Advertisement

Rusia Apresiasi Arah Baru Strategi Keamanan Donald Trump

Newswire
Senin, 08 Desember 2025 - 10:57 WIB
Sunartono
Rusia Apresiasi Arah Baru Strategi Keamanan Donald Trump Donald Trump / Antara

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Pemerintah Rusia menilai strategi keamanan nasional AS era Donald Trump sebagai dokumen yang membuka peluang kerja sama baru di tengah ketegangan panjang kedua negara.

Strategi itu menyoroti pentingnya negosiasi untuk mengakhiri perang di Ukraina, membatasi perluasan NATO, serta menghidupkan kembali stabilitas strategis yang sempat terhenti akibat konflik. Peskov menyebut pendekatan ini lebih dekat dengan visi Moskow dibanding strategi AS sebelumnya.

Advertisement

Meski demikian, Peskov menilai dinamika politik internal AS, termasuk resistensi dari birokrasi yang disebut Trump sebagai “deep state”, menjadi tantangan utama penerapan strategi tersebut. Di sisi lain, Rusia kini memperluas orientasi Asia akibat sanksi Barat dan meningkatnya ketegangan dengan Eropa.

“Penyesuaian yang kami lihat sejalan dalam banyak hal dengan visi kami,” ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada reporter televisi pemerintah Pavel Zarubin saat dimintai tanggapan soal strategi baru AS itu dikutip dari Reuters, Senin (8/12/2025).

Strategi Keamanan Nasional AS itu menggambarkan visi Trump sebagai realisme fleksibel dan menekankan pentingnya menghidupkan kembali Doktrin Monroe abad ke-19, yang menegaskan Belahan Barat sebagai kawasan pengaruh utama Washington.

Dokumen yang ditandatangani Trump tersebut juga memperingatkan bahwa Eropa menghadapi risiko penghapusan peradaban, menegaskan bahwa menjadi kepentingan utama AS untuk merundingkan pengakhiran perang di Ukraina, serta menargetkan pemulihan stabilitas strategis dengan Rusia.

Keselarasan publik semacam ini antara Moskow dan Washington terkait isu geopolitik global terbilang langka. Kedua negara sebelumnya hanya sempat bekerja sama erat setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1991, khususnya dalam pemulangan senjata nuklir dari republik-republik bekas Soviet ke Rusia, serta pascaserangan teroris 11 September 2001 di AS.

Pada era Perang Dingin, Moskow kerap menggambarkan AS sebagai imperium kapitalis yang merosot dan pada akhirnya akan runtuh. Sementara itu, Presiden AS Ronald Reagan pada 1983 menyebut Uni Soviet sebagai kekaisaran jahat dan pusat kejahatan di dunia modern.

Rusia sempat berharap menjalin kemitraan dengan Barat. Namun, ketika Washington mendorong perluasan keanggotaan NATO, sebagaimana tertuang dalam strategi Presiden Bill Clinton pada 1994, ketegangan mulai menguat dan mencapai puncaknya pada masa kepemimpinan Presiden Vladimir Putin, yang menduduki kursi Kremlin sejak akhir 1999.

Menanggapi janji AS dalam dokumen strategi untuk mengakhiri persepsi sekaligus mencegah realitas NATO sebagai aliansi militer yang terus meluas, Peskov menilai langkah tersebut patut diapresiasi. Peskov juga mengingatkan bahwa apa yang disebutnya sebagai “deep state” di AS memiliki pandangan berbeda dengan Trump.

Istilah tersebut kerap digunakan Trump untuk merujuk pada jaringan birokrat dan pejabat AS yang dinilainya ingin menggagalkan agenda perubahan, termasuk terhadap dirinya.

Para pengkritik Trump menyebut tidak ada “deep state” seperti yang dimaksud, dan menilai narasi tersebut sebagai teori konspirasi untuk membenarkan konsolidasi kekuasaan eksekutif.

Sejak aneksasi Rusia atas Crimea pada 2014 serta invasi ke Ukraina pada 2022, strategi keamanan AS secara konsisten menyebut Rusia sebagai agresor atau ancaman yang berupaya merusak tatanan dunia pasca-Perang Dingin dengan kekuatan militer.

Dalam pernyataannya kepada kantor berita pemerintah TASS, Peskov menilai seruan untuk bekerja sama dengan Moskow dalam isu stabilitas strategis—alih-alih melabeli Rusia sebagai ancaman langsung—sebagai perkembangan yang positif.

Strategi Trump juga menyebut kawasan Indo-Pasifik sebagai salah satu medan pertempuran ekonomi dan geopolitik utama. AS berencana memperkuat kemampuan militernya bersama para sekutu untuk mencegah konflik dengan China terkait Taiwan.

Rusia sendiri telah mengalihkan orientasi geopolitiknya ke Asia, khususnya China, setelah Barat menjatuhkan sanksi menyusul perang Ukraina dan Eropa berupaya mengurangi ketergantungannya pada minyak dan gas Rusia.

Trump sebelumnya mengatakan, sebagai pelajar sejarah, pelajaran pertama yang dipetiknya adalah mencegah Rusia dan China membangun kedekatan.  “Hal pertama yang Anda pelajari adalah Anda tidak ingin Rusia dan China bersatu,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Depo Sampah Dikosongkan, Jogja Siap Sambut Libur Nataru

Depo Sampah Dikosongkan, Jogja Siap Sambut Libur Nataru

Jogja
| Senin, 08 Desember 2025, 09:07 WIB

Advertisement

Wisata Petik Melon Gaden Diserbu Pengunjung saat Panen Perdana

Wisata Petik Melon Gaden Diserbu Pengunjung saat Panen Perdana

Wisata
| Minggu, 07 Desember 2025, 12:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement