negaranya tetapi kebijakan penggunaan masker perlu dilakukan ketika orang pergi keluar rumah dalam kondisi krisis wabah ini.
Kebijakan awal yang membolehkan orang untuk keluar tanpa menggunakan masker didasarkan pada penelitian bahwa efektivitas masker terhadap virus masih diragukan. Akan tetapi hal ini patut coba untuk membantu menghentikan penyebaran.
Namun demikian, negara-negara di seluruh dunia saat ini sedang menghadapi kekurangan masker akut bahkan di tingkat petugas medis. Beberapa akhirnya memakai terpal plastik sebagai alternatif yang jelas melanggar aturan kesehatan.
Di Amerika Serikat misalnya, persediaan peralatan medis senilai US$7 miliar yang dipertahankan untuk menangani kondisi darurat kesehatan masyarakat hampir kehabisan pelindung. Akhirnya CDC terpaksa memperbarui panduannya kepada petugas medis agar dapat menggunakan bandana atau syal untuk menutup wajah jika tidak memiliki masker.
Untuk itu, sejumlah negara telah mendorong masyarakat untuk tidak memborong masker karena akan mengurangi jumlah yang tersedia untuk staf medis, yang bekerja di garda terdepan. Selain itu, perusahaan pembuat masker juga didorong untuk meningkatkan jumlah produksinya untuk memenuhi kebutuhan krisis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Gelombang I Pemberangkatan Jemaah Calon Haji ke Tanah Suci Dijadwalkan 12 Mei 2024
- Diserang Israel, Iran Sebut Fasilitas Nuklir Aman dan Siap Membalas dengan Rudal
- Respons Serangan Israel, Iran Aktifkan Pertahanan Udara dan Tangguhkan Penerbangan Sipil
- Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Proyek Kerja Sama dengan Israel
- 2 Oknum Pegawai Lion Air Jadi Sindikat Narkoba, Begini Modus Operasinya
Advertisement
Catat! Tarif Parkir Kendaraan Bermotor di Lokasi Wisata Wilayah Bantul
Advertisement
Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Pengakuan Warga Kota Isfahan, Terkait Kabar Israel Serang Iran
- Tok! MK Bacakan Putusan Hasil Sengketa Pilpres pada Senin 22 April Mendatang
- Ingin Kawal Demokrasi, Barikade 98 Mengajukan Diri Jadi Amicus Curiae dalam Sengketa Pilpres
- Densus 88 Menangkap Lagi Satu Terduga Teroris, Total Delapan Orang
- Pilgub Jakarta 2024, Demokrat Bakal Calonkan Dede Yusuf
- Darurat, Kasus Demam Berdarah di Amerika Tembus 5,2 Juta, 1.800 Orang Meninggal
- Diserang Israel, Iran Sebut Fasilitas Nuklir Aman dan Siap Membalas dengan Rudal
Advertisement
Advertisement