Advertisement
China-Rusia Terkoneksi Jalur Kereta, Pengiriman Barang Dimulai
Awak kereta api logistik Shijiazhuang-Moskwa bersiap melakukan perjalanan perdana dari Stasiun Gao Yi, Shijiazhuang, China, menuju Stasiun Vorsino di Moskwa, Rusia, Jumat (29/6). Rangkaian kereta yang terdiri dari 43 kontainer berisi barang-barang ekspor China tersebut memerlukan waktu 16 hari agar bisa tiba di Moskow. - ANTARA/M. Irfan Ilmie
Advertisement
Harianjogja.com, SHIJIAZHUANG-Bentangan rel kereta api kini menghubungkan China dan Rusia melalui jalur transportasi darat.
Pemberangkatan perdana kereta api barang dari Shijiazhuang, China, menuju Moskwa, Rusia, Jumat (29/6) menandai beroperasinya pelabuhan yang terkoneksi secara digital atau "smart port" di wilayah tengah selatan Provinsi Hebei.
Advertisement
Pemberangkatan rangkaian kereta yang terdiri atas 42 kontainer ke Ibu Kota Rusia tersebut dipimpin Liu Ruiling, Direktur Utama Yibo Holding Groups, pengembang South-Central Hebei Smart Port (SCHSP).
Rangkaian kereta kontainer berlokomotif tunggal yang diawaki sekitar enam warga China itu memerlukan waktu 16 hari perjalanan dari Stasiun SCHSP di kawasan Gao Yi menuju Stasiun Vorsino di Moskow.
Kereta api tersebut mengangkut barang-barang ekspor dari China, seperti komponen elektronik dan produk garmen yang sekembalinya dari Moskwa juga membawa barang-barang ekspor dari Rusia.
Yibo yang merupakan perusahaan swasta bergerak di bidang konstruksi menggandeng dua perusahaan milik pemerintah, yakni Beijing Trust dan Beijing Railway Logistik mengembangkan kawasan "smart port" di atas lahan seluas 2 juta meter persegi itu.
Pembangunan pangkalan transportasi logistik modern yang bisa memadukan angkutan darat, laut, dan udara itu menelan biaya senilai 5,2 miliar RMB atau sekitar Rp11,18 triliun.
"Kawasan ini sangat strategis karena bisa menghubungkan China dengan Eropa dan China dengan Asia," kata Liu sebelum menekan tombol pemberangkatan KA Shijiazhuang-Moskow bersama jajaran pejabat Pemprov Hebei dan mitra koleganya di Stasiun SCHSP yang berada di antara jalur kereta api ruas Beijing-Guangzhou itu.
Menurut dia, di kawasan yang dikembangkannya itu terdapat sistem manajemen pelayanan logistik berbasis digital, pelabuhan yang terintegrasi dengan transportasi antarmoda internasional, rantai suplai keuangan, pusat mahadata, perdagangan berbasis elektronik lintasbatas, dan gudang penyimpanan barang logistik berteknologi modern.
Jalur kereta api dari SCHSP bisa langsung ke Eropa melalui Xinjiang dan Mongolia, sedangkan ke negara-negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan bisa melalui Guangzhou.
Untuk jalur laut, SCHSP terhubung dengan ruas jalan tol menuju Pelabuhan Tianjin, Pelabuhan Qingdao, Pelabuhan Huanghua, dan Pelabuhan Jingtang.
Sementara itu, untuk jalur udara SCHSP terhubung jalan darat bebas hambatan menuju Bandar Udara Ibu Kota Beijing (BCIA) dan bandara baru di Beijing yang sampai saat ini masih dalam pembangunan.
"Pembangunan kawasan ini untuk merespons Inisiatif Belt and Road (Jalur Sutera dan Jalur Maritim Abad ke-21)," ujar Liu.
Pihaknya berjanji akan terus mengembangkan pelabuhan digital tersebut agar bisa terhubung dengan Malaysia dan Indonesia.
Seluruh pelabuhan di Indonesia harus bertransformasi secara bertahap menjadi smart port seperti yang pernah ditekankan Direktur Utama PT Pelindo II Evelyn G Masassya beberapa waktu lalu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Guru di Kokap Kulonprogo Kehilangan Aerox saat Mengajar, Terekam CCTV
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- KUA-PPAS APBD Disepakati, Jateng Prioritas Swasembada Pangan di 2026
- Mendag Pastikan Program MBG Tak Picu Lonjakan Harga Pangan
- Emas Palsu di Wates, Warga Rugi hingga Rp22 Juta
- Jadi Pondasi Ekonomi, Pemprov Jateng Beri Perhatian Penuh ke UMKM
- Longsor Banjarnegara: Dua Jenazah Lagi Ditemukan Tim SAR
- BPJS Kukuhkan Duta Muda 2025, Ini Para Pemenangnya
- 88 Lubang Tambang Ilegal di TNGHS Ditertibkan Kemenhut
Advertisement
Advertisement




