Advertisement

AJI: Media Lebih Semangat Jika Pelaku Korupsi Perempuan

Novita Sari Simamora
Sabtu, 24 Agustus 2019 - 03:57 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
AJI: Media Lebih Semangat Jika Pelaku Korupsi Perempuan Terdakwa kasus pemberian keterangan yang tidak benar saat bersaksi dalam sidang perkara korupsi pengadaan KTP-el, Miryam S Haryani, menjalani sidang putusan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (13/11). - ANTARA/Rosa Panggabean

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA -Kalangan media nasional dan lokal lebih banyak menciptakan stereotip perempuan dalam pemberitaan. Hal tersebut disampaikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta. 

Majelis Etik Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta Sunudyantoro mengatakan, pemerintah kini gencar dalam memberantas korupsi. Pelaku korupsi bisa muncul dari kaum perempuan dan laki-laki.

Advertisement

"Media lebih semangat bila pelaku korupsi adalah perempuan. Korupsi itu enggak mengenal gender, karena itu tak adil bila media memperlakukan dengan cara berbeda, atau dibilang perempuan menyebabkan korupsi," ungkapnya di Jakarta, Jumat (23/8/2019).

Pria yang akrab disapa Sunu ini mengatakan, judul yang menarik dan cenderung mengeksploitasi tubuh perempuan cukup sering digunakan oleh media. Media juga menilai, menghakimi dan menciptakan konstruksi sosial bahwa perempuan adalah penyebab munculnya koruptor laki-laki.

Selain itu, stereotip yang dibangun media di publik adalah perempuan gemar berbelanja dan menghamburkan uang, sehingga memaksa pria menjadi mencari uang haram untuk memenuhi kebutuhan perempuan.

Sunu menilai, hal tersebut tidak benar. "Perlu diketahui juga, tidak semua perempuan suka berbelanja, sebab banyak juga pria yang hedonis dan lebih suka menggunakan produk-produk dengan brand internasional dan lupa mengontrol nafsu duniawi." ujarnya.

Tak hanya itu, kalangan media cukup banyak menulis persoalan pribadi koruptor perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Penulisan yang subjektif ini dilakukan untuk mengundang klik dari pembaca. Sunu berpesan, akan lebih baik bila kalangan media follow the money dan tak mengeksploitasi gender tertentu.

Malangnya, pemberitaan yang dibangun oleh media lokal dan nasional telah menciptakan ruang yang lebih besar untuk mencemooh koruptor perempuan dibandingkan dengan koruptor laki-laki-laki. Dia menyayangkan sekali, bila wartawan-wartawan yang bekerja secara profesional masih bias gender dalam menulis berita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Pemkab Sleman Sosialisasikan Program Kampung Hijau

Sleman
| Sabtu, 20 April 2024, 07:17 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement