Advertisement
Boris Johnson, Pendukung Utama Brexit, Jadi Perdana Menteri Inggris
Boris Johnson - Reuters/Toby Melville
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA – Boris Johnson ditetapkan sebagai Ketua Partai Konservatif dan Partai Unionist Demokratik, serta akan menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris mulaiRabu (24/7/2019).
Kemenangannya menggiring babak baru sengketa Brexit dan tantangan konstitusional di dalam negeri. Para anggota parlemen Inggris telah bersumpah untuk menggagalkan pemerintah yang berusaha meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Advertisement
Johnson, wajah referendum Brexit 2016, memenangi suara dari 92.153 anggota partai Konservatif, dibandingkan dengan total suara sebesar 46.656 untuk saingannya, Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt.
Dilansir melalui Reuters, Theresa May akan meninggalkan kantor perdana menteri di Downing Street 10 pada Rabu (24/7/2019), setelah bertemu dengan Ratu Elizabeth di Istana Buckingham.
“Sang Ratu akan secara resmi melantik Johnson sebelum dia pindah ke kantor perdana menteri,” seperti dikutip melalui Reuters, Selasa (23/7).
Hasil pemilihan pemimpin konservatif kali adalah kemenangan spektakuler bagi salah satu politisi Inggris yang paling flamboyan. Untuk pertama kalinya seorang pendukung Brexit bertanggung jawab atas pemerintahan sejak Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa dalam Referendum 2016.
Johnson, yang dikenal karena ambisinya, rambut pirang, dan pidato yang berlebihan, akan mulai menjabat di salah satu persimpangan yang paling bergejolak dalam sejarah Inggris pasca Perang Dunia Dua.
Dalam kampanyenya, Johnson telah berjanji untuk menegosiasikan kesepakatan perceraian Brexit baru dengan Uni Eropa sebelum 31 Oktober.
Tetapi jika blok itu menolak, seperti yang ditegaskannya, dia telah berjanji untuk tetap merealisasikan Brexit dengan cara apapun.

Kejutan
Ini adalah langkah yang menurut banyak investor dan ekonom akan memberikan kejutan terhadap pasar dunia dan memberikan isyarat bahwa ekonomi terbesar kelima di dunia itu semakin rentan terhadap resesi atau bahkan kekacauan ekonomi.
No-deal Brexit juga akan melemahkan posisi London sebagai pusat keuangan internasional unggulan dan akan mengguncang ekonomi Eropa utara.
Di Parlemen, Partai Konservatif tidak memiliki suara mayoritas dan Johnson setidaknya membutuhkan dukungan 10 anggota parlemen dari Partai Unionis Demokrat Irlandia untuk memerintah.
Meskipun margin suara mayoritas antara Partai Konservatif dengan Partai Buruh serta yang lainnya cukup tipis, sejumlah anggota parlemen telah mengancam akan menghalangi langkah pemerintah, sebuah langkah yang mungkin akan memperdalam krisis politik Inggris dan mengarah ke pemilihan umum berikutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Libur Nataru, KLH Prediksi Sampah Nasional Naik 59 Ribu Ton
- Lebih dari 4 Juta Senjata Beredar, Australia Luncurkan Buyback Nasion
- KPK Tangkap Enam Orang dalam OTT di Kalimantan Selatan
- Kakak Sulung Berpulang, Unggahan Atalia Praratya Mengharukan
- Cegah Anak Tersesat, Masjidil Haram Sediakan Gelang Identitas
Advertisement
SIM Keliling Kulonprogo Buka Layanan Malam Sabtu 20 Desember 2025
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal DAMRI Bandara YIA ke Jogja Jumat 19 Desember
- Cuaca DIY Jumat, BMKG Waspadai Hujan Sejumlah Wilayah
- DIES NATALIS UGM: Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan
- Jadwal SIM Keliling DIY Jumat 19 Desember 2025
- Jadwal Lengkap KA Bandara YIA Xpress Jumat 19 Desember
- Sidang Tipikor Sri Purnomo, Kuasa Hukum Bantah Aliran Dana
- UKPBJ DIY Perkuat Layanan Pengadaan lewat ISO 9001:2015
Advertisement
Advertisement




