Advertisement
Tahun Ini, Pulau Jawa Paling Banyak Dilanda Bencana
Suasana bangunan Pasar Apung Desa Tulehu yang roboh akibat gempa bumi di Ambon, Maluku, Kamis (26/9/2019). Berdasarkan data BMKG, gempa bumi tektonik dengan kekuatan M6,5 tersebut akibat aktivitas sesar aktif lokal. - ANTARA/Izaac Mulyawan
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Sepanjang 2019, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat bencana geologi seperti gempa bumi terjadi sebanyak 25 kali.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo mengatakan gempa mengakibatkan korban meninggal 68 jiwa, luka-luka 1.889 dan mengungsi 312.110.
Advertisement
Adapun kerusakan yang diakibatkan guncangan gempa menimpa ribuan rumah. Dia merinci rumah rusak berat berjumlah 8.587 unit, rusak ringan 6.304 rumah dan rusak ringan mencapai 6.536 bangunan.
"Sedangkan sektor lain, fasilitas pendidikan 474 unit, peribadatan 173 dan kesehatan 108 unit," katanya melalui keterangan resmi, Kamis (31/10/2019).
BACA JUGA
Agus menjelaskan sejumlah sebaran bencana banyak terjadi di Pulau Jawa. Kejadian bencana tertinggi terjadi di Jawa Tengah dengan 748 kejadian, disusul Jawa Barat 593, Jawa Timur 455, Aceh 149 dan Sulawesi Selatan 142 kejadian.
Selain itu, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih terjadi hingga 31 Oktober. Data BNPB titik panas di wilayah prioritas penanganan karhutla di Sumatra Selatan sebanyak 185 titik, Jambi 8, dan Riau tidak terdeteksi.
Sedangkan di Kalimantan Tengah, titik panas berjumlah 134 titik, Kalimantan Selatan 107 dan Kalimantan Barat 36 titik. Selain itu, kualitas udara yang diukur dengan PM 2,5 dan bersumber dari KLHK masih pada ambang sedang hingga tidak sehat.
Sementara itu kualitas udara tidak sehat masih terpantau di Kalimantan Tengah, Jambi dan Sumatra Selatan, sedangkan wilayah lain pada kualitas sedang. Karhutla pada kawasan lain terpantau masih terjadi di Gunung Cikuray, Sumbing, Ungaran dan Rinjani.
Luas lahan terdampak di seluruh wilayah Indonesia mencapai 857.756 hektare.
"Memasuki bulan November ini, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem. BMKG menginformasikan bahwa perlu kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem seperti puting beliung, hujan es, hujan lebat disertai petir dan angin kencang pada periode transisi musim atau pada November hingga Desember. Potensi gelombang tinggi selama November perlu diwaspadai di perairan barat Sumatra hingga selatan Bali dan Nusa Tenggara Barat," ujarnya.
Di samping potensi bahaya karena iklim dan cuaca, warga diimbau selalu waspada terhadap potensi ancaman bahaya gempa bumi. Bahaya gempa tidak dapat diperkirakan sehingga kita harus selalu waspada dan siaga.
Dampak pada korban dan kerusakan biasanya diakibatkan bukan karena gempa tetapi akibat bangunan yang terdampak gempa.
BACA JUGA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Cegah Anak Tersesat, Masjidil Haram Sediakan Gelang Identitas
- KPK Tegaskan Perceraian Ridwan Kamil Tak Ganggu Kasus Bank BJB
- Baku Tembak di TN Komodo, Tim Gabungan Hadang Pemburu Liar
- Cuaca Ekstrem Landa Negara Arab, Banjir Bandang Picu Korban
- Percepatan Papua, Prabowo Ancam Pecat Pejabat Bermasalah
Advertisement
Mudik Nataru Dimulai, Mahasiswa Ramai di Bandara YIA
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- FIFA Anulir Tiga Laga Timnas Malaysia Akibat Naturalisasi
- Libur Nataru, 14 Puskesmas Rawat Inap Sleman Siaga 24 Jam
- Cegah TPPO, Imigrasi Jateng Tolak 322 Paspor Sepanjang 2025
- Konflik Memanas, Thailand Tekan Kamboja Lakukan Gencatan
- Cegah Harga Nuthuk, Wisata Kulonprogo Diawasi Ketat
- Nigeria dan Kamerun Laporkan RD Kongo ke FIFA soal Naturalisasi
- Perpanjang SIM di Gunungkidul Bisa Online, Dicetak dan Diantar
Advertisement
Advertisement




