Advertisement
DEBAT PILPRES: Bagi Prabowo, Masalah Selesai Asalkan Ekonomi Oke
Capres-cawapres Nomor Urut 02 Prabowo (kiri)-Sandiaga Uno bersiap mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019). Debat pertama mengangkat tema Hukum, HAM, Korupsi, dan Terorisme. - ANTARA/Sigid Kurniawan.
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Calon presiden nomor urut 02 selalu menonjolkan aspek ekonomi dalam ronde pertama Debat Pilpres 2019 yang bertema penegakan hukum, HAM, dan pemberantasan korupsi. Kesejahteraan ekonomi menjadi resep yang ditawarkan Prabowo untuk nyaris semua persoalan.
Prabowo mengawali karakter ini saat menyampaikan visi dan misinya.
Advertisement
“Kita harus menjamin kualitas hidup semua petugas yang berwenang sehingga dia tidak tergoda korupsi. Kita bisa menegakkan kepastian hukum. Hukum untuk semua. Keadilan dan kemakmuran untuk semua,” kata Prabowo.
Pada sesi tanya jawab yang kisi-kisi pertanyaannya sudah diketahui kedua pasangan, calon wakil presiden Sandiaga Uno juga menegaskan pentingnya penegakan HAM berbasis ekonomi.
“Kami akan hadirkan keadilan, HAM untuk masyarakat kecil adalah hak mendapat pekerjaan. Setiap masyarakat wajib mendapat pekerjaan seperti yang sudah dijamin konstitusi. HAM akan mencakup akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan mata pencaharian.”
Dalam soal korupsi, Prabowo juga menganggap perekonomian sebagai pangkal persoalan. Ini dia sampaikan kala membicarakan birokrasi yang bebas korupsi.
“Berkali-kali saya utarakan akar masalahnya adalah pengasilan para pegawai negeri yang tidak realistis. Kalau saya memimpin pemerintahan, saya akan perbaiki kualitas hidup birokrat dengan meningkatkan tax ratio [rasio pajak] dari 10% menjadi minimal 16%. Saya akan perbaiki kualitas hidup. Kalau dia masih korupsi, kalau perlu kita taruh di tempat terpencil, suruh tambang pasir terus menerus.”
Baik Prabowo maupun Sandi tak berbicara soal penyelesaian pelanggaran HAM berat masa lalu. Bahkan, dalam pemberantasan terorisme, Prabowo dan Sandi menawarkan pendekatan keamanan dengan memperkuat militer.
“Waktu saya muda, spesialisasi saya adalah antiteror,” kata mantan Komandan Kopassus dan Pangkostrad ini
“Masalahnya adalah, saya mengetahui bahwa seringkali terorisme dikirim dari nagara lain. Jangan stigmatisasi bahwa radikalisasi dicap ke Islam. Saya tidak setuju.”
Dia kembali mengajukan gagasan betapa ekonomi akan membereskan semua persoalan.
“Banyak teroris merupakan penyusup dari luar. Terorisme dari dalam negeri akibat rasa ketidakadilan, keputusasaan, ada yang tersakiti. Karena tersakiti sehingga gampang dipengaruhi paham-paham yang radikal dan mengarah kekerasan. Ini pentingnya pendidikan. Jika kita memimpin, kita akan investasi besar-besaran dalam pendidikan dan kesehatan. Bantu pesantren dan madsarah, kapatistas guru dan kualitas hidupnya harus diperbaiki. Dengan demikian, tidak ada keputusasaan dan tidak ada yang tersakiti.”
Ide tentang pentingnya keamanan dan ekonomi diramu dalam kalimat terakhir yang merangkum idenya untuk memberantas terorisme.
“Negara harus swasembada pangan, energi, air. Tentara, polisi, dan intelijen harus kuat. Angkatan perang harus diperkuiat supaya kita bisa tahan terhadap terorisme.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Bupati Bener Meriah Bantah Isu 80 Ton Bantuan Korban Bencana Hilang
- BNPB Catat 147 Ribu Rumah Rusak Akibat Banjir Sumatera
- RTD Jogja Soroti Tantangan Tata Kelola Superholding Danantara
- Serahkan KIP di UST, Titiek Dorong Ekosistem Pembelajaran Adaptif
- Jadwal Lengkap KRL Jogja-Solo Rabu 17 Desember 2025
- Jadwal DAMRI Jogja ke Bandara YIA Rabu 17 Desember 2025
- Jadwal SIM Keliling Polda DIY Rabu 17 Desember 2025
Advertisement
Advertisement





