Advertisement

Glamping, Saat Kamping Naik Kelas

Kusnul Isti Qomah
Kamis, 14 Februari 2019 - 22:00 WIB
Sugeng Pranyoto
Glamping, Saat Kamping Naik Kelas Gglamorous Camping De'Loano di Loano, Purworejo, Jateng, Kamis (14/2/2019). - Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO—Glamorous Camping (Glamping) De'Loano yang terletak di Loano, Purworejo, Jawa Tengah resmi luncurkan pada Kamis (14/2/2019). Berikut laporan wartawan Harian Jogja Kusnul Isti Qomah.

Kamping atau berkemah umumnya dilakukan di pantai, gunung, atau bumi perkemahan dengan berbekal tenda milik sendiri atau sewa. Fasilitasnya pun seadanya seperti sleeping bag untuk tidur dan kadang tidak ada toilet yang tersedia. Hal ini kadang membuat orang yang awam berkemah tidak nyaman. Sebuah konsep kamping baru ditawarkan oleh Badan Otorita Borobudur (BOB) dengan mengembangkan Glamorous Camping (Glamping) di De'Loano.

Advertisement

Glamping ini ibaratnya kemah naik tingkat. Lokasi yang dipilih berada hutan milik Perhutani dekat kebun teh Nglinggo. Hanya 300 meter masuk ke dalam area hutan.

Ada gapura kecil yang menyambut wisatawan dan ada dua pilihan jalan yakni jalan untuk jip offroad dan jalan setapak untuk pejalan kaki. Jalan setapak ini tidak licin meskipun diguyur hujan. Pasalnya, pengelola memasang kayu-kayu yang berjajar rapi. Berbeda dengan jalan untuk jip yang sengaja dibiarkan berlumpur sehingga memacu adrenalin wisatawan.

Setelah menyusuri jalan kurang lebih 300 meter, wisatawan akan disuguhi pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi. Namun, ada bedanya karena di antara pohon-pohon ini berdiri tegak tenda-tenda untuk berkemah dengan mewah dan nyaman. Ada tujuh tenda yang berdiri saat ini dan akan ditambah lagi menjadi 10 agar bisa menampung lebih banyak tamu. Ada tenda yang berada di dataran lebih atas dari yang lain.

Di dalam tenda, tampak kasur matras empuk berjajar dan ada juga yang menggunakan ranjang yang ditata sedemian rupa layaknya kamar hotel. Selain itu, ada pula tenda multiguna yang bisa digunakan untuk area rapat dan ada juga panggung yang bisa dimanfaatkan untuk tempat hiburan, atraksi, atau sebuah tempat makan outdoor. Sebagian besar struktur bangunan terbuat dari bambu yang ditata dengan apik sehingga menambah nilai artistik.

Kenyamanan para tamu yang ingin menghabiskan waktu di tengah hutan yang masih asri ditambah dengan adanya fasilitas toilet yang modern. Toilet ini dicat berwarna-warni dan dilengkapi dengan toilet duduk, shower, dan water heater.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengharapkan glamping mampu memberikan sajian yang baru dan mendongkrak perekonomian masyarakat di area sekitarnya. Untuk mendukung hal itu, pengembangan glamping harus terus dilakukan. "Saat ini glam camp secara jumlah ada tujuh. Akan ditambah menjadi 10 glam camp," jelas dia di sela-sela peluncuran De'Loano, Kamis.

Untuk mengembangkan lokasi glamping, pengelola harus menyediakan atraksi misalnya forest orchestra dan mendatangkan artis terkenal. Hal itu diyakini mampu menyedot minat wisatawan. Pada akhirnya, diharapkan untuk menambah kunjungan wisatawan ke area sekitar De'Loano dari 50.000 orang per tahun menjadi lebih banyak lagi.

"Daerah Ngliggo ini sudah ramai. Namun, belum ada pilihan seperti De'Loano," jelas dia.

Ia menetapkan untuk bisa menikmati glamping di De'Loano pengunjung hanya perlu membayar Rp100.000. "Karena BOB belum menentukan harganya, saya tentukan Rp100.000 per orang dan satu tenda ada enam orang jadi Rp600.000. Ini sampai Maret. Setelah itu, silakan BOB tentukan sendiri. Kenapa Rp100.000, karena kami membidik milenial. Ya paling mahal Rp200.000 per orang per malam," ujar dia.

Yahya mengatakan ketika akan mengembangkan sebuah wilayah pariwisata harus dibayangkan targetnya adalah milenial. Sebesar 50% wisatawan saat ini, menurutnya, adalah kaum milenial sehingga menjadi pasar yang potensial.

Ia berharap keberadaan De'Loano ini bisa mendongkrak potensi pariwisata di sekitar wilayahnya. Kunjungan di daerah sekitar De'Loano diharapkan bisa didongkrak dua kali lipat.

Direktur Utama BOB Indah Juanita mengatakan para tamu bisa menghubungi atau mendatangi Kantor BOB jika ingin menginap. "Saat ini masih ada tujuh tenda. Nantinya akan kami tambah menjadi 10 tenda jadi bisa menampung sampai 70 tamu," ujar dia.

Untuk mengembangkan kawasan De'Loano, Indah mengatakan butuh biaya sekitar Rp2,5 miliar.  Adapun luas lokasi 1,3 hektare dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau menggunakan mobil off-road. BOB akan menyediakan semi-outdoor restaurant, tourism information center, semi-outdoor cinema, cozy seating spot, photospot dan public toilet.

Ia menjelaskan De'Loano merupakan hasil sinergi antara BOB dengan Perum Perhutani. De'Loano adalah showcase yang mempromosikan konsep pengembangan glamping kepada masyarakat dan investor. "Glamorous camping bukan hanya tenda, melainkan juga aktivitas penyertanya yang akan memberikan pengalaman berbeda bagi wisatawan. Dalam mengembangkan De'Loano BOB melibatkan masyarakat, dari semenjak proses persiapan lahan, bahan-bahan yang diperlukan, hingga pada operasionalnya."

BOB akan mengembangkan aktivitas pendukung kepariwisataan di sekitar zona otorita dengan melibatkan masyarakat. BOB berharap dengan adanya pengembangan di zona otorita, ke depan dapat memberikan dampak ekonomi positif, tidak hanya bagi institusi, tetapi juga bagi masyarakat, dan menjadi model pengembangan kawasan pariwisata di area kerja BOB.

Direktur Destinasi Pariwisata BOB Agustin Peranginangin mengungkapkan lahan yang dikelola BOB seluas 309 hektare dengan dua status yaitu seluas 50 hektare sebagai lahan Hak Pengelolaan (hpl) dan 259 hektare bekerja sama dengan Perhutani.

Ia mengatakan lahan seluas 259 hektare tetap menjadi kawasan hutan yang nanti posisinya akan menjadi wanawisata. Sementara, 50 hektare akan dikeluarkan dari kawasan hutan dengan proses tukar menukar lahan. "Karena di Pulau Jawa jumlah hutan enggak boleh dikurangi. Nanti akan diganti dengan lahan di Cilacap atau Kendal. Kita ajukan di sana. Sedang proses," ujar dia.

BOB juga membuka kesempatan dengan pihak lain. Para investor akan mendapat hak guna bangunan di atas lahan HPL. "Mereka nanti bisa mengelola selama 30 tahun karena memang dalam mengembangkan kawasan wisata itu return-nya lama. Harapan kami ini bisa investasi bagus," ujar dia.

Agustin menjelaskan untuk lahan seluas 259 ha, BOB bekerja sama dengan Perhutani. Kepemilikan area tersebut tetap pada Perhutani, tetapi manajemen dilakukan oleh BOB. Meski demikian, dalam pengelolaan semua harus dikonsultasikan dan disetujui Perhutani sehinga pengelolaan yang diambil tetap menjaga fungsi hutan.

Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Pariwisata BOB Bisma Jatmika mengungkapkan saat ini apa yang dilakukan dengan pengembangan Glamping De Loano masih dalam tahap promosi. Tamu yang menginap pun masih undangan. "Tujuannya, kalau kami tidak memulai sesuatu, tidak akan ada orang yang tahu soal konsep glamping. Apa bedanya dengan camping ground biasa," ujar dia.

Menurutnya, keberadaan glamping ini juga akan menjadi laboratorium masyarakat sekitar. "Mereka bisa masuk melalui makanan, cenderamata, trekking, bersepeda. Kami akan sinergikan dengan Gua Seplawan, Gua Kiskendo, dan Gunung Sikunir," jelas dia.

Area sekitar lokasi glamping pun bisa menjadi area wisata edukasi. Misalnya para tamu bisa menyaksikan proses menyadap getah pinus, pembuatan gula aren, dan berbagai kegiatan lainnya. Ia menjamin keberadaan Glamping De Loano dan pengembangan kawasan tidak akan mematikan usaha di sekitar lokasi. Justru ia yakin keberadaan De Loano mampu mendongkrak omzet masyarakat sekitar dua kali lipat.

Disebutkan, dalam pengembangan ke depan area glamping memiliki kapasitas 450.000 pengunjung per tahun. Serapan tenaga kerjanya pun mencapai 1.800 hingga 2.000 orang mulai dari tukang kebun, bellboy, koki, dan pekerjaan lainnya.

"Kami ingin pekerja dari tiga kabupaten penyangga terdekat yakni Purworejo, Kulonprogo, dan Magelang. Kalah nanti memang butuh tenaga ahli tertentu, baru kami ambil dari luar," jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Disbud DIY Rilis Lima Film Angkat Kebudayaan Jogja

Jogja
| Jum'at, 26 April 2024, 19:27 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement