Advertisement
Serangan Beruang di Jepang Meningkat, Wisatawan Diimbau Waspada
Beruang. - Reuters
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pemerintah Jepang mengeluarkan peringatan resmi bagi wisatawan setelah kasus serangan beruang melonjak di sejumlah destinasi populer seperti Shirakawa dan Arashiyama.
Data NHK mencatat setidaknya 220 orang terluka dan 13 meninggal dunia akibat serangan beruang sepanjang tahun ini, dengan lonjakan kasus disebabkan meningkatnya populasi beruang dan berkurangnya sumber makanan alami.
Advertisement
"Sekarang ada jauh lebih banyak beruang yang datang," ungkap Shiroki Mitsunari, pejabat penanggulangan beruang di Desa Shirakawa, seperti dilansir Independent. Pernyataan ini mengonfirmasi tren peningkatan pertemuan antara manusia dan beruang di kawasan permukiman.
Desa Shirakawa, situs warisan UNESCO yang populer di kalangan turis, menjadi salah satu lokasi terdampak. Bulan lalu, seekor beruang menyerang wisatawan asal Spanyol di kawasan tersebut. Menyusul insiden itu, pihak berwenang setempat telah menangkap enam ekor beruang menggunakan perangkap madu dan menebang pohon buah yang menjadi daya tarik hewan liar tersebut.
BACA JUGA
Statistik menunjukkan penampakan beruang di Shirakawa melonjak menjadi lebih dari 100 kasus tahun ini, angka yang hampir tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Meski sebagian besar serangan terjadi di kota-kota terpencil, insiden di lokasi wisata seperti Shirakawa dan hutan bambu Arashiyama di Kyoto menunjukkan bahwa risiko ini juga mengancam kawasan destinasi populer.
Eskalasi situasi ini mendorong beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, China, dan Inggris, untuk mengeluarkan peringatan perjalanan resmi mengenai bahaya serangan beruang di Jepang. Langkah ini menjadi perhatian serius mengingat beruang hitam Asia secara global dikategorikan sebagai spesies rentan, namun populasinya di Jepang justru meningkat tiga kali lipat sejak 2012, sebagian karena menurunnya aktivitas perburuan.
Para ahli ekologi mengaitkan fenomena ini dengan perubahan iklim yang mengurangi ketersediaan pangan alami beruang seperti biji pohon ek. Di saat bersamaan, menurunnya populasi pedesaan dan banyaknya lahan pertanian terbengkalai mendorong beruang mencari makanan lebih dekat ke pemukiman manusia.
Menyikapi kondisi darurat ini, Mitsunari menyatakan kekhawatiran khusus terhadap keselamatan anak-anak sekolah di desanya. Semua murid kini dilengkapi dengan lonceng beruang dan diinstruksikan untuk berjalan pulang secara berkelompok, terutama pada pagi hari dan senja ketika beruang paling aktif.
Mitsunari menegaskan komitmennya untuk mencegah terulangnya insiden seperti yang menimpa wisatawan Spanyol, yang merupakan serangan pertama di Shirakawa dalam 12 tahun terakhir. "Itu sangat memalukan bagi kami. Kami tidak akan membiarkan hal itu terulang lagi," tegasnya.
Peningkatan kewaspadaan dan langkah pencegahan terus dioptimalkan di berbagai wilayah rawan serangan, dengan harapan dapat melindungi keselamatan wisatawan sekaligus menjaga kelestarian populasi beruang di habitat alaminya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bupati Agung Pindah PAN, Golkar Kulonprogo Minta Penjelasan
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Strategi Pemda Turunkan Angka Kemiskinan di DIY hingga Satu Digit 2026
- Dodi Tegaskan Nadiem Tak Ambil Keputusan Soal Google Cloud
- BMKG Ingatkan Cuaca Ekstrem hingga Banjir Rob Hari Ini
- Longsor Tutup Jalur Gedangsari-Wedi, Akses ke Gunungkidul Sempat Putus
- Fatima Bosch Dinobatkan sebagai Miss Universe 2025, Berikut Profilnya
- Retakan Tanah Muncul di Sompok Imogiri Usai Jalan Wunut Putus
- SUV Listrik AUDI Siap Produksi, Harga Mulai Rp612 Juta
Advertisement
Advertisement




