Advertisement
NYEPI 2015 : Presiden Hadiri Tawur Agung Kesanga

Advertisement
Nyepi 2015 terasa berbeda dengan kehadiran Presiden RI, Joko Widodo saat tawur agung kesanga.
Harianjogja.com, SLEMAN - Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana Joko Widodo menghadiri upacara "Tawur Agung Kesanga", menyambut hari raya Nyepi di Pelataran Candi Siwa, Kompleks Candi Prambanan, Sleman, Jumat (20/3/2015).
Advertisement
Presiden dalam kesempatan tersebut juga mengenakan pakaian adat umat hindu berwarna krem serta mengenakan destar di kepala.
Turut hadir dalam rangkaian peringatan tahun baru Saka 1937 yang bertemakan "Membangun Harmoni, Kesadaran Spiritual dan Budaya Nasional" tersebut antara lain Menteri Agama Luqman Hakim, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wakil Ketua DPD RI GKR Hemas, Ketua Panitia Hari Raya Nyepi Nasional Mayjen I Gede Sukete Kusuma.
"Ini merupakan kehormatan bagi umat Hindu, karena untuk pertama kalinya upacara Tawur Agung dihadiri langsung Bapak Presiden," kata Mayjen I Gede Sukete Kusuma.
Ketua Parisada Hindu Dharma Diy, Ida Bagus Agung mengatakan peringatan Nyepi tahun ini tidak mengejar kemewahan maupun kemeriahan, tetapi untuk menjaga budaya dan menjaga harmoni dengan alam dan sesama.
Umat Hindu uang akan hadir dalam acara itu diprediksi sebanyak 25.000 orang. Acara berskala nasional ini diharapkan bisa membangun jiwa harmoni antar umat beragama dan alam. Ketua Panitia Nyepi DIY I Made Astra Tanaya mengatakan sebelum acara di Prambanan ini, sudah dilakukan rangkaian upacara seperti prosesi Melasti yaitu labuhan suci di Pantai Ngobaran, Gunungkidul pada 5 Maret 2015.
"Kemudian labuhan suci di Pantai Parangtritis, Bantul yang sudah dilaksanakan pada 15 Maret 2015," katanya.
Ia mengatakan, lebih dari 25 ribu umat Hindu berdatangan di pelataran Candi Prambanan untuk mengikuti upacara menyambut hari raya Nyepi 2015.
"Hari ini acara Tawur Agung, sehari sebelum Nyepi, ini merupakan upacara Bhuta Yadnya disebut meracu, dengan tujuan mengamalkan Tri Hita Karana," katanya.
Ia mengatakan, Tri Hita Karana adalah hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, hubungan harmonis antara manusia dan alam serta hubungan harmonis antara sesama manusia.
"Dalam Lontar Agastya Parwa disebutkan, Bhuta Yadnya ngarania taur muang lapisan ring tuwuh. Maksudnya, Bhuta Yadnya adalah mengembalikan dan melestarikan tumbuh-tumbuhan," katanya.
Menurut dia, upacara ini untuk menumbuhkan keseimbangan antara mengambil dan mengembalikan. Setiap hari manusia mengambil sumber alam. Setelah mengambil seharusnya mengembalikan agar alam tetap lestari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- 3 WNI Ditangkap Polisi di Jepang Karena Dituding Merampok Rumah
- Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah untuk SD dan SMP Tahun Ini Lebih Lama
- Pengelolaan Sampah di Pasar Tradisional Bakal Diperketat oleh Kementerian Lingkungan Hidup
- Kasus Pemerasan Artis Sinetron MR, Polisi Menyita Enam Video Syur Sesama Jenis
- Adik Ipar Ganjar Pranowo Dituntut 5,5 Tahun Penjara karena Korupsi Pembangunan Jembatan Sungai Gintung
Advertisement

Nilai Produksi Perikanan Budidaya Semester I di Sleman Sentuh Rp862 Miliar
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Tenggelam di Selat Bali, Ini Daftar Penumpang Kapal Tunu Pratama Jaya
- Hasil Kunjungan Presiden Prabowo: Indonesia dan Arab Saudi Sepakati Investasi Senilai Rp437 Triliun
- Presiden Prabowo Tunaikan Ibadah Umrah Saat Kunjungan ke Arab Saudi, Cium Hajar Aswad
- KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Selat Bali: 4 Penumpang DItemukan Meninggal Dunia, 38 Orang Hilang
- Sri Mulyani Umumkan Panitia Seleksi Calon Ketua dan Anggota Lembaga Penjamin Simpanan
- 3 Penumpang dan 1 Kru KMP Tunu Pratama Jaya Ditemukan Selamat
- Presiden Prabowo dan Pangeran MBS Serukan Global Lakukan Aksi Nyata untuk Perdamaian Dunia
Advertisement
Advertisement