Advertisement
Tim Prabowo-Sandi: Pemerintah Tidak Proaktif terhadap Taksi dan Ojek Online
Ekonom senior Ichsanuddin Noorsy, Ekonom Partai Gerindra Harryadin Mahardika, Politisi PAN Dian Fatwa, dan Perwakilan Masyarakat Transportasi Indonsia (MTI) Andri Rachma dalam diskusi Transportasi Online, Kesejahteraan Atau Solusi Transportasi di Media Center Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, Rabu (28/11 - 2018).
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Hingga saat ini, aturan tentang angkutan online belum juga diterbitkan Pemerintah. Padahal regulasi dibutuhkan untuk memberikan perlindungan bagi para pengemudi.
Ekonom Partai Gerindra Harryadin Mahardika mengatakan bahwa keberadaan transportasi daring khususnya ojek online sebenarnya menjadi alternatif bagi masyarakat dalam mencari lapangan kerja. Sebab, hingga kini, janji pemerintah ciptakan 10 juta lapangan kerja masih belum direalisasi.
Advertisement
“Sudah berkali-kali pemerintah mengeluh, misalnya susah sekali untuk mendorong pertumbuhan, tidak ada lagi sektor-sektor yang tumbuh, tidak ada lagi sektor-sektor yang mungkin bisa diandalkan. Padahal, di depan mata kita semua ada satu sektor baru, yaitu industri digital dan kreatif yang terkait dengan startup-startup inovatif yang sudah menunjukkan kontribusi yang luar biasa besar,” katanya dalam diskusi Transportasi Online, Kesejahteraan Atau Solusi Transportasi di Media Center Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, Rabu (28/11/2018).
Harryadin menjelaskan bahwa kontribusi transportasi online kepada perekonomian Indonesia mencapai Rp19,9 triliun per tahun dan terus meningkat.
BACA JUGA
Saat ini sudah ada lebih dari 1 juta pengemudi ojek online di kawasan Sudirman dan Thamrin, Jakarta. Sementara itu, ada 600 ribu pesanan makanan setiap harinya.
“Itu menunjukkan betapa pesatnya kontribusi yag diberikan oleh industri ini. Menjadi aneh kalau tidak segera secara proaktif diatur oleh pemerintah,” jelasnya.
Ekonom senior Ichsanuddin Noorsy menuturkan 3 keberadaan regulasi pemerintah dibutuhkan untuk mencegah terjadinya perang tarif antarpenyedia jasa layanan transportasi daring.
Berkaca dari peristiwa yang terjadi di China, perang tarif transportasi online akan memunculkan sistem perbudakan modern.
“Ketika Uber mulai masuk ke negara-negara maju bahkan bertarung di China habis-habisan, The New York Times menganalisa korelasi antara industri otomotif, keuangan, dan Uber. Dan mereka melihat bahwa model tranportasi online itu adalah a part of modern slavery system,” ucapnya.
Perwakilan Masyarakat Transportasi Indonsia (MTI) Andri Rachma menuturkan bahwa kemunculan transportasi online adalah antitesis dari kegagalan pemerintah dalam mewujudkan transportasi publik yang terintegrasi. Di sisi lain, kemunculan transportasi daring juga menjadi lapangan kerja baru bagi masyarakat.
“Untuk masa sekarang memang ini salah satu jaring pengaman sosial yang dibentuk masyarakat yang secara natural. Jadi masyarakat cari jalan keluar sendiri atas lahirnya angkutan online ini,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Satgas PKH Selamatkan Rp6 Triliun, Prabowo: Jangan Mau Dilobi
- Puncak Arus Nataru, Hampir 1 Juta Kendaraan Tinggalkan Jabodetabek
- 25 Rest Area di Jalur Tol Jateng Siap Layani Arus Nataru
- Krisis Air Melanda Iran, Presiden Akui Situasi Kritis
- BMKG Ingatkan Potensi Gelombang Tinggi di Pesisir Selatan Indonesia
Advertisement
Libur Nataru, Kunjungan ke Malioboro Diprediksi Jutaan Orang
Advertisement
Jogja Puncaki Urutan Destinasi Favorit Liburan Keluarga Akhir Tahun
Advertisement
Berita Populer
- Kasus Penipuan Perusahaan, Vonis YAM Diperberat Pengadilan Tinggi
- Tekan Emisi, Kilang Pertamina Gandeng Mitra Global Kembangkan WSA
- Warga Demangan Jogja Olah Sampah Organik dengan Biopori
- JSGI Tanam Puluhan Pohon di RTHP Keparakan Kidul
- UMP DIY 2026 Resmi Diumumkan, Kulonprogo Alami Kenaikan Tertinggi
- Prabowo Bahas Kampung Haji Indonesia di Mekkah
- Menpar Imbau Destinasi Siaga Lonjakan Wisatawan Nataru
Advertisement
Advertisement



