Advertisement
Banyak Pengungsi Bencana di Sulteng Kehilangan Pekerjaan

Advertisement
Harianjogja.com, PALU – Banyak warga Kelurahan Petobo, Kota Palu, Sulawesi Tengah, khUsusnya pekerja swasta, pengusaha dan petani, kehilangan pekerjaan akibat bencana gempa bumi disertai likuifaksi yang memorak-porandakan kelurahan tersebut pada 28 September 2018.
"Tidak sedikit harta benda hilang akibat bencana ini, banyak jadi pengangguran termasuk saya," kata Rudi, salah seorang warga setempat yang sebelumnya bekerja sebagai penjaga gudang kakao di Petobo, saat ditemui di tenda pengungsian, Rabu (7/11/2018).
Advertisement
Fatmawati, warga setempat yang sebelumnya sebagai pedagang kios barang campuran mengatakan dirinya tidak lagi memiliki modal untuk membangun usahanya karena harta bendanya habis diterjang lumpur.
"Saya tidak bisa berbuat banyak, saya hanya bisa bersabar, kondisi kami tinggal di tenda pengungsian sambil menunggu hunian tetap dari pemerintah, " tururnya.
Gempa bumi bermagnitudo 7,4 pada Skala Richter mengguncang Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala mengakibatkan tsunami dan likuifaksi 28 September 2018 bukan hanya menghancurkan harta benda melainkan menelan lebih dari 2.000 jiwa serta memaksa puluhan ribu warga mengungsi.
Akibat bencana dahsyat itu sebagian warga Petobo beralih profesi memungut puing-puing bangunan yang masih bernilai ekonomis kemudian dijual dan hasilnya digunakan untuk bertahan hidup.
"Benar, banyak warga terpaksa mengambil barang-barang bekas di bawah rerutuhan bangunan seperti besi-besi bangunan bahkan atap seng yang sudah berserakan di tanah dijual dengan harga Rp15 ribu hingga Rp25 libu per lembar," kata Abd Naim yang juga Ketua RT 1/RW 5 Kelurahan Petobo.
Kini aktivitas warga di tenda pengungsian sangat terbatas, mereka sehari-harinya saling bahu membahu membangun tempat tinggal mereka yang bersifat sementara meskipun pemerintah saat ini sedang membangun hunian sementara untuk para pengungsi.
"Dengan bahan material seadanya sebagian warga sudah mendirikan tempat tinggal mereka untuk jangka pendek menunggu kepastian pembangunan hunian tetap dari pemerintah. Sebab lokasi pengungsian ini gersang sehingga jika siang hari hawanya sangat panas, belum lagi sumber air bersih tidak ada, " ungkap Naim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Hasil Pemeriksaan Kecelakaan Pesawat Udara Air India, Kedua Mesin Mati di Udara Setelah Lepas Landas
- Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
Advertisement

10 SD Tidak Dapat Murid Baru di Gunungkidul Tak Langsung Ditutup
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
- Aceh Diguncang Gempa Magnitudo 5,1, Begini Penjelasan BMKG
- Begini Alur Kuota Haji 2026 dari Arab Saudi untuk Indonesia, Kata Istana
Advertisement
Advertisement