Advertisement

Sumut Diserang Flu Babi Afrika

Azizah Nur Alfi
Senin, 20 Januari 2020 - 08:57 WIB
Budi Cahyana
Sumut Diserang Flu Babi Afrika Peternakan babi - JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harianjogja.com, MEDAN - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatra Utara menyiapkan Nias sebagai tempat untuk restock bibit babi. Upaya ini menjadi cara untuk menangani wabah demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF).

Dalam keterangan resmi yang dikutip Minggu (19/1/2020), Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut Azhar Harahap menyampaikan Nias dipilih karena hingga saat ini Nias masih steril dari virus ASF. Pemprov juga tengah memperketat pengawasan di Nias agar daerah tersebut tidak terjangkit ASF.

Advertisement

"Kita juga sudah memikirkan restock babi di Sumut, kita pilih Nias karena daerah ini belum terinfeksi ASF. Nias juga sudah terbukti tempat yang tepat untuk pengembangbiakan babi karena hampir setengah populasi babi ada di sana. Jadi, sekarang kita ketat mengawasi Nias, jangan sampai daerah ini terjangkit virus ASF," terangnya dalam keterangan resmi.

Langkah lainnya, pemprov mempertimbangkan memberikan hewan ternak lain kepada peternak babi yang terdampak ASF, seperti sapi, kambing, ayam serta ikan. Dana bantuan tersebut berasal dari APBN/APBD Provinsi dan Daerah.

"Kita tidak bisa memberikan babi lagi sampai Sumut bersih dari ASF," imbuhnya.

Pemprov juga akan menerbitkan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) untuk babi-babi yang dipastikan tidak terinfeksi ASF agar usaha peternakan babi tetap berjalan. Menurutnya, berhentinya lalu-lintas babi di Sumut berdampak terhadap perekonomian masyarakat yang berpenghasilan dari ternak babi.

Azhar menyebutkan, saat ini tercatat babi yang mati mencapai sekitar 39.000 ekor dari populasi 1,23 juta ekor. Ini menunjukkan langkah Pemprov cukup berhasil dalam menekan laju penyebaran virus ASF setelah terdeteksi ada babi yang terinfeksi pada bulan September tahun lalu.

Pemprov menekan laju penyebaran virus ASF di antaranya dengan menghentikan lalu-lintas distribusi babi, menghentikan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH), membuat posko reaksi cepat di setiap daerah, disinfektan dan pendataan babi. Pihaknya juga melakukan tindakan pencegahan seperti biosecurity, mendampingi dan membina peternak babi, sosialisasi terkait ASF kepada peternak secara intensif dan merespon cepat semua kasus kematian babi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Muncul Wacana Pilihan Lurah di Gunungkidul Tahun Depan Digelar Dua Kali

Gunungkidul
| Jum'at, 26 April 2024, 13:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement