Advertisement

Kupat Jembut Diinginkan Banyak Orang di Semarang, Ada Uang di Dalamnya

Imam Yuda Saputra
Jum'at, 14 Juni 2019 - 08:07 WIB
Budi Cahyana
Kupat Jembut Diinginkan Banyak Orang di Semarang, Ada Uang di Dalamnya Warga berebut Kupat Jembut dalam perayaan Syawalan di Kampung Jaten Cilik, Pedurungan, Kota Semarang, Rabu (12/6/2019). - JIBI/semarangpos.com/Imam Yuda S.

Advertisement

Harianjogja.com, SEMARANG — Di Semarang, jembut menjadi buruan banyak orang. Jembut yang banyak diminati tersebut adalah Kupat Jembut. Setiap perayaan Syawalan, Kupat Jembut selalu diburu warga terutama yang berdomisili di Kampung Jaten Cilik, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang.

Rabu (12/6/2019), orang tua hingga anak-anak rela bangun lebih pagi untuk berebut Kupat Jembut pada perayaan Syawalan di Kampung Jaten Cilik. Anak-anak menyerbu rumah-rumah yang telah dipasangi untaian ketupat. Berbeda dengan bentuk pada umumnya, warga Kampung Jaten Cilik membuat ketupat dengan tampilan yang unik.

Advertisement

Sekilas terdapat tauge yang menjunjai keluar dari daun janur yang membungkus ketupat. Bentuknya lebih berisi. Di dalamnya juga diselipi beberapa lembar kertas uang untuk menarik minat anak-anak.

Kupat Jembut. (Semarangpos.com-Imam Yuda S.)

“Cara bikinnya sama dengan ketupat pada umumnya. Hanya di sini yang khas ada tambahan isian taoge dan uang. Ini [uang] yang jadi rebutan anak-anak,” ujar seorang warga, Munawir, saat dijumpai wartawan di sela perayaan Syawalan di Kampung Jaten Cilik, Rabu pagi.

Warga setempat memang sudah lama menyebut ketupat isi taoge itu sebagai Kupat Jembut. Terdengar menjijikan, tetapi banyak warga yang antusias membuat Kupat Jembut setiap perayaan Syawalan.

Munawir menuturkan pembuatan Kupat Jembut berawal dari dua sesepuh kampungnya yang hijrah dari Demak ke Pedurungan. "Ada dua pasangan suami istri yang pindah ke Semarang. Mereka membuka lahan di sini. Sebagai pelopor berdirinya Kampung Jaten. Mereka lalu membuat sebuah budaya untuk memperingati Syawalan. Salah satunya agar ketupatnya lebih bergizi, maka diisi dengan taoge dan kubis," ujar pria berusia 45 tahun tersebut.

Tradisi Kupat Jembut sudah berlangsung sejak tahun 1950-an. Pembuatan ketupat itu untuk menunjukkan kesederhanaan warga setempat dalam menyambut perayaan Syawalan. Kupat Jembut, lanjut Munawir, tidak harus disantap dengan opor ayam. Warga biasanya menyantap Kupat Jembut dengan sayuran yang dicampur parutan kelapa dan sambal atau gudangan.  

Menurutnya keberadaan kupat jembut merupakan wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas berkah yang diberikan selama bulan Ramadan. "Kalau pas bagi-bagi kupatnya paling ramai itu karena banyak keluarga yang mudik. Jadinya yang datang jauh-jauh dari kota-kota besar ikutan nyawer,” ujar Munawir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Solopos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Tekan Kasus Stunting, Remaja Putri di Sleman Diberi Edukasi

Sleman
| Selasa, 23 April 2024, 17:27 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement