Advertisement

Sosialisasi Penanganan HIV/AIDS Juga Perlu Dilakukan Tokoh Agama

Newswire
Sabtu, 20 April 2019 - 17:07 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Sosialisasi Penanganan HIV/AIDS Juga Perlu Dilakukan Tokoh Agama Ilustrasi HIV - AIDS. (Harian Jogja)

Advertisement

Harianjogja.com, MAKASSAR--Sosialisasi penanganan HIV/AIDS juga menjadi tanggung jawab tokoh masyarakat dan tokoh agama di setiap wilayah. Hal itu dikemukakan oleh Vocal Point Jaringan Indonesia Positip (JIP) Jaringan dengan Orang HIV di Indonesia, Muh Akbar A.

"Dua tokoh ini merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki kekuatan dalam membantu menyuarakan atau menyosialisasikan pencegahan dan penanganan HIV/AIDS," ujarnya di sela pertemuan dengan para pihak membahas kampanye pencegahan HIV/AIDS di Makassar, Sabtu (20/4/2019). 

Advertisement

Menurut dia, dengan ketokohan dan kharismatik yang dimiliki para tokoh masyarakat dan tokoh agama itu, tentu kepercayaan dan kepatuhan masyarakat untuk mengikuti arahannya masih dapat diperhitungkan.

Sementara untuk mengawal upaya kampanye itu, diakui harus dimulai di tingkat wilayah terkecil yakni kelurahan dengan mengusulkan program dan penganggaran kepada pemeritah setempat, agar dapat bersinergi di lapangan.

Sementara itu, dari hasil diskusi dan pembahasan terkait pencegahan dan penanganan kasus HIV/AIDS di lapangan, terdapat tiga gagasan pokok yakni kampanye pencegahan HIV/AIDS, pengadaan obat pencegah dan monitoring dan advokasi pengadaan ARV (terapi obat bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Ketiga hal itu penting disikapi bersama, khususnya pemerintah selaku pengambil kebijakan, tambah Rosniaty Azis dari Yasmib Sulawesi.

"Jika kebutuhan terkait masalah HIV/AIDS tidak terakomidir dalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah, maka sama halnya mengabaikan komitmen untuk pembangunan inklusif dalam SDG's 2030," katanya.

Masalah lainnya, lanjut konselor ODHA Muh Akbar A dari Yayasan Gaya Celebes pengadaan obat bagi penderita HIV/AIDS di tempat fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit, sejak April 2019 tidak lagi menggunakan satu kapsul/tablet per hari, melainkan menjadi empat tablet untuk dua kali sehari.

Menurut dia, fenomena ini akan mempengaruhi kepatuhan minum obat bagi ODHA, sehingga akan menjadi persoalan tersendiri. Karena itu dibutuhkan konselor atau pendamping kesehatan yang lebih kuat mendampingi dan mengadvokasi ODHA.

"Dengan mengangkat semua hal terkait HIV/AIDS mulai dari Musrembang paling bawah yakni di kelurahan, untuk menjadikan ini sebagai gerakan bersama, kami optimistis kasus HIV/AIDS dapat di tekan di daerah ini, bahkan di tingkat nasional," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Alert! Stok Darah di DIY Menipis, PMI Dorong Instansi Gelar Donor Darah

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 13:47 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement