Advertisement

Antraks Mewabah, Pemerintah Harus Perketat Importasi Hewan Ternak

Yustinus Andri DP
Selasa, 21 Januari 2020 - 11:27 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Antraks Mewabah, Pemerintah Harus Perketat Importasi Hewan Ternak Petugas menyiapkan vaksin antraks di kantor Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Jumat 17 Januari 2020. - Antara/Hendra Nurdiyansyah

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA — Mewabahnya penyakit antraks di Kabupaten Gunungkidul, dinilai menjadi alarm bagi pemerintah untuk memperketat importasi hewan ternak dan produk turunannya.

Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana mengatakan pemerintah harus mengeluarkan kebijakan untuk memperketat tata niaga distribusi hewan ternak di dalam negeri maupun dari luar negeri.

Advertisement

“Pemerintah harus memperketat impor ternak atau daging ternak yang berasal dari negara yang tidak bebas penyakit ternak, seperti penyakit mulut dan kuku [PMK]. Contohnya importasi daging kerbau dari India yang belum memiliki status zona bebas PMK,” katanya dalam siaran pers yang diterima Bisnis.com, Senin (20/1/2020).

Setelah merebaknya virus antraks, paparnya, terdapat kemungkinan merebaknya 25 jenis penyakit ternak lain seperti PMK, rabies, dan penyakit sapi gila di Indonesia. Kondisi itu dikhawatirkannya akan memberikan dampak negatif terhadap peternakan nasional.

Di sisi lain, dia juga meminta pemerintah segera mengisolasi ternak-ternak di Kabupaten Gunungkidul. Langkah itu dibutuhkan untuk menekan potensi menularnya penyakit tersebut  ke kawasan peternakan lain di Indonesia.

Selain itu, dia juga meminta pemerintah menganggarkan dana tanggap darurat, untuk biaya vaksinasi masal dan melakukan penyuluhan ke masyarakat terkait dengan penyakit ternak tersebut. Pasalnya, merebaknya penyakit antraks tersebut menandakan upaya preventif yang dilakukan pemerintah di sektor peternakan masih rendah.

Sekadar informasi, wabah antraks di Kabupaten Gunungkidul telah membuat 21 orang terinfeksi penyakit tersebut dan satu korban meninggal dunia dengan diagnosis meningitis. Wabah tersebut telah tersebar sejak Desember 2019 di sejumlah kecamatan di Kabupaten Gunungkidul. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Ribuan Calon Jemaah Haji Sleman Mulai Ikut Manasik

Sleman
| Sabtu, 20 April 2024, 21:37 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement