Advertisement
Kritik Pelaksanaan Pemilu, Fahri Hamzah Anggap Tidak Ada Orang Meninggal karena Capek
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah (kiri) memberikan sambutan pada kegiatan Orasi dan Dialog Kebangsaan Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) di Kota Gorontalo, Gorontalo, Minggu (10/2/2019). - Antara/Adiwinata Solihin
Advertisement
Harianjogja.com, Jogja - Politikus Fahri Hamzah kembali melontarkan kritikan terhadap banyaknya petugas pemilu yang meninggal dunia. Menurut dia, tidak ada orang meninggal karena capek.
Fahri mencuitkan kritikannya melalui akun @Fahrihamzah pada Minggu (5/5/2019) pukul 07.01. "Tidak ada orang meninggal karena capek. Tidak ada orang capek lalu bunuh diri."
Advertisement
Tidak ada orang meninggal karena capek. Tidak ada orang capek lalu bunuh diri. Pekerja Romusha dan perbudakan tidak mati. Mati kalau disiksa atau setelah tahunan kerja paksa. Kemarin keluarga saya bikin kondangan..seminggu capek..lalu sehat dan bahagia. #AdaApaDiTPS
— #ArahBaru2019 (@Fahrihamzah) May 5, 2019
Masih dalam cuitan tersebut, Wakil Ketua DPR RI ini membandingkan dengan pekerja paksa yang mati karena disiksa.
"Pekerja Romusha dan perbudakan tidak mati. Mati kalau disiksa atau setelah tahunan kerja paksa."
Dia juga membandingkan dengan kegiatan pesta keluarga yang juga menghabiskan energi.
"Kemarin keluarga saya bikin kondangan..seminggu capek..lalu sehat dan bahagia."
Fahri juga memberikan tagar #AdaApaDiTPS.
Sebelumnya Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam mengatakan bahwa 70 persen petugas pemilu yang meninggal dari berusia di atas 40 tahun. Usia tersebut memasuki kondisi kritis. Ini karena orang sehat mudah terserang penyakit.
“Jadi 40 tahun itu usia yang memasuki usia yang perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan,” katanya di Gedung KPU, Jakarta, Senin (29/4/2019).
Saat pemungutan suara berlangsung, Ari menemukan beberapa kasus petugas yang tiba-tiba langsung mengeluh pusing. Saat diperiksa tim kesehatan, ternyata tekanan darahnya sudah mencapai 240.
“Tentu dengan kondisi tersebut dia akhirnya pasien tersebut mengalami stroke dan meninggal dunia. Jadi berbagai macam penyakit kronis,” ucapnya.
Ini bisa terjadi karena kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan masih rendah. Untuk itu, Ari mengimbau agar semua warga Indonesia menjaga dan peduli dengan tubuhnya.
“Ini jd PR [pekerjaa rumah] buat kita penting kesadaran medical check up. Karena sebenarnya orang meninggal itu bukan meninggal dadakan tapi tidak teridentifikasi sebelumnya apakah punya riwayat penyakit,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- BBMKG Denpasar Sebut Fenomena Bulan Purnama Picu Rob di Bali
- Setelah 20 Tahun, GEM Dibuka dan Pamerkan 100 Ribu Artefak Kuno
- Krisis Air Tehran, Stok Air Minum Diprediksi Habis dalam 2 Pekan
- Impor Pakaian Bekas Ilegal Diduga Berasal dari Tiga Negara Ini
- Kereta Khusus Petani Pedagang Rute Merak-Rangkasbitung Siap Beroperasi
Advertisement
Penataan Jalur Gose-Palbapang, Target Dua Lajur hingga Dongkelan
Advertisement
Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
- Sabet Tiga Gelar Juara di Tur Eropa, Ini Kata Jonatan Christie
- Prediksi Timnas Indonesia vs Zambia di Piala Dunia U-17 2025
- Krisis Air Tehran, Stok Air Minum Diprediksi Habis dalam 2 Pekan
- Efisiensi FAST KFC, Tutup 20 Gerai & Kurangi 1.041 Karyawan
- Penertiban Lanjut ke Pojok Beteng Kulon
- Vivo X300 Ultra Segera Diperkenalkan Global
- 112 Rumah di Malang Rusak Karena Angin Puting Beliung
Advertisement
Advertisement




